Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5 Makan di Mal

Tiba di Kantor, Abel mendapat serbuan dari Naura dan Sinta perihal rapat di Surabaya dan pastinya oleh-oleh yang mereka nantikan.

Dengan hak tingginya, melangkah cepat ke meja kerja Abel saat melihat wanita berambut sepundak telah sampai di tempat kerjanya.

“Abeeelll...." teriak Naura dengan suara cemprengnya. “Gimana rapat di Surabaya kemarin? Lancar? Ada masalah, enggak?” Pertanyaan yang Naura ajukan terlalu berlebihan menurut Abel, tapi mengingat kemarin ada peristiwa langka yang harus ia ceritakan pada Naura dan Sinta membuat Abel tersenyum.

“Laah, ngapain senyum-senyum, Malih? Udah kayak tukang becak dapet penumpang aja,” sahut Sinta yang sudah berada di meja kerja Abel. Sinta menyenggol pundak Naura sambil menaikkan kedua alisnya berbarengan.

“Cerita, dong! Ada apa?” Naura yang seperti cenayang, layaknya mengetahui ada sesuatu yang terjadi dengan Abel.

Abel mengeluarkan isi paper bag yang ia bawa, ada Pie susu dan kopi Banyuatis. Abel memberikannya pada Sinta dan Naura karena mereka penyuka kopi.

“Nih, buat kalian! Baik, kan, aku?” Abel menyerahkan keduanya, “Jojo mana? Jangan lupa Ridwan sama Akmal dikasih.”

Sinta membuka pie susu lalu memakannya , sedangkan Naura ingin mencoba kopinya, membuka bungkusnya terlebih dahulu lalu menghirup aromanya.

“Iya. Jojo ada di ruangan Pak Malik,” jawab Sinta.
Suasana kantor terlihat rame karena karyawan telah tiba, waktu sudah menunjukkan pukul delapan, saatnya memulai aktivitas kerja.

Ruangan Abel yang berada di antara jajaran para staf, ada banyak kubikel yang berada di ruangan tersebut. Ruangan dua kali dua pada setiap kubikelnya, tanpa pembatas antara tempat staf yang satu dengan yang lain.

Abel memulai mengerjakan laporannya, Sinta dan Naura telah kembali ke tempat kerjanya. Abel belum menceritakan yang kemarin, perihal rapat di Surabaya pada Naura.

Jojo telah kembali dari ruangan Malik, membawa beberapa macam kopi, salah satunya seperti yang Abel miliki, kopi Banyuatis. Abel menghampiri Jojo dan memberikan Pie susu padanya.

“Kamu, kan udah dikasih kopi sama Pak Malik, jadi aku kasih Pie susu aja, ya? Nih!”

“Kalo dikasih juga enggak nolak, ya, Jo? Kan pecinta dan penikmat kopi,” sahut Malik tiba-tiba berada di tempat kerja Jojo. Tempat kerjanya berada di ujung dari tempat kerja Abel.

“Benar, Pak.” Jojo melihat Malik lalu beralih ke Abel. “Bisa dikatakan aku penggila kopi, Bel.” Jojo mengedipkan satu mata, membuat Abel mencebikkan bibirnya.

“Aku ambil dulu kalo gitu.” Abel kembali ke tempat kerjanya mengambil kopi untuk Jojo.

Malik mendekati Jojo, “Jo, Abel menurut kamu gimana?” bisik Malik agar Abel dan karyawan yang lain tidak mendengar.

“Huh? Gimana apanya, Pak?”

“Ya karakter atau sifat dia itu bagaimana?”

“Oh, Bapak naksir Abel?”

“Udah, jawab aja! Gimana?”

“Menurut saya, sih, baik....”

“Nih, kopinya.” Seketika Abel sampai di tempat kerja Jojo, mereka langsung diam. “Ada apa?” Abel melihat Jojo lalu beralih ke Malik.

“Enggak, kami lagi bahas masalah kerjaan,” jawab Jojo sedikit gagap. “Ya, kan, Pak?” Matanya mengedip pada Malik.

“Iya, nanti laporan jangan lupa selesai sebelum istirahat, ya! Saya ke ruangan dulu.”

“Baik, Pak.”

Setelah Malik tidak terlihat, Abel kembali ke tempat kerjanya tanpa menanyakan lagi pada Jojo. Jojo bernapas lega.

Sekitar pukul sepuluh, Malik kembali ke tempat kerja Jojo tapi matanya melihat ke arah tempat kerja Abel. Sinta dan Naura yang memergoki hanya saling lirik di tempat kerja mereka. Tempat kerja Jojo paling ujung, dekat dengan sudut ruang yang mengarah ke ruangan Malik, di sebelahnya ada meja kerja Sinta, lalu dua karyawan lain, Ridwan dan Akmal, kemudian Naura dan yang terakhir di dekat jalan yang mengarah ke pantry ada meja kerja Abel.

Setiap meja kerja tidak ada pembatas atau pemisah dari meja kerja satu ke meja kerja yang lain. Sehingga memudahkan Sinta dan Naura saling lirik saat Malik melihat Abel.

“Jo, nanti makan siang bareng, ya? Ajak Abel juga, sama Sinta dan Naura.”

“Iya, Pak. By the way, saya di sini, Pak. Bukan di ujung sana,” protesnya sambil menunjuk ke meja kerja Abel. Sinta yang mendengar hanya tertawa pelan.

“Saya balik ke ruangan dulu,” putusnya, tanpa mau menjawab apa yang Jojo proteskan.

🍁🍁🍁

Guys, kita diajak Pak Malik makan siang bareng. Tadi pagi aku udah iyain, sih. Jadi kita makan ke mal depan aja, ya? Pak Malik yang traktir, tenang aja,” ucap Jojo saat mereka semua berkumpul di meja kerja Sinta untuk keluar makan siang.

“Tuh, Pak Malik,” ucap Naura ketika melihat Malik keluar dari ruangannya.

“Ayo!” Malik berjalan di depan bersama Jojo, Sinta Naura dan Abel berjalan di belakangnya.

“Tau, enggak, guys, semalem aku lihat pocong di belakang rumah,” ucap Sinta menakut-nakuti.

“Eh, serius?” jawab Naura, terkejut.

“Paling juga prank doang,” sahut Jojo.

“Udah lah, enggak usah cerita yang serem-serem,” timpal Abel. Merasa merinding dan takut jika membicarakan hal tentang hantu.

Pembicaraan mereka terhenti karena ada panggilan di ponsel Abel saat akan menyeberang.

“Wa’alaikumsalam. Iya, Kak.”

“Kamu di mana?”

“Abel, awas!” Abel ditarik Malik ke tepi jalan, pengendara yang akan menabrak Abel oleng hingga jatuh tidak jauh dari mereka berdiri. Ponsel Abel terpental, hingga pecah di bagian atas tepi. Jojo mengambil ponsel Abel yang terpental.

“Kamu enggak apa-apa?” Malik melihat kondisi Abel dari ujung rambut hingga ujung kaki, memastikan jika Abel baik-baik saja. Abel terlihat masih syok, hanya diam saja.

“Ya ampun, Abel.” Sinta dan Naura terlihat sangat khawatir, lalu menghampiri pengendara motor.

“Kalo naik motor hati-hati dong, Mas! Enggak lihat apa itu lampu merah? Main nyelonong aja.” Sinta dan Naura marah-marah ke pengendara motor.

“Maaf, Mbak. Saya buru-buru,” jawab Si pengendara motor setelah menghidupkan motornya lagi.

Abel dan Malik menghampiri Sinta dan Naura, Jojo ikut di sampingnya.

“Udah, lah. Aku enggak apa-apa kok,” ucap Abel menengahi. “Lain kali, hati-hati ya, Mas.”

“Baik, Mbak. Makasih banyak, ya, Mbak. Maaf banget, saya lagi buru-buru.” Si pengendara motor langsung melesat, setelah berpamitan.

“Kamu beneran enggak apa-apa?” Ulang Malik memastikan Abel. Sinta, Naura dan Jojo hanya saling lirik melihat Malik yang begitu khawatir terhadap Abel.

“Enggak, Pak. Yuk, kita makan,” jawab Abel sambil menggandeng Sinta dan Naura menuju mal dekat kantor.

Mereka makan siang di restoran Jepang, lantai satu. Memilih-milih menu yang disukai, ada banyak pilihannya.

“Kita makan Sushi buat bareng-bareng aja, gimana?” tanya Abel ke Naura dan Sinta.

“Boleh, tapi aku sama ramen, ya?” ujar Naura.

“Kalian pesan aja apa yang kalian suka, enggak apa-apa. Saya yang bayar,” ucap Malik.

“Siap, Pak Bos,” tutur Jojo dan Sinta berbarengan sambil mengangkat tangan kanannya hormat. Abel hanya diam.

Mereka berada di lantai satu, tempatnya dekat dengan eskalator. Mal ini sangat besar, ada lima lantai dan terhubung langsung dengan apartemen.

Makanan telah disajikan, mereka sesekali bercanda disela-sela makannya. Jojo dan Sinta yang mendominasi karena mereka sama-sama biang rusuh. Selalu mengomentari apa saja yang terlihat lucu di mata mereka.

Sudah pukul satu siang, waktu istirahat telah habis, mereka kembali ke Kantor. Saat akan turun melalui eskalator, Abel melihat Roni berjalan dengan wanita lain.

“Sebentar, ya? Aku mau ke sana dulu,” tunjuk Abel ke arah toko pakaian wanita.

Sinta, Naura dan Jojo mengikuti arah pandang yang ditunjuk Abel dan mengiyakan. Malik yang ijin ke toilet telah datang.

“Abel mau ke mana?” tanya Malik entah pada siapa. Matanya melihat Abel sedang berjalan ke toko pakaian wanita dan terlihat mengobrol dengan pria lain saat sampai.

“Ketemu kekasihnya mungkin, Pak,” jawab Naura asal.

“Kekasih dari Hongkong, itu ada wanita lain. Masa iya kekasihnya?” balas Sinta dengan menunjuk wanita yang di sebelah Roni.

Di tempat Abel berdiri, Abel menyapa Roni yang sedang mengantar wanita lain berbelanja baju.

“Roni,” sapa Abel sambil menepuk lengan Roni.

“Abel, sama siapa ke sini?” tanya Roni yang celingukan melihat ke kanan dan ke kiri.

#Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro