mulai jatuh cinta
Sudah seminggu Arthur belajar di sekolah Magic ini. Banyak juga trik atau pembelajaran yang sudah Arthur dapatkan.
Dan seminggu itu juga sudah banyak yang Arthur lewati. Dan Arthur banyak melewatinya bersama cewek yang aneh dan misterius tapi dia selelu bisa menenangkan hati Arthur. Ya, cewek itu Eleanor Emeralda.
Hari ini Arthur bangun dengan pagi. Lalu bersiap-siap dan menggunakan seragam yang ia kenakan kemaren. Arthur keluar kamar dengan perasaan siap dan peralatannya sudah lengkap untuk pergi ke sekolah.
Saat di koridor kelas ia bertemu dengan Eleanor. "HAI ARTHUR!" sapa Eleanor dengan gembira. Lalu menghampiri Arthur. "Ke kelas bareng yuk?" tawar Eleanor.
"Hai, El. Yuk, ke kelas bareng," ajak Arthur.
Arthur memandang Eleanor. "Apakah dia penyihir terkuat itu? Tapi.. bagaimana bisa?" tanya Arthur dalam hatinya.
Akhirnya sampai di kelas yang kemarin. Murid- murid dan Adam sudah ada di tempat. "Arthur! Eleanor! Kemaren kemana kalian?! Kenapa kalian menghilang?" tanya Adam yang Arthur yakin dia marah.
"Maafin aku, Pak. Ini kesa-"
"Bukan ini kesalahan saya, Pak. Saya bosan, jadinya saya meminta Eleanor untuk pergi dari sini," potong Arthur berbohong. Eleanor menatap Arthur tidak percaya. Arthur tadi membela dirinya? Padahal ini kesalahan Eleanor.
"Benarkah itu? Arthur! Perbaiki sikapmu. Dan jangan mengulanginya lagi! Silahkan duduk," perintah Adam. Eleanor dan Arthur mengangguk lalu kembali ke kursinya masing masing.
"Oke, kali ini aku akan menjelaskan tentang mantar sihir," ucap Adam.
"Nah Thur! Di sini baru pasti seneng. Pembelajaran mantra yang paling rame," ucap Eleanor.
Adam membacakan mantra. Lalu tiba-tiba ada sebuah buku di hadapan Arthur dan muridnya yang lain. "Silahkan kalian membuka halaman 56," perintah Adam.
Di halaman 56 tertera mantra yang bertulis mantra untuk memunculkan makanan. Arthur melihat ke arah Eleanor yang sedang mengayunkan tongkatnya yang anehnya tongkat itu berbeda dari yang lain.
"Apakah benar ... Eleanor adalah penyihir terkuat?" tanya Arthur dalam hatinya.
"Sebelumnya kita akan mencoba praktek. Eleanor, bisa maju ke depan?" ucap Adam. Eleanor mengangguk lalu maju ke depan kelas seraya membawa tongkatnya.
Dia mengayunkan tongkatnya. "Apparent," katanya. Dan seketika di hadapannya muncul apel.
Arthur takjub. "Makasih Eleanor. Kamu boleh duduk. Apparent itu berarti muncullah. Maka akan muncul yang kamu pikirkan," ucap Adam.
Semua pun mencoba. Tapi anehnya Arthur tidak tertarik. "Baiklah. Semuanya paham?" tanya Adam.
"Paham, Pak," jawab seisi kelas serempak.
"Baiklah. Kali ini saya akan membahas tentang sihir menggunakan cinta," ucap Adam.
Entah mengapa, sadari Arthur memperhatikan Eleanor. Saat Adam mengatakan begitu, wajahnya menegang. Arthur bingung. Ada apa dengan sihir cinta? Arthur malah sangat tidak tertarik.
"Sihir cinta adalah sihir terkuat yang dapat mengalahkan-"
"Pak, kita bisa bahas yang lain? Ini sama sekali tidak menarik," potong Eleanor dan Arthur tahu cewek ini tegang.
Tunggu ....
Bisa mengalahkan apa?
"Baiklah. Sepertinya kita usai di sini. Sebelumnya ada yang mau bertanya?" tanya Adam.
Arthur mengangkat tangannya. "Pak, yang tadi ... bisa mengalahkan apa?" tanya Arthur.
Adam tersenyum. "Nanti kamu akan tau di pelajaran selanjutnya. Segitu saja. Selamat sore," ucap Adam lalu keluar dari kelas.
"Thur ... Arthur!" panggil Eleanor.
"Apa?" tanya Arthur sambil membereskan peralatannya.
"Abis ini lo mau ke mana?" tanya Eleanor.
"Mau ke kamar," awab Athur santai.
"Lo gak mau kemana gitu?" tanya Eleanor.
Arthur hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Ayolah! Kita jalan jalan gitu? Pasti bakal bosen di kamar terus," bujuk Eleanor.
Arthur menatap cewek di hadapannya. Lalu, mengangkat satu alisnya. "Mau kemana?" tanyanya.
"Ke sesuatu tempat. Mau gak?" tawar Eleanor.
Arthur hanya mengangguk pasrah sedangkan Eleanor meloncat senang. Dia pun membisikkan sesuatu dan cahaya merah berkilauan datang kembali.
"Cahaya merah berkilau itu milik penyihir terkuat. Berarti apakah benar jika ...," tanya Arthur dalam hatinya.
Arthur membuka mata. Dia sudah berada di bukit?
"Kita di mana?" tanya Arthur.
"Kita di bukit! Gue sering banget ke sini! Lo bisa ngeliat matahari tenggelam," jawab Eleanor senang. Arthur hanya mengangguk paham.
Hari sudah menjelang sore. Arthur dan Eleanor pun belum pulang dari bukit itu. "Eh Thur. Liat mataharinya tenggelam!!" teriak Eleanor heboh.
Arthur melihatnya lalu tersenyum. Satu kata jika orang melihatnya ... indah.
Hari pun menjelang malam. "El. Balik yuk! Dah malem," ucap Arthur.
Eleanor pun mengangguk mengiyakan.
Arthur dan Eleanor sampai di depan kamar Arthur. "Ini kamar lo ya? Ya udah gue ke kamar gue juga! Bye!" teriak Eleanor lalu menjauh.
Arthur hanya tersenyum. Lalu masuk ke kamarnya dan mandi.
Selesai mandi, Arthur membaca kembali buku silvernya itu. Arthur masih penasaran dengan tentang penyihir terkuat di buku silver yang pertama.
Arthur membukanya, halamannya pun masih kosong. Membuat Arthur mendengkus kesal. Tiba-tiba sebuah cahaya datang dari buku itu.
Penambahannya adalah :
"Penyihir terkuat itu bernama Eleanor Emerlda. Dia penyihir yang tidak akan diduga keberadaanya. Jika diperhatikan sihirnya bewarna merah berkilauan. Lalu tongkatnya beda dari yang lain. Dia bisa masuk ke taman sihir."
Arthur menatap buku itu. "Berati ... selama ini gue bener? Kalau Eleanor itu adalah penyihir terkuat? Berati gue harus mengalahkannya?" batin Arthur.
Arthur pun menghela nafas. Lalu membuka bab sebelumnya. Sihir cinta .. sihir yang harusnya tadi dijelaskan oleh Adam. Terpotong karena Eleanor melarangnya.
Sihir yang paling terkuat.
Sihir yang susah dicari.
Sihir yang tidak bisa dipelajari.
Sihir yang sulit dimengerti.
Sihir yang sulit didapatkan.
Dan sihir ini bukan dipelajari.
Sihir ini tidak memiliki mantra, tapi pemahaman yang kuat untuk bisa mengerti artinya.
Selebihnya dengan sihir tentang cinta. Dapat membuat penyihir terkuat mati.
Arthur melihatnya dengan bingung. "Maksudnya? Berati gue harus buat Eleanor suka ke gue? Lalu gue bisa ngalahin dia? Harus gitu ya?" gumam Arthur.
Buku itu mengeluarkan cahaya lagi. Dan bertulisan "iya" seakan jawaban dari pertanyaan yang ditanyakan oleh Arthur meskipun itu kepada dirinya sendiri.
Arthur hanya menatap buku itu tidak yakin. Lalu menutupnya. Arthur bangkit dari kasurnya. Lalu menuju ruang makan malam. Di sana sudah ratusan murid makan dengan teman temannya.
Arthur mencari Eleanor, tapi hasilnya nihil.
Arthur keluar lalu mencari Eleanor di asrama putri. Arthur tau ini melanggar tapi tidak peduli. Arthur menemukan Eleanor sedang menatap langit-langit di lorong kamar.
"El!" panggil Arthur ragu.
Eleanor menatapku lalu tersenyum senang.
"Lo belum makan kan? Mending makan. Gue gak mau lo sakit. Gue gak mau lo kenapa-kenapa," ucap Arthur dengan nada khawatir.
Eleanor menatap Arthur bingung. Dia yakin pipinya sudah bersemu merah karena Eleanor merasa pipinya sudah panas.
"Cie ... bullshing," goda Arthur.
"Apaan sih!? Kok lo jadi nyebelin gini? Ya udah buru yuk makan," ucap Eleanor lalu menarik Arthur hingga ke ruang makan tadi.
Arthur hanya duduk berdua dengan Eleanor menikmati makannya malam ini. Arthur melirik Eleanor yang sepertinya tidak napsu makan.
"Kenapa?" tanya Arthur.
"Gue bingung," jawab Eleanor.
"Kenapa bingung?" tanya Arthur.
Eleanor menghela nafasnya. "Gue suka sama seseorang ... tapi orang itu buat gue baper sama dia, gara-gara dia ada maunya. Tapi gue udah terlanjur suka sama dia," jawab Eleanor.
"Mungkin ... cinta akan membuat lo buta," ucap Arthur dengan tenang.
"Apa yang dia maksud adalah gue? Kalau benar. Maafin gue El. Gue mau balik ke dunia asli gue. Dan sekarang waktu tersisa tinggal seminggu lagi," batin Arthur sambil menatap Eleanor dengan senyum terpaksanya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro