(4) Bleu : Basket
Ekskul basket sedang berlangsung sepulang sekolah itu. Bleu dengan anggota teman ekskulnya yang lain tampak sedang latihan di gedung lapangan basket sekolah.
Kamu pergi ke sana untuk menonton Bleu latihan. Tidak hanya kamu, sebenarnya ada murid-murid perempuan lainnya entah dari kelasmu atau kelas lain yang tampak duduk di kursi penonton untuk menyaksikan idola-idola yang mereka kagumi.
Bleu kelihatan melakukan latihannya dengan sangat baik, bahkan sangat keren dan selalu berhasil menghindari lawan dan melakukan shooting dengan sangat mulus. Teman-temannya bahkan kelihatan kagum.
Tapi...kecuali satu orang. Sosok laki-laki seangkatan Bleu tampak berekspresi tak senang kalau Bleu melakukan praktek basketnya dengan baik. Pria bersurai dan mata berwarna abu-abu itu selalu tidak suka saat melihat Bleu, mau sedang apa, bicara dengan siapa, dan apapun itu.
Bleu pernah cerita padamu, saat kelas 1 ada murid bernama Aniol yang pernah mengajaknya untuk mendaftar ke ekskul basket. Bleu mengakui Aniol sangat hebat dalam bermain basket. Ia jadi tertarik dan ingin menjadi hebat bermain basket seperti Aniol juga.
Awalnya semua berjalan dengan baik. Pembimbing ekskul bahkan sangat senang dengan kehadiran mereka dan yang lain. Hanya saja, Bleu sering sekali dipuji oleh teman-teman lain, bahkan juga pembimbing mereka karena sangat jago.
Aniol sepertinya iri pada Bleu, karena mereka lebih banyak memuji Bleu dibandingkan Aniol. Sehingga karena itu terus terjadi, Aniol tidak lagi bicara dengan Bleu dan menjauhinya.
Terkadang Bleu kurang nyaman dengan situasi ini, karena mereka satu lapangan dan sering menjadi satu tim. Ia ingin bisa kembali berteman dengan Aniol, karena Bleu sendiri ikut ekskul basket bukan untuk pamer, melainkan mencari pengalaman dan mendapat teman yang memiliki kesukaan yang sama.
Tapi sangat sulit untuk kembali seperti dulu. Aniol selalu menghindarinya, terkadang berbuat hal yang jahat padanya secara tidak langsung. Seperti melemparkan basket padanya terlalu keras saat latihan, menyembunyikan botol minumnya, bahkan ia pernah terkunci di ruang ganti karena Aniol menguncinya.
Bleu sama sekali tidak marah dengan semua itu. Ia hanya ingin berbaikan dengan Aniol. Tapi Aniol menutup pintu pertemanan padanya.
Aniol berjalan menjauh dari lapangan karena merasa haus. Ia meminum botol airnya sambil memperhatikan dengan datar Bleu yang masih latihan dengan yang lain.
"Sok keren. Aku jauh lebih hebat daripada dirinya," gumam Aniol dengan kesal.
Selamat Bermain!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro