3 Tangan Polos
CERITA SUDAH DITERBITKAN DI APLIKASI DREAME DAN INNOVEL. SILAKAN MELAKUKAN PENCARIAN DI SANA.
JUDUL: MAGIC STICK
AUTHOR: MONKEYTREE
TERIMA KASIH 😘
Arvel POV
Gue gilak! Sudah pasti gue gilak!
Otak lo kemana, Vel, yakali gue yang baru pegang KTP selama tujuh tahun ajak minum kopi SPV galak gue. Ngajak minum kopi si Tante perawan sadis aka si Tora aka si calon bibit pelakor rumah tangga Raihan-Diara.
Ah, benar!
Gue ajak makan atasan gue biar jadi pengalihan isu kayak banjir air di Jakarta yang mau dialihkan jadi banjir transmigran. Elah, bibir gue bercuap apa sih.
Bego banget gue traktir kopi atasan gue yang tunggangannya saja SUV Proton. Sementara gue, kendaraan gue motor Honda beat yang cukup DP delapan ratus ribu bawa pulang motor. Parah kan ini.
Apa gue balik ke atas saja, ngaku gue cuma becanda soal ajakan minum kopi itu. Eh, tapi sekarang sudah jam setengah sepuluh. Bisa jadi si Tora sudah lupa ajakan minum kopi gue. Nah, gimana kalo dia ternyata masih ingat terus nagih gue. Lah gue kan cowok, pantang jilat ludah gue sendiri. Kotor, Bray, jilat ludah yang sudah dibuang.
Puyeng pala Lee Minho kalo begini urusannya!
Menggunakan dua tangan gue jambak rambut gue. Kebiasaan gue tiap kali gregetan nggak ketahan. Gue kirim asumsi ke otak gue, 'pikir apa yang bakal cowok kece lakukan pas di posisi gue'. Damn to the damn, gue nggak bisa mikir kayak cowok kece manapun. Faktanya gue bukan masuk golongan itu. Fakta lainnya, cowok kece nggak bakal ada di posisi gue.
Coba pikir kayak Rai atau Gege, mungkin...
"Arvel!!"
Gue belum sempat mikir ala Abang gue, yang gue takutin sudah nongol. "Bu." Suara gue mirip maling ketangkap basah hansip RW. Getar-getar nggak jelas.
"Jadikan kan minum kopi?"
Nah, yang gue paling takutin kejadian. Si Tora ingat ajakan minum kopi gue. Mampus gue. Yang bisa lepas dari bibir gue cuma kata "Ya?" plus muka bego.
"Jossy."
Seorang cowok sekitar umur Raihan datang dan tampang si Tora berubah judes level lima. Kalau lo pernah makan ayam richeese factory, lo pasti paham seberapa dahsyat level ini menggerus lidah lo. Jarang-jarang dia mau mengeluarkan ajian judesnya ini, tebakan gue cowok ini punya bad influence bagi Tora.
Tahu-tahu tangan cowok ini mengarah ke gue. Lah tadi gue mikir apa saja sampai nggak sadar gue sekarang yang jadi fokus pandang mereka berdua. Gue jabat balik tangan cowok ini.
"Hai, saya Wicak," kata cowok ini ramah.
Oke, gue suka karisma cowok ini yang dewasa dan supel tapi Tora ketara banget nggak nyaman dekat dia. Ada Sweeper di balik semak nih, tebak gue. "Arvel," kata gue memperkenalkan nama gue.
"Kalau boleh, aku mungkin bisa join acara kalian," kata Wicak.
Nggak buruk juga tawaran Wicak. Berduaan sama Tora bisa menarik setan mendekat dan gue takut ujung-ujungnya gue dan Tora perang mulut. Perang mulut yang adu argumen, bukan perang cipokan. Gue sudah mau terima tawaran itu tapi lengan gue dibuat merinding sama ulah Tora yang menggamit lengan gue. Ini belum malam Jumat dan seingat gue ini bukan Rabu Kliwon, apa Tora kesambet kuntilanak yang disebut-sebut anak cleaning service sebagai penunggu toilet cewek. Dia tadi ke toilet sendirian kali.
"Sorry, maybe next time. Malam ini anniv kami kebetulan. Nggak apa-apa ya?"
Anniv?? Anniv dari Zimbabwe?? Enak saja. Nggak ada isu begituan. Gue makin yakin kuntilanak yang nemplok di Tora jenis setan zaman NOW. Masak tuh setan tahu anniv segala.
Kuku jari Tora yang panjang dan lancip menancap pada lengan di bawah siku gue. Sompret, dia sengaja banget jadiin lengan gue yang nggak ketutup kemeja sebagai sasaran. Gue meringis dikit tapi gue paham maksud dia begini ke gue.
"Kebetulan...dia sudah merengek seminggu ini minta perayaan berdua. Maaf," kata gue sambil pura-pura senyum bahagia.
"Kalian pacaran?" Wicak kelihatan nggak percaya. Gue juga nggak percaya, Cak. Gue boleh status jomblo dari SMA tapi jadian sama Tora, peliiiss deh, otak gue masih berfungsi normal. Kagak bakal.
"Anniv tiga bulan kami jadian," sela gue sebelum si Tora mengumbar kebohongan versi dia. Matanya melirik gue sinis pas tangan gue pindah ke pinggangnya terus tarik dia merapat.
"Selamat buat kalian." Wicak angguk-angguk. Tapi gue belum buta buat sadar dia merhatiin gue top to the toes. Dan senyum meremehkan setelah kelar screening appearance gue. Cowok begini memang cocok sama Tora, outlook oriented.
Setelah basa-basi lain kali makan siang bersama, Wicak pamit. Tora mau dorong badan gue pas Wicak nengok buat melambai ke kami. Otomatis gue tarik lagi si Tora merapat ke gue. Then, tangan gue yang polos ini salah bergerak. Telapak tangan gue turun sedikit dan remas bokong si Tora.
Tora menjerit kecil sambil dorong dada gue. Aura setan si Tora menghujat ke arah gue. "Kamu apa-apaan?" Ketusnya setelah matanya memastikan Wicak yang sudah keluar lobi.
"I saved you," jawab gue santai.
"Tangan kurang ajar kamu." Telunjuknya menuding tangan polos gue yang baru kali ini merasakan bokong cewek.
"Ah, ini." Gue angkat tangan gue sejajar muka. "Anggap kompensasi setelah saya menjadi sekongkol kebohongan ibu."
"Kamu tidak punya otak ya?" Muka Tora sudah merah. Gue nggak yakin yang ini level judes berapa, yang pasti lebih dari lima.
"Ada. Kan tadi sudah dibuktikan lewat kemahiran saya berbohong. Salah satu bentuk cognitive advance loh kebohongan itu," kata gue sambil nyengir lebar yang makin bikin muka Tora merah. Gue kenal dia, kalau marah banget pasti sulit mengeluarkan kata-kata. Tiga tahun, Bray, gue jadi keset kaki si Tora gimana nggak hapal sama karakter doi.
Tangan polos gue membentuk mangkok terus gue dekatkan ke hidung. Gue pura-pura mengendus aroma tangan gue dan mengernyitkan hidung. "Ibu belum cebok ya habis dari toilet?"
"Bocah berengsek!" Dia ngomong sambil memukul bahu gue pakai tas tangannya. Gue bukan cowok perkasa yang diam saja dipukuli. Ini sakit, Bray! Jelas gue jerit kesakitan. Sampai sekuriti datang memisahkan kami.
"Lepas," perintah Tora marah pada sekuriti yang menahan lengannya.
"Sudah, pak, lepaskan saja. Tadi kita cuma becanda. Wajarlah pasangan kalau becanda sering kelewat batas," kata gue. Sekuriti itu mengangguk dan melepaskan Tora.
Gue paling suka bagian selanjutnya, Tora mendengus lalu balik badan meninggalkan gue. Ck, cewek satu ini memang kuat pesonanya kalau sudah urusan marah. Jangan berkhayal gue suka Tora. Gue cuma cowok biasa yang lihat cewek cantik, seksi, pintar, dan mandiri pasti tergoda. Dan iman mata gue memang tergoda tiap kali bisa bikin Tora marah-marah.
Gue kejar Tora. Menyamakan langkah kakinya yang lebih pendek dari gue. "Kita mau ke langganan kopi saya naik Honda beat saya atau Proton ibu?"
"Minum kopi sendiri. Saya nggak mau dekat-dekat kamu," ketusnya sambil angkat tasnya dan bersiap memukul gue.
Kedua tangan gue membentuk tanda silang di atas kepala. Level judes Tora malam ini dahsyat banget, senggol sedikit langsung main fisik. Gue kan takut dia khilaf ngajak gue main fisik di tempat yang iya-iya.
"Jangan pernah berani sentuh saya atau..."
"Atau?" Gue tantang balik tapi tangan gue tetap melindungi bagian kepala gue. Gue kasih tahu buat para cowok, jangan pernah kasih pacar lo tas merek DnG kalau tempramen cewek lo kayak si Tora. Badan gue kayaknya nyeri nih kena pukul pakai tas doi.
"Atau yang berikutnya sepatu heels saya bakal menancap di dahi kamu."
Mata gue turun ke sepatu Tora. Eh buseettt, itu sepatu lancip banget. Bisa celaka gue.
"Paham?" Tanya Tora mengintimidasi.
Gue mengangguk.
Tangan gue turun dari kepala. Gue belum bisa beranjak bukan karena ancaman sepatu berhak lancip si Tora atau badan gue yang kena siksaan tas dia. Mata gue yang berkhianat nggak mau lepas memperhatikan lenggak-lenggok bokongnya saat berjalan.
Puyeng pala Song Jongki kalau lawan berantemnya kayak si Tora. Nggak paham apa dia, gue kan cowok normal. Biar kata gue nggak suka dia, kalau disodori ikan tuna segar mana nolak.
Tangan polos gue yang sudah tercemari dosa dari bokong Tora naik ke depan perut. Mata gue menatap telapak tangan yang sekarang tahu rasanya bokong sintal cewek. Gue perlu solat malam buat minta maaf ke Tuhan sudah khilaf colek anak perawan orang kayak yang diajarkan Ustad Mansyur.
Bray, dekat-dekat si Tora bisa bikin gue nimbun dosa nih!
###
03/12/2017
Halo.. ada yang nggak ikhlas menerima pilihan Heroine Miss yg ngetik?
Percaya sama gw, I love happy ending story but I cannot make everything like you want. It's about life loh dan ada banyak kemungkinan dalam hidup. Sebanyak kemungkinan kamu membuka pikiran terhadap segala kemungkinan yang aku sajikan di sini. Sederhananya, bare to the story deh. Jangan banyak pilih2 karena pilihan kamu belum tentu yg terbaik hihihi...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro