Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30. Kawanan Baru

Setelah selesai mematikan bara api, Sugil dan Magna melanjutkan perjalanan. Mereka berencana melewati lembah Keranu untuk menuju pemukiman Bangsa Mouhan. Lembah Keranu merupakan jurang sempit yang memisahkan pegunungan Mormora menjadi dua bagian yaitu Mormora Timur dan Mormora Barat. Pegunungan ini sungguh unik, hanya di lembah Keranu, Mormora sedikit terpotong sehingga para pelancong dapat dengan mudah mencapai sisi sebaliknya tanpa harus memanjat gunung.  Mormora Timur akan membelah Dur Sharukin dan membentang hingga menjadi batas alam dengan Muradmur. Mormora Barat berjajar mengantarkan kita pada tanjung Epoch. Di tanjung inilah hutan Mouhan berakhir sekaligus tempat dimana bangsa Mouhan bermukim.

Untuk mencapai lembah Keranu, Sugil harus melewati jalan setapak dengan lebar sebesar equus. Bahkan kuda Sugil sedikit kesulitan dalam melewatinya, maklum, jurang dan tebing membatasi kanan dan kiri dari jalur ini. Beberapa kali travois pengangkut Magna tidak sengaja menginjak sisi jalan dan menjatuhkan batu ke arah jurang.

Cahaya matahari pagi berpedar melewati celah ngarai di lembah Keranu. Sugil bisa melihat dasar jurang berupa sungai yang memantulkan cahaya matahari. Di sisi berlainan tebing, jauh didepan, Sugil bisa melihat Azdharchid bersarang di dindingnya. 2 ekor bayi menengadahkan kepala kearah induknya meminta diberi makanan. Sugil juga dapat melihat beberapa Azdharchid terbang rendah diatas permukaan sungai, sepertinya sedang berburu. Kini Sugil semakin yakin bahwa mereka sudah semakin dekat dengan para Mouhan.

Sugil memperlambat laju kudanya. Dia turun dari tunggangannya dan segera memberi minum  Magna. Magna terdiam ketika Sugil menanyakan keadaannya. Dengan sangat lemah Magna mencoba meminum air yang di berikan oleh Sugil.

"Bertahanlah Magna, kita akan segera sampai," ucap Sugil menyemangati Magna alih-alih kepada dirinya sendiri.

Beberapa saat berjalan, mereka segera melewati jembatan yang menghubungkan sisi lain dari ngarai. Jembatan ini cukup panjang mengikuti lebar dari ngarai. Jadi butuh kehati hatian ketika melewatinya, terutama akibat angin yang bertiup searah sungai dibawah ngarai.

Sugil yakin, barangkali sudah puluhan tahun bahkan ratusan tahun jembatan ini berdiri dan tidak ada perawatan sama sekali. Dapatlah dilihat dari tali temali dan kayu yang digunakan. Bahkan tiupan angin yang lembut sesekali membuat bunyi decitan terhadap jembatan ini.

Sejenak mengumpulkan keberanian, Sugil perlahan memacu kudanya melewati jembatan. Segera setelah roda travois milik Magna melewati kayu lantai jembatan, kayu itu amblas. Untung si kuda refleks dan menarik travois kedepan. Melihat hal itu, Sugil menjadi lebih waspada memilih sisi jembatan yang aka dilewatinya. 

Bunyi decit roda travois dan kayu lantai jembatan mengiringi perjalanan mereka. Setelah sampai di tengah jembatan, Sugil dibuat ngeri dengan dalamnya ngarai lembah Keranu. Apalagi banyak kawanan Azdharchid bersarang dibawah sana. Sesekali Sugil dapat mendengar suara ringkikan melengking dari burung-burung itu. 

Suasana menjadi lebih tegang manakala Magna memanggil nama Sugil dengan berbisik dan mengingatkannya bahwa mereka diikuti oleh 2 ekor harimau gigi pedang. Kedua harimau itu terlihat ragu untuk melewati jembatan ringkih itu. Dilihat dari ukurannya, mereka adalah harimau yang membantu Sugil menghabisi kawanan anjing liar di tengah hutan tempo hari. 

"Magna, sepertinya mereka telah mengikuti kita sejak beberapa hari lalu." ujar Sugil. "Mengapa mereka tidak segera melumpuhkan kita? Aku tidak habis pikir," lanjut Sugil sembari memperhatikan jembatan di depannya. Entah suara Sugil yang terlalu lirih dan tersamarkan laju suara angin dan pekikan Azdarchid, atau memang Magna yang sudah terlalu lemah untuk menimpali jawaban, yang jelas Sugil tahu, pertanyaannya tidak untuk didiskusikan sekarang. 

Melihat kedua harimau gigi pedang sudah meniti jembatan, Sugil berusaha untuk mempercepat laju travoisnya. Kedua harimau itu melompat diantara kayu lantai jembatan, semakin lama semakin cepat. Bunyi decit terdengar keras, karena mereka hanya bertumpu di satu lantai kayu setiap melompat. Hingga tida-tiba salah satu dari mereka mematahkan lantai jembatan dengan bunyi 'krek'yang begitu keras. Sugil menoleh ke arah belakang. Disana terlihat seekor harimau yang paling dekat dengannya sedang berusaha untuk naik kembali ke atas lantai jembatan. Hanya kaki depan dan kepala bertaringnya yang terlihat dari sisi Sugil. Alih-alih meraung dengan gagahnya, si harimau justru terdengar meringkik. Harimau lainnya segera menghampirinya dan berusaha mengangkat tubuh kawannya ini. Beberapa kali harimau ini mencoba untuk mengangkat tubuh kawannya dengan menggigit punuk, namun gagal. Si harimau itu beberapa kali menoleh ke arah Sugil dan mengeluarkan suara ringkikan seakan-akan memohon untuk dibantu.

Sugil memanfaatkan situsi itu dengan tetap melaju meninggalkan kedua harimau. Sesaat kemudian ringkikan si harimau membuat Sugil tidak fokus dan merasa berhutang budi karena pernah di selamatkan dari kawanan anjing hutan. Sugil menghentikan laju travoisnya di seperempat akhir lajur jembatan. Dia sedikit berbisik kearah telinga kudanya, dan membiarkannya berjalan dengan pelan menuju akhir jembatan. Sugil berlari kearah harimau gigi pedang.

Si harimau yang tidak terjatuh, mengerang kuat kearah Sugil, seakan mengancam. Dengan tenang, Sugil mengangkat kedua tangannya dan berusaha menenangkan si harimau tadi. Tahu akan kehadiran Sugil yang akan membantu, si harimau mundur dan membiarkan Sugil untuk menuju kawannya. Menggunakan tali, Sugil berusaha menarik badan si harimau namun gagal. Malah hal ini membuat lantai kayu tumpuan Sugil mulai patah. Kemudian Sugil mencoba cara lain dengan menumpukan tarikan badan harimau kepada tali utama jembatan. Lambat tapi pasti, badan si harimau terangkat keatas. Ketika si harimau hampir naik ke lantai jembatan, tiba-tiba tali jembatan di ujung awal terlihat mulai putus memelintir serat-seratnya. Jembatan itu mulai bergoyang terkena tiupan angin.

Sugil berlari dengan sigap ke arah akhir jembatan dimana si kuda dan travoisnya telah berhasil sampai di tepian ngarai. Kedua ekor harimau juga berlari mengikuti Sugil dengan segera.

Jembatan yang bergoyang dengan kuatnya menyebabkan lantai jembatan mulai rontok, jatuh ke dalam ngarai. Beberapa kali langkah Sugil sedikit terhambat karena harus melompat menghindari lubang di lantai. 

Di depan, Sugil dapat melihat seekor harimau yang dia selamatkan telah sampai di ujung jembatan dengan selamat, sedangkan seekor harimau lainnya ada dibelakang Sugil. Jembatan bergoyang dengan hebat, bahkan bergerakan bagaikan ular liar. Sugil melihat 4 bilah lantai jembatan telah kosong jatuh, dan tidak mungkin untuk dilewati. Di belakangnya, Sugil melihat si harimau masih berlari berusaha menghindari beberapa lubang di depannya. 

Sugil berusaha melakukan ancang-ancang untuk melompat, namun selalu gagal, karena gerakan jembatan membanting konsentrasi Sugil. Mengetahui Sugil kesusahan dalam melanjutkan perjalanan, si harimau menerkam Sugil dari arah belakang, sehingga mereka berdua terpelanting kearah depan melewati lubang dilantai. Beruntung mereka berdua jatuh tepat di lantai yang kuat. 

Berlari sekuat tenaga, mereka berdua sampai di akhir jembatan tepat pada waktunya, sesaat sebelum jembatan tersebut putus dan membentur sisi ngarai dengan bunyi dentuman yang cukup keras. Banyak Azdarchid berterbangan kaget mendengar suara ini.





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro