Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

36

Mo dobel apdet? Komen yang banyak ya

***

Daisy hendak bersiap-siap menuju panti ketika dia mendapat pesan WA dari Krisna, hal yang seharusnya membuat dia melompat saking hal tersebut tidak pernah terjadi. Bahkan, Daisy harus memastikan lagi bahwa nomor yang menghubungi adalah milik suaminya sendiri. Ketika dia benar-benar melihat bahwa memang Krisna yang mengirim pesan itu, Daisy berkali-kali mengetik dan menghapus balasannya, takut dia salah menjawab.

Ambil berkas di kantor gw, map warna navy, di atas meja. Ada tulisan APM. Antar ke hotel The Lawson nggak jauh dari rumah. Gw males balik. Lo pake Grab aja.

Pesan tersebut tidak ada romantis-romantisnya dan orang-orang yang melihat bakal sangsi kalau yang menulis adalah seorang suami yang oleh istri pertamanya disebut-sebut sebagai pria paling baik di dunia. Daripada pesan seorang suami kepada istri, Daisy menilai kalau yang barusan Krisna kirim adalah memo dari seorang bos ke OB atau malah jongos di kantor. Krisna mungkin malu meminta asistennya datang mengambil ke rumah dan alih-alih menyuruh Faris, dia lebih suka menyuruh Daisy datang sendiri. 

Daisy menarik napas dalam-dalam sebelum dia memutuskan untuk menjawab. Saat itu hampir pukul sebelas. Dia sebenarnya sudah sangat kesiangan. Akan tetapi, daripada dia hanya duduk bengong dan termangu di rumah sebesar itu, lebih baik mengunjungi panti. Kini, pesan dari Krisna bagaikan vonis menyebalkan yang tidak bisa dia tolak sama sekali.

Minta tolong, kek. Kamu, tuh, nggak ada manis-manisnya. Ini yang namanya manusia paling baik di dunia? 

Daisy memutuskan untuk menuruti permintaan Krisna karena dia berpikir, hanya butuh sekali jalan dari hotel menuju panti. Walau begitu, Daisy agak kurang paham lokasi hotel tersebut berada. Sepertinya hotel tersebut baru dibangun karena seingat Daisy, ada nama yang sama pernah dia lihat sebelumnya.

Karena punya pengalaman buruk dengan kunjungan ke kantor Krisna, Daisy kemudian memilih gamis dan jilbab terbaik yang dia punya supaya tidak membuat suaminya malu. Dia sadar, hanya akan berdiri di lobi atau malah depan gerbang hotel dan menyerahkan map milik suaminya, lalu bergegas ke panti. Tetapi, berpakaian biasa hanya akan membuat lukanya kambuh. Walau dia tidak akan lagi mengunjungi Astera, Daisy masih mengingat dengan jelas tatapan iba yang ditunjukan oleh Fadli dan Faris kepadanya. 

Apa perlu aku pakai make up juga?

Daisy keluar rumah dan menaiki taksi online pesanannya sekitar lima belas menit kemudian. Dia sudah memakai pakaian terbaik miliknya dan berdandan walau tidak tebal. Dia hanya ingin tampil pantas ketika menemui Krisna yang saat ini sedang rapat dengan para pejabat penting. Pria itu menginap di hotel selama dua hari dan sesuai rencana, Daisy juga akan menginap di panti selama dua hari. Dia memang hanya membawa laptop saja karena beberapa pakaian masih berada di panti. 

Sebentar lagi sampai, Mas. Tolong keluar, ya.

Daisy mencermati pesan yang dia ketik selama beberapa saat sebelum memencet tombol kirim. Sayangnya, setelah satu menit tetap tidak ada balasan. Pesan itu hanya centang satu alias belum diterima oleh Krisna.

"Stopnya di mana, Bu? Masuk parkiran?" 

Suara sang pengemudi membuat Daisy  melirik layar ponsel. Baru pukul setengah dua belas dan dia berpikir kalau saat ini rapat masih berlangsung dan Krisna tidak mungkin menerima atau menjawab pesan sama sekali.

Rapat biasanya selesai pukul dua belas. Bahkan bisa lebih, pikir Daisy. Karena itu, pada akhirnya dia memilih untuk berhenti di depan hotel dan membiarkan taksi pesanannya berlalu sementara Daisy sendiri memandang ragu ke arah pintu masuk hotel yang saat itu terlihat sepi. Ada beberapa motor terparkir di sisi kiri hotel dan beberapa mobil, salah satu di antaranya milik Krisna. Dia ingat nomor plat SUV silver milik suaminya dan menghela napas karen menyadari dia masih harus menunggu selama beberapa saat. 

Untuk mengulur waktu, Daisy sengaja berjalan dengan amat pelan. Dia hampir menabrak sepasang muda-mudi yang berusia di bawah dua puluh tahun berjalan dalam diam keluar dari hotel yang saat ini dia datangi. Pasangan tersebut melangkah dengan terburu-buru. Rambut keduanya basah tanda habis mandi dan Daisy sempat terdiam melihat keadaan mereka berdua.

Kayak masih SMA atau baru kuliah kalau dilihat dari mukanya. Yang cewek malah kayak anak SMP.

Dasar pemilik akun suka bergosip. Daisy yang kelihatannya suka menutup tubuh dan aurat, tetap saja tidak bisa menahan rasa penasaran begitu melihat pasangan muda tersebut menaiki motor. Apa, sih, yang dilakukan sepasang anak muda, menjelang pukul dua belas siang, di hotel, dengan rambut basah pula? 

Sambil memejamkan mata, Daisy menepuk jidatnya sendiri. Dia juga mengucap istigfar berkali-kali sebelum menghembuskan napas. 

Aku nggak mau su udzon, tapi, kok, nggak bisa, ya? Ngapain coba mereka ke hotel? Main monopoli? Atau mengantar barang kayak aku?

Kemana, sih, Krisna? Daisy sampai harus mengucap istighfar demi mengingatkan diri kalau dia tidak boleh menduga-duga. Ini Jakarta, siapa tahu mereka berdua adalah pasangan suami istri. Siapa tahu saat ini mereka punya bukti buku garuda. Lah, dia sendiri? Hanya bermodal ucapan terima nikahnya saja oleh Krisna, tanpa buku sakti yang bisa dia pamerkan sesuka hati. 

Makanya, jangan suka nuduh orang, Daisy memarahi dirinya sendiri. 

Daisy pada akhirnya menaiki anak tangga yang membawanya memasuki pintu lobi. Seorang security membantu membuka pintu dan mengucapkan salam dengan ramah begitu dia lewat, sehingga kegugupan yang tadi melanda hati Daisy menjadi mencair. Tidak jauh dari resepsionis, terdapat beberapa sofa berdesain unik yang ditata agar tamu-tamu yang duduk merasa amat nyaman. Di sana juga terdapat grand piano berwarna hitam serta sebuah meja berukuran 2x2 m sebagai tempat untuk menampung sebuah pot bunga anggrek bulan berukuran amat besar yang membuat Daisy amat kagum. Belum pernah dia melihat bunga hidup ditata seindah itu. Pembuatnya pastilah amat ahli dan bertangan dingin. 

Daisy sendiri tidak punya pengalaman bagus tentang tanaman. Satu-satunya bunga yang berhasil dia tanam hanyalah bunga matahari, ketika berusia sepuluh tahun, di rumah orang tua angkatnya yang kedua. Tetapi, bunga tersebut mati tidak lama setelah mekar sangat indah dan ibu angkatnya marah karena Daisy mencoba mengumpulkan biji bunga matahari yang menurutnya menjadi sumber kotoran. Wanita tersebut tidak suka rumahnya yang tertata apik dan rapi diisi sembarang benda dan Daisy harus merelakan bibit-bibit bunga tersebut dibuang di depan matanya sendiri.

Krisna belum juga membalas pesan Daisy bahkan ketika hari sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Dia bahkan sudah terkantuk-kantuk karena hembusan AC mulai membuat pertahanannya goyah. Daisy harus berjuang setengah mati agar dia tidak tertidur mengingat dia adalah juaranya setiap menemukan tempat nyaman, mata dan tubuhnya tidak bisa diajak kompromi. Tidak heran Gendhis mengatainya PeLor, singkatan dari nemPEL molOR. 

Daisy baru terbangun ketika dia merasakan sebuah tepukan lembut di pipi kanannya dan begitu matanya terbuka, dia hampir merosot dari sofa yang diduduki olehnya. 

"Mas? Kok, nggak ngasih tahu sudah di sini?"

Daisy mengerjap beberapa kali. Dia berharap pipinya tidak basah kena iler karena tidur barusan karena sudah pasti bakal membuat suaminya mengoceh. Dia kemudian tanpa ragu meraih tangan kanan Krisna dan mencium punggungnya lalu cepat-cepat melepaskan pegangan tangannya agar Krisna tidak malu bila dilihat oleh koleganya. Dia bersyukur, Krisna tidak menolak perbuatannya barusan, karena jika iya, dia tidak tahu harus meletakkan wajahnya di mana.

"Lo ngorok kayak suara mesin gergaji." Krisna bicara lagi setelah hening selama beberapa detik.

Astaga. Benarkah? Daisy bahkan tidak sadar sudah mengorok. Apakah hal tersebut benar atau Krisna hanya menggodanya? Tapi, wajah pria itu tidak ada senyum atau tawa sama sekali yang menandakan kalau dia sedang bercanda. 

Sumpah, saat ini Daisy merasa wajahnya panas. Dia malu sekali bila benar tadi ketahuan mengorok apalagi sekarang kondisi lobi hotel cukup ramai. Daisy malah melihat serombongan orang berpakaian seperti eksekutif muda sedang menuju ruangan di belakang resepsionis yang dia duga merupakan restoran. 

"Maaf. Soalnya begadang terus beberapa malam ini."

Mata Krisna terpicing. Dia tahu kalau setiap dini hari istrinya pasti terjaga dan layar laptop butut dengan stiker besar bertuliskan Yayasan Panti Asuhan Hikmah Kasih menyala. 

"Ya, udah. Mana map titipan gue?" 

Daisy tidak berharap akan ada adegan peluk cium seperti yang dilakukan banyak pasangan muda baru menikah, yang banyak dia lihat di Instagram, tetapi, setidaknya Krisna bicara satu atau dua kalimat sekadar basa-basi menanyakan kabar. Bagian ngorok dan mesin gergaji tadi bukanlah pembuka yang cukup mesra dan langsung ke acara inti seperti meminta map yang saat ini dilakukan oleh suaminya membuat Daisy makin yakin, dia benar-benar tidak ada gunanya selain penghangat kasur dan pengantar paket. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro