Bab 8 Kencan pertama
Abel mendengar gumaman Malik namun ia tak acuh, lebih baik menunggu hal yang pasti, yang mau berjuang dan tidak pengecut seperti Malik.
Memasuki rumah, melihat mobil bertengger di garasi sudah dipastikan jika itu mobil Roni. Abel melewati ruang tamu, tidak ingin bersay-hai terhadap Roni karena moodnya sedang tidak baik.
“Bel,” panggil Devan dari ruang tamu, lalu Devan menghampiri Abel.
“Iya,” Abel berhenti, berbalik melihat Devan.
“Ada Roni di ruang tamu, enggak ngobrol dulu?”
“Udah tau, mobilnya, kan, di depan. Aku mau mandi terus lembur. Banyak kerjaan yang aku bawa pulang.”
Devan mengusap puncak kepala Abel, seperti waktu kecil yang sering ia lakukan pada Abel. “Baguslah, biar besok bisa santai, kan? Besok Roni mau ngajak kamu kencan.”
“Lihat besok, deh, aku mau mandi dulu. Bilang sama Roni, ngomong sendiri emang enggak berani? Sampe Kakak yang harus ngomong ke aku.” Abel langsung menuju kamarnya, yang berada di lantai dua tanpa mau menunggu jawaban Devan.
🍁🍁🍁
“Ra, kemarin aku pulang dianter sama Pak Malik.” Abel dan Naura sedang makan siang, Sinta tidak ikut karena harus ke butik untuk mempersiapkan pernikahannya.
“Serius? Terus, terus?” Naura semakin semangat mendengar Abel diantar Malik. Tubuhnya semakin dirapatkan pada Abel meskipun terhalang meja makan.
“Yaudah, gitu aja.” Abel mengaduk-aduk milkshake strawberrynya sambil melihat ke arah lain, barang kali yang dibicarakan ada di sekitar. “Dia bilang kalo ada yang nyatain cinta ke aku, gimana? Aku jawab aja siapa, terus dia bilang ada orang yang cinta sama aku tapi enggak berani nyatain, aku bilang pengecutlah.”
“Jahara, ya. Emang siapa yang mau nyatain cinta ke kamu?” Naura penasaran, meskipun sudah tahu dari gelagat Malik saat ke tempat kerja Jojo, pasti melihat ke arah Abel.
“Dia bilang ada, gitu. Terus pas mau nutup pintu mobil, dia bergumam kalo dia yang cinta ke aku. Sengaja aku tak acuh ke dia.” Abel melihat ke sekitar lagi, “seorang pria itu memang udah hukum alam kalo harus memperjuangkan wanita, kalo dia enggak berjuang berarti emang enggak cinta.”
Naura hanya manggut-manggut mendengar penuturan Abel. Pria sejati itu harus mau dan mampu memperjuangkan wanitanya, wanita yang dia cintai, yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya kelak. Bukan pria yang hanya bergaya bak selebritas, tapi perjuangan nol.
“Udah jam satu, nih. Balik, yuk!” ajak Abel, Naura masih ingin bersantai-santai menghindari laporan akhir bulan yang membuatnya beruban.
“Jam bisa berhenti enggak, sih? Perasaan cepet banget.”
Mereka bergegas, setelah membayar. Gedung kantornya berada di sebelah tempatnya makan, sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk kembali ke kantor.
“Ada apa?” tanya Naura pada Jojo yang sedang memberikan pengumuman pada karyawan lain.
“Entar malem, kita diundang Pak Malik makan malam di kafe. Tidak boleh membawa pasangan. Ingat, tidak boleh,” ucap Jojo pada Naura dengan keras sampai Naura mengelap wajahnya.
Abel terlihat memainkan ponselnya, ada WA dari Devan bahwa nanti malam berkencan dengan Roni jam delapan di kafe_in. Roni akan menjemput Abel di rumah.
“Biasa aja, dong, ngomongnya, Comel,” ujar Naura sambil mengelap muka Jojo. Sebagai biang comel, Jojo mendapat predikat pria terlemes di divisi Malik. Ridwan dan Akmal pun anteng. Kalau wanita, Sinta-lah yang mendapat predikatnya. Jika Sinta dan Jojo bersatu, sudah seperti perang dunia ke sepuluh. Saling adu argumen, atau pendapat. Sayangnya, Sinta belum datang dari butik.
“Nanti malem aku enggak bisa, ada acara keluarga. Enggak apa-apa, kan?” Abel berbohong, dirinya tidak enak menolak ajakan atasannya karena ingin berkencan dengan Roni.
Jojo baru akan menjawab, Malik datang dari ruangannya. Kemeja polos berwarna biru muda dengan dasi warna biru tua, celana bahan warna navy sangat pas ditubuh Malik. Dengan gagah ia berjalan, sepatu hitam mengkilap menambah kesan wibawa padanya.
“Tidak apa-apa. Nanti kita bisa berkencan berdua jika kamu sudah tidak ada acara keluarga,” bisik Malik pada telinga Abel.
Yang lain hanya berdeham dan pura-pura batuk melihat Malik berani membisikkan sesuatu di telinga Abel. Dalam posisi seperti ini, lagi-lagi Abel merasa jantungnya berdetak lebih cepat, tiba-tiba merasa gugup dan hanya tersenyum menanggapi kalimat Malik.
“Tembak, dong, Pak, sebelum direbut orang,” ucap Ayu yang diiyakan oleh yang lain.
“Sudah, kalian kerjakan lagi pekerjaan kalian agar nanti bisa pulang cepat dan kita makan malam. Saya kembali ke ruangan saya dulu.” Tidak menanggapi ucapan karyawannya, Malik langsung kembali ke ruangannya.
🍁🍁🍁
“Bagus banget ini tempat, siapa yang mendesain?” tanya Sinta pada Naura.
Tempat yang dimaksud adalah salah satu sudut ruang kafe_in yang dilalui para pengunjung yang baru datang. Tempatnya strategis dari segala sisi, dan tempat favorit anak muda yang sedang dimabuk asmara. Didesain menggunakan bunga mawar hidup dibentuk hati di jalan saat akan duduk ke meja, di meja diberi bunga Lily dan Krisan sebagai pemanis dan mempercantik meja makan. Ada juga lilin hias agar terkesan romantis. Di dindingnya ditempel tulisan “Will you be My Future?”
“Pengunjung yang pengen nyatain cinta ke pacarnya-lah. Masa iya, Pak Malik ke Abel, sih? Mana dia berani,” jawab Naura dengan suara lantang. Dia tidak ingat jika Malik berada di belakangnya. Sinta mencubit lengan Naura agar diam.
“Aaaww... sakit, Comel. Biru, nih, entar.” Naura mengusap-usap lengannya. Sinta memberi kode untuk melihat ke belakang, Naura langsung menoleh dan tersenyum ada Malik di belakangnya.
Di tempat lain, rumah Abel. Roni telah menjemput Abel sesuai janjinya, jam tujuh. Roni memakai kemeja pas badan warna maroon luarnya memakai jas buka warna hitam dan celana chinos warna hitam. Berjalan bak selebritas papan atas, yang melebihi para model L-Men. Roni masuk ke rumah Abel setelah Devan membukakan pintu.
“Udah siap, Bel?” Abel berdiri di depan ruang tamu.
“Udah. Yuk!” Abel mengenakan outoff shoulder dress berwarna kuning kunyit, dengan virtue leather slingback heel warna oranye. Pulasan makeup sederhana, membuatnya sangat cantik, hanya foundation dilapisi bedak tipis-tipis dan lipstik warna nude.
Orang tua Abel sedang pergi menghadiri resepsi anak dari temannya, hanya Devan yang mereka pamiti.
“Semoga lancar dan sukses, ya?” bisik Devan.
Abel lebih dulu masuk mobil, tanpa menunggu Roni sedang berbisik dengan Devan.
Tiba di kafe_in, Roni mengajak Abel ke tempat yang sudah didesain cantik nan indah. Abel sangat terkejut dengan pemandangan di depan matanya. Banyak bunga dan lilin yang menghiasi ruangan.
“Ron, ini....?”
“Iya. Sengaja aku bikin ini khusus buat kamu.” Roni menggamit tangan Abel menuju meja makan.
Makanan sudah terhidang di meja makan, Abel duduk di kursi yang menghadap ke dinding, di meja ada steak dan milkshake strawberry kesukaannya. Sudah pasti Devan memberitahu Roni tentang makanan kesukaannya.
“Bel.” Roni menggenggam tangan kanan Abel. “Mungkin ini terlalu mendadak atau terlalu cepat untuk mengungkapkan isi hati aku. Tapi ini serius. Aku benar-benar jatuh cinta sama kamu, dari pertama kita ketemu. Bahkan sebelum itu, Devan menunjukkan foto saat bersama kamu. Kamu itu sangat cantik.”
Abel dibuat menganga dengan pernyataan Roni, dirinya memang jomlo tapi bukan berarti tidak memiliki ketertarikan dengan pria lain dan itu bukan Roni. Dia menganggap Roni sama seperti kakaknya, Devan. Hanya sebatas itu.
Abel melepaskan genggaman tangan Roni. “Berarti kalo enggak cantik, kamu enggak mau, dong?”
“Bukan, itu adalah nilai plus dari aku.” Roni memanggil waiters untuk membuka tulisan yang berada di dinding. “Aku butuh jawaban dari tulisan yang ada di dinding,” tunjuk Roni pada dinding di belakangnya.
Roni yakin jika ia akan diterima, wanita mana yang akan menolak jika sudah diberi kejutan spesial dari seorang pria. Dirinya tampan, mapan dan kaya. Banyak wanita yang mengantre untuk ia ajak kencan, Abel adalah yang spesial.
Abel tampak menimbang-nimbang dengan keputusan yang akan ia ambil. “Harus dijawab, ya?” Mata Abel melihat Roni. Melihat kesungguhan pria itu.
“Iya,” jawab Roni pasrah.
“Banyak wanita cantik, bahkan sangat cantik yang mau jadi pacar kamu. Kamu pria tampan, mapan dan juga kaya. Sudah pasti banyak yang mengantre. Tapi, aku bukan salah satunya, maaf.”
“Kenapa? Kamu sudah punya pacar?”
“Belum.” Abel tidak ingin membahas lebih lagi.
“Aku bakal tunggu sampe kamu mau terima aku,” putusnya.
Naura dan Sinta melewati ruangan yang didesain cantik tadi, penasaran siapakah orang yang sudah mendapat kejutan manis dari kekasihnya.
“Abel,” teriak Sinta saat melihat wanita bergaun kuning kunyit, rambut sepundak dikepang pinggirannya.
Abel menoleh, melihat Sinta dan Naura berada di sini. Terkejut, tentu. Abel ingin bertanya namun terhalang Roni yang ada di sini. Malik dan Jojo menyusul, berada di belakang Sinta. Abel lebih kaget lagi. Dirinya yang bilang ada acara keluarga ternyata bertemu di kafe dengan pria lain.
#Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro