33
Yang mo dobel apdet, ramein komen.
Btw di KK ama KBM udah mo tamat. Covernya syakep buat nanti versi cetak
***
Mereka berdua makan dalam diam sekitar sepuluh menit kemudian. Entah pada dasarnya Krisna memang jarang makan mie instan, dia terlihat amat lahap menikmati makan malam yang kelewat telat hari itu. Daisy sendiri sengaja mengambil sedikit saja mie untuk dirinya karena melihat gelagat suaminya yang mirip dengan bocah kelaparan begitu melihat mie dalam panci telah masak.
Krisna bahkan makan dengan sangat terburu-buru. Bibirnya maju mundur meniup udara ke permukaan mie yang sudah dia angkat dengan garpu. Krisna juga menyeruput kuah mie kari ayam sambil mendesah dan memejamkan mata seolah dia makan menu paling nikmat di dunia.
"Mau nambah?" Daisy menyodorkan mangkuk miliknya. Dia belum sempat makan karena terpana melihat Krisna makan. Daisy sendiri agaknya mulai muak makan mie karena selama di rumah ini, dia hampir tidak makan menu lain selain benda tersebut dengan alasan kepraktisan.
Krisna menggeleng. Dia menyuruh Daisy makan. Agak aneh sebenarnya menemukan sang suami bicara dengan nada pelan dan ramah. Mungkin penyebabnya adalah hari ini hari ke-empat puluh pasca meninggalnya Kartika. Daisy berpikir, Krisna ingin sedikit berbuat baik.
Tapi, tadi dia sempat berpikir kalau bisa jadi penyebab sikap Krisna jadi seperti itu karena perjodohan. Entahlah, Daisy tidak tahu mana yang benar. Jika memang nanti Krisna memilih anak bos bank tersebut, dia merasa tidak masalah. Kan, mereka belum melegalkan pernikahan siri ini. Jadi, mudah saja bagi Krisna untuk melepaskan Daisy bila benar dia mau.
"Lelet banget, sih." suara Krisna lagi-lagi menyadarkan Daisy. Dia sendiri heran, kenapa akhir-akhir ini jadi sering melamun. Tetapi, ketika dia kira Krisna akan meninggalkannya, ternyata pria itu memilih untuk tetap di tempat duduknya, menunggu hingga Daisy selesai makan.
"Panas, Mas." jawab Daisy ketika Krisna mengeluh saking lamanya sang istri mengunyah, "Kamu sendiri aneh. Biasanya ninggalin aku sendirian."
Krisna yang baru sadar telah menghabiskan waktu berdua saja dengan Daisy sejak tadi memilih berdeham. Dia lantas bangkit dari kursi dan membawa mangkuk bekas makannya ke bak cuci piring.
"Desi aja yang cuci. Kalau Mas mau istirahat, silahkan."
Krisna yang tahu bahwa hampir seharian istrinya berada di dapur rumah ibunya, terus mencuci piring bahkan hingga acara selesai memilih menggeleng. Dia kemudian menyalakan keran air dan mulai menuang sabun dari botol ke permukaan mangkuk.
"Cuma mangkuk sama sendok. Gue juga bisa." balas Krisna jemawa, "lo makan aja."
Daisy tidak bisa protes tetapi matanya memperhatikan saat Krisna menuang sabun. Perasaannya jadi sedikit cemas dan dengan pengalaman pria itu dengan Pop Mie kemarin, dia khawatir nasib sabun cuci piring akan sama malangnya.
"Tuangnya ke spon aja. Jangan langsung ke mangkuk." Daisy yang tangannya gatal, langsung berdiri dan tanpa ragu meraih spon cuci piring yang berada di wadah kecil tepat di bawah keran air. Dia kemudian membasahi permukaan spon dengan air dan meminta suaminya untuk menuang sabun ke sana sementara tangannya yang lain membilas bekas kuah mie kari ayam di dalam mangkuk.
"Jadinya lo nggak makan, malah cuci piring." cerocos Krisna setelah akhirnya Daisy meniriskan mangkuk bekas makan suaminya ke rak. Krisna yang kesal kemudian memilih untuk berjalan kembali ke kamarnya di lantai dua dan meninggalkan Daisy yang bengong memandangi kelakuannya dari depan bak cuci piring.
"Ya Allah. Aku salah lagi? Udah dibantuin, juga." keluh Daisy kepada dirinya. Serba salah tinggal di rumah itu. Berinisiatif membantu malah dikira menyerobot pekerjaan suaminya.
"Padahal cuma cuci mangkuk doang, dia emosi."
Tidak ada gunanya mengeluh, pikir Daisy. Badannya mulai pegal karena sesorean hingga malam banyak mencuci piring dan dia ingin cepat-cepat kembali ke kamar Gendhis. Karena itu, Daisy buru-buru menghabiskan sisa mie miliknya, mencuci mangkuk, dan setelah memastikan semua sudah beres, dia bergegas ke kamar Gendhis, mengambil handuk dan mandi. Untung saja, dia sempat menunaikan salat Isya sehingga, setelah selesai urusan bersih-bersih diri, dia bisa segera tidur.
Sayangnya, baru lima menit Daisy di kamar mandi, sebuah ketukan membuatnya menoleh kaget dan tidak butuh izin darinya, pintu kamar mandi terbuka. Krisna sudah berdiri di hadapannya hanya memakai handuk dan memandang cuek ke arah dirinya yang baru saja memakai sabun pencuci muka.
"Mmaas?" Daisy terbata ketika Krisna masuk dan melepas handuk lalu menggantungkannya di belakang pintu.
"Kamar mandi di atas rusak?"
Krisna menggeleng, mendekat ke arah istrinya yang tampak polos. Dia sama sekali tidak peduli dengan busa sabun di wajah Daisy. Matanya malah tertuju pada gundukan yang kini tersembunyi di balik kedua lengan istrinya. Krisna lalu menarik tuas shower sehingga tubuh mereka berdua basah kuyup dan Daisy hampir gelagapan karena seketika pandangannya buram karena air.
"Besok Sabtu, gue sengaja nggak masuk." Krisna menyeringai. Tangannya sudah merayap ke mana-mana dan Daisy bergidik karena sentuhan lancang suaminya.
"Terus, apa hubungannya kamu ikut mandi?"
"Biar cepet. Gue nggak tahan nungguin lo dari tadi."
Cepat. Cepat. Cepat. Dasar Krisna. Daisy bahkan belum sempat membersihkan sabun di wajah dan baru hendak menuang sabun ke tangannya ketika suaminya mulai menjelajah baik dengan bibir, lidah, tangan, serta perabot saktinya yang membuat Daisy menggigit bibir.
Tidak mungkin, pria itu mengajaknya balas dendam di kamar mandi, kan?
"Jelas." Krisna terkekeh. Dalam satu rengkuhan, diangkatnya tubuh Daisy dan tanpa menghiraukan protes dari sang bini muda yang mengeluh kalau tubuh mereka masih basah, Krisna membawa Daisy ke kamar Gendhis lalu menuntaskan hasrat yang selama tiga hari ini membuat kepalanya pening, hingga tidak mampu berkonsentrasi sama sekali.
Dia bahkan tidak marah begitu Daisy, dengan bibir bengkak dan napas terengah-engah mengatainya pria munafik, sok tidak suka, tetapi tidak berhenti menagih jatah kepada Daisy.
Satu-satunya cara supaya istrinya bungkam, tentu saja, dengan menutup mulutnya lalu menghukum Daisy karena sudah berani meninggalkan Krisna, hingga wanita itu merintih, menyebut nama suaminya sendiri berkali-kali, sampai mereka berdua jatuh karena kelelahan.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro