Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 28 Menyusun Rencana Lamaran

Di rumah Abel, tampak keluarga sedang berunding masalah lamaran dengan Malik. Mempersiapkan apa saja yang harus ia bawa saat lamaran nanti, dan bagaimana konsep pernikahan yang diinginkan.

Dengan memesan Wedding Organizer, Abel memilih konsep luar ruangan agar tampak akrab dan leluasa dengan tamu undangan.

“Mas Malik nanti bawa apa aja pas lamaran?” tanya Abel yang berada di sampingnya.

“Yang kamu butuhin, aja, Bel. Ada juga makanan khas Karanganyar, batik Solo, dan segala yang kamu butuhkan,” jelas Malik secara garis besarnya.

“Nanti berapa orang yang ke sini, Lik?” tanya Jordan yang duduk santai di depannya.

“Sekitar sepuluh orang mungkin, Pah.”

“Nanti lamarannya di rumah, aja, enggak apa-apa, kan, Mas? Nanti pas di ruang tamu.” Abel ingin acara lamarannya sederhana, tidak mewah seperti pada umumnya jaman sekarang.

“Enggak apa-apa. Kalo di kampung juga biasa di rumah saat acara lamaran. Enggak sewa gedung kayak umumnya jaman sekarang,” ucapnya seadanya.

Memang benar, adat Jawa jika lamaran hanya membawa hantaran dan beberapa orang saja, terlebih Pak RT, harus diajak.

Devan yang terlihat akan berangkat futsal mencoba mengobrol sebentar dengan Malik. “Jangan lupa, entar pelangkahnya satu set pakaian!” serunya pada Malik dan Abel.

“Siap, Mas. Nanti biar Abel yang membeli, karena saya tidak tahu pakaian yang diinginkan Mas Devan,” ujarnya, jujur.

“Ok.” Devan pamit untuk berangkat futsal setelah meminum segelas es sirup yang dibuatkan Yuri. Setelah kepergian Devan, Abel ke dapur untuk mengambil gorengan yang baru dibuat Yuri bersama Simbok.

“Udah mateng semua, Mah?” Abel mencicip risolnya yang sudah digoreng Yuri. “Abel bawa ke depan, ya?”

“Iya, sama tahu isinya dibawa ke depan juga,” tunjuk Yuri pada piring yang ada di meja dapur.

“Iya.” Abel menata risol pada piring dibantu Simbok memberi cabai rawit di pinggir piring. “Mah, nanti Abel mau beli yang buat seserahan lamaran sama Mas Malik. Mamah mau titip apa?”

Tampak berpikir, Yuri merasa tidak ada yang ia butuhkan. Minggu kemarin ia baru saja belanja bersama teman-temannya. “Enggak ada, udah beli sama temen-temen mamah minggu lalu.”

“Yaudah.” Abel melenggang ke depan membawa risol dan tahu isi dalam nampan.

“Enak, nih, kayaknya, dari baunya kelihatan enak,” puji Jordan.

“Enak, dong, mamah yang buat. Coba kalo Abel, pasti enggak enak.” Abel memang tidak bisa memasak. Masak mie rebus saja terlalu matang.

Malik mencicipi risol dan tahu isi yang dibuat oleh Yuri. Sambil mengobrol soal lamaran dengan Jordan, Malik meminta izin untuk pergi dengan Abel membeli barang seserahan.

Seserahan lamaran adalah barang-barang yang dibawa pihak pria saat berkunjung untuk melamar wanita. Biasanya ada makanan khas daerah, baju atau selendang batik khas daerah, ada juga perlengkapan wanita.

Abel dan Malik membeli barang perlengkapan yang Abel butuhkan, agar tidak terbuang sia-sia barang bawaan lamarannya nanti. Karena keluarga Malik sudah menyiapkan apa saja yang akan dibawa saat lamaran.

Sebelum membeli barang, Malik mengajak Abel ke rumahnya. Ini adalah kedua kalinya ia diajak ke rumah Malik. Sebelumnya saat dulu ia masih menjadi teman kerjanya, rapat dadakan diadakan di rumahnya.

Membuka pintu rumah, setelah diberi kunci oleh Malik. Abel mengucap salam dan masuk dengan hati yang sedikit gugup mengingat sebentar lagi akan menjadi Nyonya di rumah ini.

Malik menyusul dan memeluknya dari belakang, Abel terkesiap dengan perlakuan Malik. Semakin mendekati hari pernikahan, semakin agresif yang Abel rasakan. Ia sering merasakan panas dingin ketika hanya berdua saja.

Seperti sekarang, Malik sudah membuat bulunya meremang saat mengatakan satu hal di telinga kiri Abel. “Sudah siap jadi Nyonya di rumah ini?”

Malik membalik tubuh Abel, menggendong dan membawanya ke atas meja makan sebelum Abel menjawab pertanyaan Malik. Abel yang terkejut berteriak pelan, membekap mulutnya sendiri.

Dengan sentuhan lembut, membuat Abel bergelora. Merasakan jantungnya berdegup kencang dan hatinya terasa seperti melorot jatuh ke perut. Malik memagut bibir Abel yang kenyal dan manis, membuatnya selalu merasa ingin lagi dan lagi. Dan beruntungnya, Malik tidak menuntut lebih dari sekedar berciuman sebelum mereka halal.

Berbeda dengan yang Abel takutkan, ia takut akan lepas kontrol dalam menuruti nafsunya. Terlebih seorang pria, jika sudah meminta bibir, maka akan meminta lebih dari pada itu. Pikiran Abel langsung menuju ke arah penyatuan. Baru sepuluh menit melakukannya, Abel langsung menghentikan pagutan bibirnya, dan turun dari meja makan dengan bantuan Malik dan duduk di kursi.

“Ada apa?” tanya Malik, heran. Menggeser kursi yang diduduki Abel agar menghadap Malik meski terasa sangat berat.

Abel menggeleng, tidak mau menjawab. Ia takut akan menyinggung Malik jika mengatakan apa yang ia pikirkan.

“Kenapa, hem?” Malik menggenggam tangan Abel, dan menciumnya. “Jangan ada yang disembunyiin! Suatu hubungan bisa langgeng karena saling jujur dan terbuka. Jangan ragu buat jujur ke aku, kalo kamu lagi ada masalah.”

“Aku takut kalo kebablasan, Mas. Katanya, pria kalo udah minta bibir, pasti akan minta yang lebih dari ini,” tunjuk Abel pada bibirnya lalu menutup matanya dengan kedua tangannya.

“Aku enggak akan minta yang lebih dari ini sebelum halal. Aku janji,” ucap Malik sungguh-sungguh, dan membuka tangan Abel. “Yaudah, kita belanja sekarang, aja, yuk!”

Mereka bersiap-siap untuk belanja kebutuhan lamaran. Malik berganti pakaian, Abel menunggu di depan televisi dan membaca majalah yang ada di samping sofa.

Sepuluh menit menunggu, akhirnya Malik turun dari kamarnya yang berada di lantai dua. Memakai kemeja kotak-kotak dengan kaos dalam berwarna putih, serta celana skinny.

#Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro