Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11

Rame ga yang baca?

Perasaan eke kok sepi. Wkwkw

Di KBM ama KK udah bab berapa, yes, eke lupa. 27 apa 26 gitu. Maklum dah jompo. Ngetik aja sering salah-salah.

Ternyata menurut Emak-emak Universe Kembang-Kembang Story, Mas Nana ini adalah hasil blender Malik, Radja, Jullian, Adjie, pas lagi julid-julidnya. Tahu, kan, seberapa nyebelin mereka pas masih jahiliyah?


***

Madu in training 1112

Lepas beberapa hari lewat dari kejadian di rumah sakit, Daisy merasa amat penasaran. Tidak ada lagi kabar dari pihak Kartika. Gendhis yang dia tanya lewat WA juga tidak merespon sama sekali. Bahkan, si perawat muda yang sebenarnya amat suka posting tentang apa saja di status WA kini jadi seperti orang suci yang tidak lagi berhubungan dengan dunia maya. Padahal, menurut Daisy, biasanya dalam satu jam akan ada beberapa status Gendhis yang selalu membuatnya amat penasaran. 

Kini, dia seolah seperti didiamkan saja. Memang dia bukan bagian dari keluarga Kartika dan Gendhis. Tetapi, mereka sudah bersama sejak lama dan hampir tidak ada rahasia di antara mereka bertiga. Termasuk tentang permintaan Kartika untuk menyatukan Krisna dan Daisy dalam sebuah bahtera rumah tangga. Gendhis malah menjadi salah seorang penggembira yang merayu Daisy agar dia berubah pikiran. 

Syauqi? 

Pria itu malah tenang-tenang saja. Daisy telah curhat kepada ibu asrama panti, Ummi Yuyun yang juga pengasuhnya sejak kecil. Daisy sudah menganggapnya ibu sendiri. Wanita lima puluh delapan tahun itu menyerahkan semuanya kepada Daisy. Dia juga menyebutkan Syauqi sepertinya belum berkeinginan untuk berumah tangga. 

Meski begitu, Ummi Yuyunlah yang semula menduga kalau sebenarnya Syauqi juga menaruh hati kepada Daisy. Tapi, mendengarkan responnya, pengasuh senior itu lantas berpikir ulang. Kadang, kebanyakan lelaki selalu bersikap terlalu baik hingga membuat kaum hawa salah duga. Kenyataannya, ternyata mereka hanya bersikap seperti itu dengan alasan kesopanan. 

"Sekarang kembali di kamu, Des." ujar Ummi Yuyun, "Ummi nggak bisa menolak atau melarang karena kamu sendiri yang menjalani. Jika ini permintaan Kartika dan kamu bisa menyanggupi, maka lakukanlah. Tapi, bila hatimu nggak menerima, maka tolak dengan baik."

Daisy mengangguk dengan usulan Ummi Yuyun. Iya, dia sependapat. Hatinya tidak menerima permintaan Kartika dan Krisna adalah orang yang tidak pernah masuk dalam radarnya. Dia boleh saja tampan, mapan, memenangkan lomba mister-misteran, tetapi attitude-nya pada Kartika patut dipertanyakan. Daisy tidak sudi menjalani biduk rumah tangga dengan pria itu. Apalagi membayangkan Krisna menjamah tubuhnya setelah pengalaman di masa lalu dengan akun samaran, memergoki pria itu membubuhkan tanda cinta pada postingan seorang pria.

Duh. 

Benar-benar dia tidak sanggup. 

"Desi masih nunggu seseorang, Mik."

Bisik lirih pengasuh panti kesayangannya itu membuat Ummi Yuyun tersenyum. Jika mau jujur, tidak ada yang tahu ke mana hati Syauqi berlabuh. Berharap akan cintanya bersambut seperti mengharap seorang putra mahkota kerajaan Majapahit dan itu berarti hampir mustahil. Sebagai pemilik yayasan, masih muda dan tampan, tentu tidak sedikit dari para donatur yang mengharapkan Syauqi menjadi bagian dari keluarga mereka. 

"Iya. Ummi paham. Sekarang kembali lagi ke kamu. Cuma, jangan terlalu kejam sama Kartika. Dia sudah menderita secara fisik. Jangan kamu siksa dia dengan tidak menegur atau menjenguknya. Bagaimanapun juga, Tika adalah kakak perempuanmu. Kalian selalu sama-sama sejak kecil."

Daisy menjelaskan kalau dia tidak menghindar. Tapi, gara-gara itu juga dirinya sadar kalau sebenarnya dia tidak diacuhkan. Semua orang pastilah sedang sibuk mengurusi Kartika, termasuk juga Gendhis sehingga mereka tidak sempat lagi memberi kabar. 

Bisa jadi juga keadaan Kartika semakin gawat dan hal itu membuatnya sangat ketakutan. Jika terjadi apa-apa kepada Kartika, dia bakal menjadi orang yang paling menyesal di dunia.

"Desi mau ke rumah sakit dulu, Mi." 

Daisy meraih punggung tangan Ummi Yuyun lalu bergegas menuju kamarnya yang berada di belakang gedung utama, dekat dapur. Dia ingin berganti pakaian agar Kartika senang ketika melihatnya. 

Setiba di kamar, Daisy menyempatkan diri untuk membilas tubuhnya, memakai deodoran, dan juga tabir surya. Dia tidak percaya diri memakai make up. Tetapi, dia memiliki alis tebal yang amat rapi, tumbuh secara alami sehingga membuat Gendhis iri. Selain itu, kulit Daisy amat putih dan mulus. Hidungnya juga amat mancung dan bibirnya merah meskipun tanpa gincu. Setelah dewasa, dia semakin terlihat seperti gadis keturunan Arab dan kadang ketika berpapasan dengan gadis-gadis keturunan tersebut, dia selalu mendapat senyuman seolah dia juga adalah bagian dari mereka.

Tapi, karena saat berusia empat sampai tujuh tahun dia diadopsi dan dibawa orang tua angkatnya ke Solo, serta satu tahun di rumah orang tua angkatnya yang lain di Semarang sewaktu dia berusia sebelas tahun, maka logat bicara Daisy menjadi seperti penduduk daerah itu walau sekarang dia sudah tidak lagi mahir bicara bahasa Jawa seperti dulu. 

Lima belas menit bersiap-siap, Daisy mematut diri di depan kaca. Penampilannya sedikit lebih baik dibanding terakhir kali dia mampir ke rumah sakit. Hari ini dia memakai tunik berwarna putih, rok plisket hitam, serta jilbab sifon berwarna merah muda. Sedikit tidak nyambung, tapi, tidak apa-apa. Bukankah putih adalah warna netral yang cocok untuk dipadukan dengan warna apa pun? Lagipula, tunik tersebut adalah pemberian Kartika beberapa bulan lalu. Daisy hanya memakainya pada acara penting mengingat bentuknya amat cantik, terbuat dari bahan sutra sangat lembut dengan kain tile cantik di ujung tunik dan juga kedua lengan dan tambahan payet mutiara yang membuat Daisy yakin, harganya pasti tidak murah. 

Kali ini, Daisy tidak lagi meminta bantuan Syauqi. Pria itu tengah sibuk memantau persiapan pembangunan dan dia merasa tidak seharusnya mengganggu. Impian menjadi istri Syauqi seolah terbang amat tinggi setelah Daisy menyadari ada jurang yang dalam yang memisahkan mereka berdua. 

Pemilik yayasan dan si yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya. 

Setelah menghela napas, Daisy lantas keluar kamar. Nirmala telah mengetuk pintu dan mengatakan kalau ojek online yang dipesannya telah tiba. 

"Ummi Desi, hati-hati." Nirmala melambaikan tangannya begitu motor yang ditumpangi Daisy melaju meninggalkan panti. Mata Daisy sempat menangkap dua buah truk memasuki lahan kosong di sebelah panti yang sebelum ini sempat menjadi pembahasan antara dirinya dan Syauqi. Amanat Kartika sebagai donatur harus dilaksanakan walau Daisy sempat menolak dan akhirnya, setelah mendengar wejangan dari Ummi Yuyun, wanita itu menyerah. Hak Kartika untuk menghabiskan uangnya di mana. Penggunaan nama Daisy di dalamnya adalah agar mencegah bila suatu hari ada sengketa di antara intern yayasan dan Kartika hanya menyelamatkan haknya bila hal tersebut terjadi. Dia juga lebih mengutamakan kenyamanan adik angkatnya dengan membuat satu rumah khusus karena kondisi kamar Daisy sekarang amat jauh dari kata layak.

Entah mengapa, dia merasa tidak bisa berkata-kata. Kebaikan Kartika melebihi semua yang bisa dia bayangkan bahkan mereka bukan saudara kandung. Kedekatan sebagai sesama anak yatim di awal masa remaja membuat mereka hampir tidak terpisahkan. Walau sebenarnya, Daisylah yang lebih sering meninggalkan Kartika untuk diadopsi.

Kami mau Daisy aja, Umm. Dia cantik banget.

Dia selalu mendengar kalimat yang sama dari calon ibu angkatnya. Tetapi, usia adopsi mereka tidak bertahan lama. Tiga tahun adalah batas maksimal sebelum dia dikembalikan. Itu pun dengan berbagai alasan dan kadang siksaan karena dia diyakini bakal merebut hati suami mereka dan juga mencuri harta mereka.

Demi Tuhan. Daisy bahkan belum bisa bicara dengan benar dan dia sudah dituduh macam-macam. 

Hanya Kartika yang selalu memeluknya setiap dia kembali ke panti dengan wajah sembab karena menangis. 

"Adikku sayang. Sini sama Mbak. Kita tidur bareng, ya, di kasur Mbak."

Kasur Kartika begitu tipis dan hanya muat untuk dirinya sendiri. Mereka bahkan harus berhimpit-himpitan agar bisa tidur, tetapi, buat Daisy, momen itu adalah momen terindah dalam hidupnya. Diselamatkan oleh kakak yang paling dia sayang setelah dibuang oleh keluarga-keluarga yang menolaknya. 

Sayang, Kartika tidak bisa tinggal lama. Dia sebenarnya telah diangkat anak oleh sebuah keluarga terpandang dan kedatangannya ke panti hanyalah untuk menghibur Daisy kecil selama beberapa waktu sebelum akhirnya dia kembali kepada keluarga yang amat mencintainya. 

"Neng nangis?" 

Suara pengemudi ojek membuat Daisy mengerjap. Dia menggeleng tapi setelahnya memutuskan untuk mengangguk. Entah bagaimana menjawabnya, dia tidak terlalu kenal pengemudi ini sebelumnya. 

"Emak saya bilang, nangis jangan ditahan, Neng. Ntar jadi bisul. Susah, kan? Cakep-cakep tapi bisulan. Kasihan kalau mau duduk."

Daisy mau tidak mau tertawa walau candaan si Mamang jauh dari kata lucu. Bahkan, setelah turun, dia melebihkan uang pembayaran sebagai tanda terima kasih karena sudah membuatnya tertawa. Setelah mereka berpisah, Daisy kemudian memutuskan untuk cepat-cepat menuju kamar rawat Kartika. Untung saja tadi dia sempat menelepon Gendhis. Adik ipar Kartika tersebut membalas panggilannya walau Daisy merasa suaranya agak sedikit sengau. Hal itulah yang membuat Daisy jadi sedikit panik dan dia tidak bisa memikirkan hal lain selain Kartika, si malang yang telah dua kali menjadi yatim piatu.

Belum sempat mengetuk pintu saat dia tiba di depan kamar rawat Kartika, dia mendengar isak tangis. Ada suara Gendhis dan Krisna. Namun, kehadiran beberapa orang yang dia kenal sebagai keluarga suami Kartika di dekat pintu membuatnya ragu untuk masuk. 

"Loh? Mbak Desi?" Gendhis yang mengenali Daisy segera mendekat. Rambut gelombangnya kini terikat dan tampak lepek. Nampak bukan dia sama sekali dan Daisy tidak heran. Gendhis sedang menggunakan tisu untuk menghapus air mata di kedua pipinya saat dua mendekat dan menarik tangan Daisy untuk mengikutinya. 

"Sini, Mbak. Mbak Tika cari-cari kamu terus beberapa hari ini."

Daisy tampak gugup sewaktu dia melewati beberapa anggota keluarga Janardana. Bahkan, dia menunduk sewaktu pandangannya bertemu dengan ibu Gendhis yang tampak cemberut. Daisy mengenal wanita gaek tersebut dengan nama Bunda Hanum. Kepada Kartika dia amat kasih tetapi tidak pada Daisy. 

"Ada Daisy?" suara lemah Kartika terdengar membuat Daisy jadi tidak tega. Dia melihat sosok Krisna yang duduk di sebuah kursi stenlis. Dengan tangan kanan, dia menggam jemari kurus istrinya sementara tangan kirinya mengusap puncak kepala Kartika yang tertutup jilbab. 

Wajah Krisna tampak sangat kacau. Kumis dan janggutnya tumbuh berantakan. Rambutnya bahkan jadi sedikit lebih panjang dari saat terakhir mereka bertemu, entah satu minggu atau lebih, Daisy tidak ingat. 

Yang lebih parah, cekungan di mata pria itu tampak nyata dan dia mirip sekali dengan zombie atau vampir Cina di film jaman dulu yang sering ditonton Daisy bersama-sama di ruang tengah rumah utama panti. 

"Adekku, apa kabarmu? Sehat?"

Kartika minta Krisna melepaskan tangannya karena dia ingin memeluk Daisy. Dia tersenyum amat lebar tetapi, Daisy malah melihat kalau bibirnya pecah-pecah padahal di samping tempat tidur, dia melihat lip balm dan yakin kalau Gendhis pasti merawat tubuh kakak iparnya dengan sangat baik.

"Baik, Mbak. Alhamdulillah." bisik Daisy saat dia merasakan tangan kurus Kartika menyentuh punggungnya. Matanya terasa amat panas dan begitu pelukan mereka terlepas, dia berterima kasih kepada Gendhis yang memberinya sekotak tisu.

"Mbak gimana?"

"Lumayan. Makanku banyak." 

Lagi, Kartika tersenyum. Dia tampak makin kurus dan biji matanya seolah keluar dari rongga. Hampir tidak ada cahaya kehidupan dan Daisy sempat melihat sebuah tabung oksigen berdiri di sebelah tempat tidur. Selangnya menyambung ke hidung Kartika dan dia merasa amat terluka melihatnya. 

Gendhis sempat menggeleng dan dengan ekor matanya dia memberi kode supaya Daisy melihat ke arah nakas. Nasi terakhir yang dikirim petugas catering rumah sakit bahkan masih tertutup plastic wrap tanda belum disentuh sama sekali.

Mana mungkin Daisy percaya setelah matanya menemukan barang bukti tersebut. Dia merasa amat khawatir apalagi melihat kehadiran anggota keluarga yang lain, yang tiba-tiba saja berkumpul.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro