Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1

Malam menyelimuti pelabuhan Tokyo yang sunyi. Sebenarnya bukan berada di pelabuhan utama, melainkan di sisi yang paling sunyi. Lebih tepatnya tempat yang terbelangkai. Bangunan-bangunan tua berdiri di sana dengan dinding yang dipenuhi oleh lumut serta atap-atap yang berlubang. Bagian dalamnya, remang-remang terdapat siluet seorang pria yang berdiri. Perlahan ia menapakkan kaki keluar dari kegelapan, sedikit menyunggingkan bibir.

"Berapa lama lagi sebelum aku bertemu dengannya?" tanya Banks, melirik ke belakang. Asistennya yang membawa koper, mengangkat lengan kiri. Memandang waktu setempat. Nyaris menunjukkan waktu tengah malam.

"Saya rasa setelah ini Tuan Banks."

"Baguslah kalau begitu, setidaknya transaksi kali ini membuahkan hasil yang baik. Terakhir kali aku berurusan mengenai partikel senjata suci yang ada malah anak buahku bernama Hans tidak bisa menuntaskan misinya. Lebih bodohnya lagi ia bekerja sama dengan lawannya, Ronie," kata pria tua itu dengan mengenakan kacamata dan setelan jas lengkap berwarna abu-abu.

"Saya pernah mendengar itu dari atasan. Mereka dikalahkan oleh para remaja esper dan penyihir."

"Lebih anehnya lagi kenapa mereka bisa terlibat dan tahu mengenai masalah-masalah illegal," potong Banks.

"Kalau tidak salah ingat, ada remaja bernama Misaki Citra yang terlibat dalam kasus pembunuhan pada tahun 2019 lalu. Kasus itu melibatkan Miss Lina, ia merupakan salah satu bagian dari DS (Darknest Sains).

"Aku juga sudah pernah dengar kabar itu, Terry. Miss Lina yang malang kalah dengan remaja yang berhasil memecahkan teka-teki sehingga nyaris membubarkan sekolah Magical Academy."

*

Hawa dingin menusuk ketika Sayaka Tokugawa tengah duduk di salah satu atap dekat dengan lokasi tujuan transaksi ilegal. Ia mengenakan syal berwarna biru dengan seragam bermodelkan pelaut berwarna hitam dengan jaket berwarna putih. Berulang kali ia menggosokkan kedua tangan untuk menghangatkan diri. Di sampingnya, Sen Takeda tengah duduk bersila sembari melipat tangan. Tatapannya lurus ke arah bangunan yang tertuju.

"Kenapa sih harus malam ini? Bukannya sekarang waktunya libur musim dingin ya?" Gadis dengan rambut dikucir kuda itu mengeluh pada Sen.

"Jangan tanyakan aku, tanyakan pada mereka yang melakukan transaksi ilegal itu." Sen menghela napas panjang.

"Mungkin nanti akan aku tanyakan." Tak lama berselang menanti, perut Sayaka berbunyi keroncongan. Ia merogoh saku jaket mengeluarkan cemilan favoritnya, Pocky.

Sen yang melirik Sayaka hanya bisa menggeleng kepala. "Kamu serius makan di saat mau menyerang?"

"Masa bodoh soal itu, aku belum makan juga. Lagi pula hari ini aku ada janji untuk makan malam bersama Minami. Namun, dengan seenaknya kalian malah mencegatku di depan kelas." Walau Sayaka sudah berusaha mengabaikan. Namun, tiba-tiba saat di gerbang sekolah SMA Sakura, sebuah mobil hitam datang beberapa orang keluar dari mobil dan menculiknya. "Lain kali jangan gunakan hal semacam itu seperti penculikan."

"Itu cara yang terpaksa sih, lagi pula bukan ideku juga." Gadis berambut pendek dengan bola mata hijau itu tersenyum melirik Sayaka.

[Teman-teman tetap fokus, sebentar lagi akan ada yang datang.] Suara dari earphone bergema di telinga.

"Kau juga diam!" bersamaan Sayaka dan Sen mengucapkannya.

"Lagi pula kamu di mana Musashi? Aku tidak melihatmu dari tadi," Sen membalas.

[Aku berada di zona paling berbahaya. Lebih tepatnya sedang berbaur dengan DS.]

Ia nekat sekali, secara bersamaan pikiran Sayaka dan Sen terlontar dalam benak. Misi di musim libur seperti ini memang menjengkelkan. Lebih baik diringkus habis setelahnya bisa berlibur panjang. Kasus berkepanjangan tiada henti mewarnai hidup Sayaka.

Sebenarnya bukan Sayaka saja, beberapa remaja sepantaran di luar sana pun turut terlibat. Mulai dari kasus konspirasi Magical Academy yang melibatkan pembunuhan kepala sekolah yang rupanya ia sendiri pelakunya, kejaian di Indonesia secara beruntun terjadi dua kali yang melibatkan esper lepas kendali dan DS pun tak mau kalah jadinya mereka melancarkan serangan sebulan kemuian. Lalu di Jepang, Sayaka pun harus berhadapan dengan musuh leluhur lamanya, yaitu Toyotomi dan DS juga ada. Mengingat semua kejaian itu membuat Sayaka semakin muak, tak bisa menikmati masa remaja dengan normal.

[Mereka datang.]

Lamunan kedua gadis yang tengah duduk itu kini mulai menyorot dua mobil sedan yang berhenti di bangunan yang tak jauh dari mereka duduk. Sayaka segera mengambil katana yang berbaring di sampingnya. "Apa kita bisa menyelesaikan ini dengan cepat?"

"Entahlah, Sayaka-san. Setidaknya keselamatan nomor satu untuk saat ini." Sen menarik katana dengan sarung pedang berwarna putih. Mata bilah mengkilap memantulkan wajah Sen dengan sedikit sambutan senyuman licik.

*

"Kau yakin membawa uangnya tuan Banks?" Seseorang baru saja masuk ke dalam bangunan dengan dikawal oleh sekretarisnya yang membawa tas koper.

"Aku sangat yakin, Felix. Kesepakatan kita tidak diragukan lagi." Seseorang dari belakang Banks mengeluarkan koper, membukanya. Setumpuk uang dalam mata uang Jepang terkumpul memenuhi koper.

Saat memandangnya mata Felix berbinar, memang tak diragukan lagi kesepakatan yang ia buat dengan Banks. Segera pria dengan paras wajah sekitar 33 tahun dengan rambut pirang itu mengangkat tangan sebagai kode untuk membukakan koper. Saat koper dibuka, terdapat tiga partikel senjata suci dalam tabung yang tertutup dengan rapat. Banks tersenyum tipis saat melihat isi koper itu. Sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat sebelumnya.

"Tidak lama lagi DS, akan menguasai dunia. Omong kosong soal politik akan segera berakhir. Hanya satu penguasa yang berkuasa di muka bumi ini." Banks meminta pengawalnya untuk memberikan koper berisikan uang itu kepada Felix. "Sesuai dengan kesepakatan, tuan Felix."

*

"Aku sudah siap."

Sen mengangguk. Mereka lantas berlari di atas bangunan-bangunan yang ada. Meski sudah tampak tua, namun pelabuhan ini masih beroperasi. Hanya saja mereka kini berada di area yang sudah tidak digunakan lagi.

Sebelumnya, Sayaka tidak pernah melakukan hal ini. Melompat dari satu bangunan ke bangunan lain. Ini baru pertama kalinya. Sayaka lebih sering berlatih menggunakan otot-ototnya. Mereka tiba di dekat bangunan yang menjadi tempat perdagangan.

Sayaka mulai memasang tudung pada kepalanya.

"Kenapa?" Sen meliriknya.

"Sudah kubilang aku kedinginan."

Jika dilihat dari atas, para penjaga yang mengenakan jas rapih itu tidak hanya berjaga di depan saja. Tapi, di setiap sudut mereka juga berjaga.

[Aku akan menyusul, ganti.]

"Ia mengatakan hal yang seharusnya tidak perlu," keluh Sen.

"Sekarang?" tanya Sayaka.

"Kurasa." Sen lantas melompat terlebih dahulu. Ia menarik katana dan menebas penjaga yang berjaga di samping bangunan tua. Begitu juga dengan Sayaka.

Mereka kini tiba di bawah. Mereka mengendap-endap, berencana melalui belakang. Sen mengintip, di belakang kosong, tidak ada penjaga sama sekali. Itu berarti aman dari jangkauan musuh.

Tepat di belakang, Sen dan Sayaka berdiri. Mengangkat katana-nya. Siap menebas. Ia menutup mata. Seketika katana-nya memancarkan cahaya berwarna ungu menyelimuti mata bilah. Begitu juga, dengan bola matanya yang semula berwarna merah kini berubah menjadi berwarna ungu. Sayaka menebas dinding bangunan yang ada di hadapannya.

Cahaya berwarna ungu memelesat, menghantam dinding itu. Seketika dinding itu roboh membuat beberapa orang di dalamnya terkejut.

Mereka melancarkan tembakan. Butiran-butiran peluru meluncur, menghujani kepulan debu yang menyebar. Membuat pandangan terbatas seketika. Beberapa pengawal menahan tembakan. Mereka seolah berharap musuh yang ada di depannya sudah tiada.

Banks dan Felix mengeluarkan pistol dari dalam saku jasnya. Ketika kepulan debu itu menghilang. Sayaka berdiri dengan tegap, membawa katana di tangannya. Mengenakan seragam sekolah bermodelkan pelaut berwarna hitam. Tudung jaket itu terlepas. Matanya berwarna ungu memancarkan cahaya dalam kegelapan. Ia melangkah dengan pelan. Derap kakinya terdengar dalam kesunyian.

Banks dan Felix berserta pengawal lainnya, mulai menodongkan pistol pada Sayaka. Namun, Sayaka tidak takut, ia terus melangkah. Salah satu pengawal menembak. Peluru melesat. Dengan tangkas, Sayaka mengayunkan katana, menebas peluru itu. Percikan api sedikit terlihat ketika peluru tertebas oleh katana.

"T-tidak mungkin." Banks mulai ketakutan. Ia membawa koper yang berisikan partikel senjata suci. Bersama kedua pengawal, ia segera berlari menuju mobil.

"Sen-san, kamu bisa urus yang satu ini. Aku akan mengejar yang satunya."

"Baiklah," jawab Sen.

Sayaka dan Sen maju bersamaan. Pengawal Felix mulai menembakkan pistolnya. Sayaka dengan cepat menangkis peluru-peluru yang menghujuam ke arahnya dengan katana. Ia berlari dengan cepat melewati para pengawal Felix. Sayaka tiba di depan pintu. Dua mobil itu siap berjalan, meninggalkan lokasi.

Sayaka mulai mengayunkan katana. Namun, kali ini ada yang berbeda. Ia juga sedikit terkejut. Sihir itu tidak keluar dari katana. Ini aneh. Sayaka pun mencoba menebas sekali lagi. Namun, tetap saja tidak bisa. Lantas, Sayaka melihat mata bilah katana. Cahayanya mulai redup, benar-benar redup bagaikan lampu yang kehilangan daya tahan watt.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro