8. Does Everything Okay?
Tiga hari telah berlalu sejak insiden di suatu makan siang antara Faye dan Ray. Pasca perbincangan yang terjadi antara Ray dan ayahnya—atau mungkin dengan ibunya juga—hari-hari Faye menjadi tidak tenang. Pasalnya, Ray bungkam. Tidak menceritakan sedikit pun tentang apa saja yang dia dan ayahnya perbincangkan.
Di dalam benak Faye sendiri sudah terangkai beberapa skenario. Dan tidak ada satu pun dari skenario-skenario tersebut yang menunjukkan indikasi positif. Semuanya berhasil membuat Faye menyimpan takut secara berlebihan.
Di satu sisi, baik hari itu maupun kini, Faye tidak berani bertanya kepada Ray. Ia takut jika harus mendengar hasil tidak baik yang akan Ray sampaikan. Sementara di sisi lain, Faye merasa belum siap kehilangan Ray—jika memang benar ayahnya meminta Ray untuk menjauh. Di sini, Faye hanya seorang diri. Meski ia memiliki beberapa teman yang juga berasal dari Indonesia, entah itu satu almamater atau rekan di klub perkumpulan mahasiswa Indonesia, bagi Faye hanya Ray yang sedekat itu dengannya.
Hanya Ray, yang dapat ia terima kehadirannya berkat sikap hangat dan penuh perhatian yang pemuda itu beri selama ini.
Faye merasa aman jika bersama Ray.
Kondisi hati Faye yang sedang tak tentu arah ini diperparah dengan intensitas komunikasinya dengan Ray yang kian merenggang. Memang biasanya tidak selalu saling mengirim chat atau melakukan panggilan suara. Tetapi setidaknya, lelaki itu akan memberinya kabar setiap hari, meski hanya sebatas ucapan, "Today's weather is very good, Fay. I like it."
Tetapi tiga hari ini, tak ada satu pesan pun yang Faye terima. Kalaupun ia yang mengirim pesan, semua bubble chat itu akan berubah warna dari abu menjadi biru, tanpa ada balasanya yang menyertai.
Ada apa? Kenapa Ray jadi diam seribu bahasa seperti sekarang? Benarkah sudah terjadi hal yang tidak diinginkan melalui percakapan waktu itu?
Ingin rasanya Faye bertanya kepada sang ayah. Tetapi ia sadar. Nyalinya tidak sebesar itu. Sementara bertanya pada ummi atau saudaranya, juga bukan merupakan pilihan yang tepat.
"Faye harus gimana, Ya Allah? Faye butuh pencerahan."
Merasa tidak sanggup lagi menahan kegelisahan ini, Faye pun akhirnya memilih untuk menuangkan isi hatinya kepada Sang Ilahi. Detik ini juga, Faye melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Mengambil wudu, lalu menunaikan salat dhuha. Disusul dengan wirid dan beberapa doa lainnya, sesuai dengan apa yang pernah diajarkan padanya.
Setelah puas mencurahkan isi hati kepada Sang Pemilik Hidup, Faye membereskan peralatan salatnya, lalu merebahkan diri di kasur. Badannya sudah tidak demam seperti sebelumnya. Hanya tersisa sedikit rasa lemas dan nafsu makan yang belum sepenuhnya kembali normal.
Bingung ingin melakukan apa, pada alhirnya Faye memilih untuk memainkan ponsel. Menggeser layar dari bawah ke atas, melompati satu aplikasi ke aplikasi lainnya, hingga aksinya berhenti di layanan pesanan berlogo telepon hijau. Dipandangnya lekat-lekat dua baris nama yang berurutan di puncak pesan. Tertulis nama Danielle dan Ray. Faye tahu, saat ini Danielle sedang berada di gereja untuk melaksanakan ibadah rutin di hari Minggu. Sementara Ray...
Spontan Faye mengubah posisi menjadi duduk dalam sekali gerak. Foto dari Ray tengah dilingkari oleh garis berwarna hijau terang. Itu tandanya, Ray sudah mengunggah story.
Dengan mengucap bismillah, Faye pun mengetuk foto milik Ray.
Di sana, Ray mengunggah foto dirinya yang menunjukkan tengah berada di sebuah toko buku. Dan... Faye tahu, di mana toko buku tersebut berada.
Tanpa pikir panjang lagi, Faye lekas mengganti pakaian, mengaplikasikan makeup tipis, lalu menyiapkan beberapa keperluan untuk perjalanannya sebentar lagi. Ya, ia berniat untuk menghampiri Ray ke London. Sekarang juga!
Semoga Mas Ray masih di sana pas aku sampai.
🦪🦪🦪
Jarak kota Cambridge dengan London sebenarnya tidaklah jauh. Hanya perlu menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam saja, menggunakan beberapa alternatif kendaraan. Namun kali ini, Faye memilih kereta api sebagai alat transportasinya menuju kota tersibuk di Inggris.
Selama perjalanan, Faye menimbang. Apa saja yang hendak dikatakannya kepada Ray nanti. Apakah harus meminta maaf dulu? Atau langsung bertanya saja? Entahlah. Otak Faye yang biasanya penuh dengan ide kini terasa buntu.
Sudahlah. Faye pikirkan itu nanti saja setelah tiba di London. Sekarang, lebih baik ia menikmati perjalanan saja, tak lupa terus berdzikir dalam diam.
- To be Continued.
Malang, 30 Maret 2023
22.32 WIB
All Rights Reserved
Pialoey 💙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro