Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1. The Shining Star of the Family

“Sudah selesai, Fay?”

Sebuah pertanyaan meluncur di telinga seorang gadis yang tersembunyi di balik hijab cokelatnya. Gerakan tangan milik perempuan muda tersebut pun otomatis terhenti. “Eh, Umi,” jawabnya dengan senyuman yang merekah sempurna. Ia berbalik menghadap sang ibu yang terbiasa dipanggilnya dengan sebutan ummi.

Alhamdulillah, udah selesai semua. Kotak nasi, minuman, sama set tasbih udah Faye masukin ke dalam totebag. Tinggal diangkut dan dibawa ke pesantren aja, Mi,” tambahnya.

Najwa, ibu Faye, hanya mengulum senyum setelah mendengar jawaban tersebut. Beliau tampak bangga dengan putri bungsunya yang selalu berhasil menuntaskan tugas tepat waktu. Tidak, bahkan jauh dari waktu yang ditentukan. Buktinya, kini tatanan buah tangan yang Faye urus sudah teratasi dengan baik, bukan? Padahal waktu penjemputan masih tiga jam lagi. Benar-benar hebat.

“Ya sudah, kalau gitu sekarang kamu istirahat dulu. Tapi ingat, sebelum pukul lima sore, kita sudah harus berangkat ke pesantren, lho, ya. Jangan terlambat bersiap-siapnya nanti,” peringat Najwa kepada Faye, yang dibalasi dengan anggukan paham.

“Siap, Ummi. Perintah dilaksanakan.”

Selepas kepergian sang ibu, gadis bernama lengkap Lafayetta Yumna Shihab itu pun ikut meninggalkan area ruang tengah menuju kamar. Sebenarnya ia ingin beristirahat terlebih dulu seperti titah ummi. Akan tetapi, saat Faye baru saja memejamkan mata, mendadak ia teringat pada PR bahasa Inggris dan biologi yang harus dikumpulkan esok hari.

“Kerjain sekarang aja, deh. Daripada nanti malam malah enggak sempat,” cicitnya pelan. Kemudian, Faye beringsut meninggalkan kasur empuknya menuju meja belajar. Menyelesaikan dua tugas rumah secepat yang ia bisa.

Satu setengah jam kemudian, dua PR yang membutuhkan jawaban panjang milik Faye sudah berhasil diselesaikan. Faye lega, setidaknya jika acara nanti malam berakhir hingga larut, ia tidak akan lagi merasa khawatir karena tugasnya belum aman. Dan kini, sisa waktu yang ada ia manfaatkan untuk merebahkan diri sebentar, kemudian bersiap-siap menuju pesantren yang terletak tiga puluh menit dari rumahnya.

Ah, iya. Mungkin sedikit terasa asing bagi beberapa orang, jika mendengar keluarga kiai ternama tidak tinggal di satu kawasan yang sama dengan pesantren miliknya. Namun nyatanya, KH. Arifin Mahfud—ayah Faye—memilih jalan tersebut.

Tidak ada alasan khusus bagi pria bertubuh subur dengan cambang agak lebat yang menghiasi wajah itu, untuk tinggal di tempat yang terpisah dari pondok pesantren miliknya. Hanya saja bagi beliau, memiliki reputasi yang sangat baik dan disegani oleh banyak orang karena ilmu agama yang luar biasa, bukan berarti keluarga kecilnya juga harus menutup diri dari dunia luar. Mereka tetap perlu merasakan yang namanya tata hidup bermasyarakat, dan tidak selalu terkungkung di sekitaran ponpes saja. Setidaknya itu pendapat pribadi beliau, karena alasan lain yang menguatkan tekad adalah perjalanan pergi dari rumah dan pulang dari ponpes yang dirasa cukup menyenangkan jua.

"Alhamdulillah. Semuanya berjalan lancar. Terima kasih, untuk seluruh panitia yang sudah bekerja keras dalam menyiapkan pengajian malam ini," ucap Kiai Mahfud selepas acara.

Para pengurus yang terdiri dari beberapa santri lawas pun menanggapinya beragam. Ada yang menjawab dengan sopan, mengangguk, bahkan ada juga yang tertawa kecil karena merasa tersanjung atas ucapan sang kiai.

Akan tetapi, pandangan dari pemimpin ponpes Syarif Hidayatullah tersebut mendadak teralih ke sisi kanan, di mana terdapat putri satu-satunya terpantau sedang asyik membantu beberapa santri perempuan untuk membersihkan aula seusai pengajian digelar. Beliau menggelengkan kepala singkat.

"Masya Allah, sungguh luar biasa putriku itu. Bisa-bisanya dia tidak merasakan lelah padahal dari sebelum acara dimulai, dia sudah sibuk wara-wiri membantu menyiapkan segalanya. Maha Besar Allah yang menitipkan gadis mulia itu sebagai anakku," puji Kiai Mahfud penuh haru.

Mendengar hal itu, Fardan, selaku kakak nomor dua Faye, menimpali. "Memang adik kecil Fardan itu bisa diandalkan, Abi. Kelihatannya saja yang kayak lemah, pendiam, dan tidak bertenaga. Tapi aslinya, dia lebih tangguh dari perempuan lain yang seusianya."

Abi tergelak. Menyetujui apa yang putranya aturkan barusan. Begitu juga dengan para santri lainnya yang turut memuji Faye penuh kekaguman.

"Awas, jangan berlebihan kalau mengagumi putri saya," kata Abi tiba-tiba. Beliau menatap satu per satu muridnya yang terlihat berbinar saat memandang Faye dari kejauhan. Bagaimana tidak? Kulit putih dengan bulu mata lentik, dan beberapa titik hitam manis yang mebingkai wajah putrinya itu memang mudah menarik perhatian siapa pun, terkhusus kaum adam. "Meski saya ini pemilik ponpes besar, tapi saya tidak akan menikahkan Faye dengan santri-santri saya, termasuk kalian," tambahnya.

Seragam reaksi yang menampilkan deretan raut kecewa membuat Abi kembali tertawa. Apa benar, santri-santri kebanggaannya itu memiliki harapan bisa berjodoh dengan permata hatinya?

"Jujur, Abi, saya kecewa dengan pernyataan tersebut," celetuk salah satu santri bernama Binsyar.

"Saya juga, saya juga," sahut beberapa santri kemudian. Mau tak mau, Abi menghela napas dibuatnya. Rupanya tali kagum untuk Faye harus dipotong sekarang juga sebelum beberapa dari mereka terus mencetak catatan dosa.

"Wahai anak-anakku sekalian, jangan lupa bahwa menaruh harapan terhadap manusia merupakan hal yang tidak sepatutnya untuk dilakukan. Apalagi oleh orang-orang terpelajar seperti kalian. Terlebih, objek dari harapan tersebut merupakan seorang perempuan. Anak saya, lagi," terang kiai yang lebih suka dipanggil Abi oleh seluruh santrinya itu, tanpa nada menghakimi. Beliau juga menambahkan, "Rasulullah SAW juga telah bersabda; Siapa saja yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, janganlah sekali-kali ia berkhalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya, karena yang ketiga diantara keduanya adalah setan.

"Jadi, teruntuk kaum mukmin, hendaklah untuk senantiasa menunduk serta menjaga pandangan dari manusia yang bukan mahramnya. Termasuk pada Faye, putri saya."

Penuturan panjang Abi tersebut spontan membuat Binsyar dan enam santri lainnya menundukkan kepala. Mereka beristigfar. Menyadari kesalahan yang baru saja ditunjukkan secara terang-terangan.

"Astaghfirullahaladzim. Maafkan kami, Abi. Kami tidak bermaksud buruk saat melihat Ning Faye."

"Sudah, tidak apa. Saya maklumi. Faye itu memang terlalu mencolok, jadi sulit bagi siapa pun untuk tidak menoleh ke arahnya. Sekarang, sebaiknya kalian segera beristirahat. Hari yang melelahkan ini, sudah saatnya untuk diakhiri."

Tanpa berlama-lama, mereka pun berpamitan. Tidak lupa menyalimi tangan Abi sebelum kembali ke kamar masing-masing.

"Abi memang juara, kalau urusan menjatuhkan mental laki-laki yang terpesona sama kecantikan Faye." Adalah respons yang Fardan berikan selepas kepergian para santri pengurus. Dia bahkan menaik-turunkan alisnya dengan sengaja untuk menggoda ayahnya.

"Bukan gitu, Mas. Abi cuma berusaha menghentikan laju dosa mereka saja, kok. Lagipula, kalau aksi memandang mereka enggak dihentikan, Faye juga yang kena dosanya."

Fardan mengangguk saja, membenarkan ucapan sang ayah yang seutuhnya benar. Di saat yang sama, objek yang sedang dibicarakan pun menghampiri. Lengkap bersama Najwa di sisinya.

"Hayyo, lagi pada ngomongin Faye, ya?" tuduh gadis itu dengan nada berbalut canda. Lengan kanannya ditepuk pelan oleh ibunya, sebagai peringatan untuk berkata sopan kepada dua laki-laki kesayangan keluarga mereka.

"Lho, kok Faye tahu?"

"Iya, nih. Nguping, ya? Ingat lho, Fay, nguping itu favoritnya setan. Nggak baik."

Faye mengabaikan reaksi dari ayah dan kakaknya itu, sambil sesekali melihat ke beberapa arah seperti sedang mencari seseorang. "Ngomong-ngomong, Mas Damar sama Mbak Alea enggak jadi datang, ya? Faye enggak lihat keberadaan mereka sama sekali, tadi. Mau telepon, tapi ponsel Faye lowbat."

Menanggapi hal itu, Fardan selaku kakak yang baik pun memberitahu bahwa kakak pertama mereka bersama istrinya mendadak berhalangan hadir karena suatu urusan urgent yang tidak bisa ditinggalkan. Faye ber-oh-ria. Agak menyayangkan, tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah terlanjur terjadi.

"Ya udah. Ini kita mau pulang sekarang apa gimana? Jujur, Faye udah mulai ngantuk." Primadona milik keluarga Mahfud dan Najwa tersebut meringis geli. Tampaknya, ia agak segan mengatakan apa yang sedang dirasakan saat ini.

"Lah, emang kamu bisa ngantuk juga?"

"Dih, Mas Fardan apaan, sih! Faye kan, juga manusia? Pastilah bisa ngantuk!"

"Yakin? Biasanya kamu tuh, susah ngantuknya tahu, Fay, kalau udah asyik ngerjain sesuatu. Kerjaaaa mulu, kayak kuda. Enggak ada capek-capeknya," timpal Fardan lagi. Dia tidak mau kalah. Tapi, konteksnya dia hanya bercanda. Karena baginya, menggoda adik kecilnya sampai hampir menangis itu sungguh menyenangkan. Meski tetap saja, akan ada omelan panjang dari Ummi dan Abi yang mengekor setelahnya.

"Ho, jadi sekarang Mas Fardan lagi nyamain Faye sama kuda, nih? Ummi, Abi, izin nyentil jidat ginjalnya Mas Fardan, ya. Biar nggak tuman, nyama-nyamain adiknya sama binatang."

Faye yang siap untuk mengejar Fardan yang sudah berlari itu pun spontan menekuk wajahnya gemas lantaran langkah kaki sudah dicegah oleh Najwa, sang ummi.

"Faye, ingat, kamu itu perempuan. Statusmu di mata santri itu tinggi, seorang Ning. Anak pemilik ponpes. Jaga sikap kamu, Nak."

Oh, Faye lupa. Di dalam pikiran sang ibu, ia tidak boleh memiliki sikap bebas seperti yang biasa teman-temannya dapat. Seorang Ning, harus bersikap anggun layaknya putri mahkota di kerajaan kuno. Sungguh menyebalkan!

- To be Continued.

🍪🍪🍪
 

Halo, Manteman. Kaget, ya, ada notif dari aku tapi isinya bukan Cicit? Wkwkwk.

Maaf, maaf. Bukan bermaksud ngerjain apalagi ngecewain, hanya saja cerita ini benar-benar project baru yang insya Allah aku update lebih rajin dan tydak akan digantung lama seperti Cicit wkwk. Oh iya, MADELEINES ini awalnya diikutsertakan ke Writing Project AE 3 dalam rangka menyambut bulan Ramadan, held by WritingProjectAE , ya, Manteman. Tapi sekarang naskah ini sudah bebas karena aku gagal menyelesaikan misi di sesi terakhirnya.

1. Lafayetta Yumna Shihab.

2. Albany Ray Antasena.


 Nb: Bab baru Cicit is on the way, ya. See you there. And see you again here soon. Thank you, and I purple you 💜

Malang, 15 Maret 2023
20.21 WIB
All Rights Reserved
Pialoey 💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro