Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 18 Bertemu di Resepsi


Suasana ricuh selepas Jordan pergi. Banyak perbincangan mengenai Malik dan keluarga Jordan yang terkenal keras. Malik hanya mampu tersenyum mendapat banyak pertanyaan dari orang yang mengenalnya, termasuk Audrey, rekannya saat menjadi peserta seminar marketing.

“Bukannya Abel calon tunangan Roni? Kok, pacar kamu?”

“Itu Roni yang mau, bukan Abel. Keluarga Abel juga memaksanya untuk menerima Roni.”

Malik sudah mengetahui karena Abel telah menceritakan semua padanya. Roni yang mendekatinya dari Devan, Jordan yang memaksa agar berjodoh dengan Roni, dan Devan yang terus menerus membujuk Abel untuk menerima Roni.

Malik juga tahu jika Roni banyak cadangan wanita di belakang Abel. Sekali Malik melihat Roni sedang kedatangan wanita cantik saat berada di gedung kantornya.

Audrey melihat ke arah di mana Abel dan keluarga pergi, lalu melihat ke arah Malik lagi. Roni sudah pergi mengikuti keluarga Abel keluar Ballroom hotel.

“Saya permisi dulu,’ pamit Malik yang langsung berlalu tanpa menunggu jawaban dari Audrey.

Sepeninggalnya dari Ballroom hotel, Malik langsung menuju rumahnya untuk memikirkan berlangsungnya hubungan antara Malik dengan Abel. Bisakah ia mengambil hati orang tua Abel agar direstui untuk berpacaran dengan anaknya? Malik menyadari jika dibandingkan dengan Roni, dirinya sangat jauh di bawah Roni dan jauh dari kata sempurna. Namun, Malik tahu satu hal, jika cinta hanya butuh ketulusan dan pengorbanan.

Pengorbanan untuk membahagiakan Abel, membuatnya selalu tersenyum tanpa air mata kesedihan, serta ketulusan dalam menjalani hubungan. Bukan yang menduakan atau bermain dengan wanita lain di belakang dan bermulut manis di depan keluarganya.

Di rumah Abel, Jordan yang terkenal keras hanya diam dan tidak berbicara barang sekata pun pada Abel. Yuri akan menengahi jika akan terjadi keributan. Devan yang sedang menonton televisi di ruang tengah terkejut dengan kedatangan mereka yang menunjukkan raut muka ketegangan.

Abel masuk kamar dan membanting daun pintu dengan kencang hingga membuat Devan mengelus dada. Yuri mengikuti Jordan memasuki kamar mereka.

“Pada kenapa, sih?” gumam Devan yang melanjutkan menonton televisi.

Yuri keluar dari kamar setelah berganti pakaian untuk mengambil air minum di dapur. Devan yang ingin tahu pun bertanya pada ibunya.

“Ada apa, sih, Mah?” Devan berjalan ke arah dapur.

“Papahmu ketemu sama pacarnya Abel, besok malam disuruh ke sini.”

Yuri langsung masuk kamar setelah mengambil air minum. Devan hanya manggut-manggut, dirinya belum menceritakan pada Jordan tentang Abel yang memiliki pacar, tapi Jordan telah bertemu dengan pacarnya.

🍁🍁🍁

Di dalam kamar, Abel hanya menangis di sambungan telepon dengan Malik. Dirinya mengatakan jika besok akan ikut menemui Malik jika bertandang ke rumahnya.

Abel tahu bagaimana keras kepala Sang Papah jika menyangkut keluarga, terlebih anak perempuan satu-satunya. Perihal bibit bebet dan bobot sangat diperhitungkan.

“Kalo papah ngomong macem-macem, Mas Malik diem aja, ya! Terus jangan mau kalo disuruh putus. Aku enggak mau sama Roni!”

“Kamu tenang aja! Yang penting enggak main tangan ke kamu, aku bakal hadapi semuanya.”

“Iya. Nanti jangan terpancing perkataan papah, apalagi kak Devan.”

“Enggak. Kamu tidur, gih! Udah malem. Kamu jangan mikirin masalah ini, biar aku aja yang menghadapinya.”

Sambungan telepon terputus, Abel memikirkan hal apa yang akan dibahas oleh Jordan esok pagi. Ia tidak pernah membawa teman prianya ke rumah. Apa lagi sekarang Malik, tidak terlahir dari keluarga terpandang, hidupnya sederhana, dan tidak neko-neko.

Abel ingin berbicara tentang Malik pada papahnya, namun sepetinya percuma. Suara pintu terdengar diketuk dari luar.

“Iya.” Abel mengelap mukanya yang basah terkena air mata, lalu turun dari ranjang dan membuka pintu. “Iya, Mah?”

“Kamu belum tidur? Boleh Mamah masuk?”

Abel membuka pintu lebih lebar agar Yuri bisa masuk, “boleh.”

Duduk di ranjang bersama Abel, Yuri mengelus rambut sepundak Abel dengan sayang. “Bel, Mamah tau yang kamu rasain. Tapi jangan benci ke papah, papah pengin yang terbaik buat kamu.”

Bulir bening menetes lagi di sudut matanya, Abel hanya diam dan sesekali sesenggukan.

“Mamah tau Roni itu seperti apa dari cerita kamu, tapi mamah belum tau sendiri bagaimana tabiat dia di belakang kamu. Kata Devan, dia baik, pekerja keras, dan tulus ke kamu, Sayang.”

“Jadi Mamah enggak percaya ke Abel? Abel enggak bohong, Mah, waktu nerima panggilan telepon dari pacarnya.” Matanya memicing ke arah Yuri, air matanya semakin deras mengalir. “Lagi pula aku juga udah punya pacar sekarang,” ucapnya sembari mencebikkan bibir.

“Mamah bukannya enggak percaya, tapi Papah itu mau yang terbaik buat kamu, Sayang.”

“Mah, Abel tau. Tapi jalan hidup kita siapa yang tau, sih. Kita cuma berusaha menjalani apa yang menurut kita baik dan enggak merugikan diri sendiri dan orang lain, kan?”

“Hem.” Membuang napasnya secara kasar, Yuri mencoba memahami anak perempuannya. “Iya udah, terserah kamu aja. Yang penting papah mau yang terbaik buat kamu.”

“Iya,” ucapnya sambil memeluk Yuri.

Yuri mengelus rambut Abel lagi, layaknya Abel waktu masih kecil. Yang minta dimanja, dielus-elus rambutnya ketika kesal dengan Devan, tidak terima ketika Devan yang mendapat perhatian lebih dari ibunya.

“Kamu tidur, gih. Udah malem. Besok pagi pacar kamu ke sini, kan?”

“Malik, Mah, namanya,” sahut Abel, cepat.

“Yaudah, iya, Malik. Mamah mau balik ke kamar dulu.” Setelah menciumi pucuk kepala Abel, Yuri meninggalkan kamarnya.

Pagi hari, Devan telah siap menyambut Malik datang. Dengan berpakaian layaknya preman, celana panjang sobek-sobek bagian lutut dan baju kaos warna hitam bertuliskan preman di punggungnya.

“Kamu kenapa pake celana sobek-sobek, Dev? Emang mau main ke mana? Celana yang utuh udah abis?” celetuk Yuri menegur Devan.

“Yah, Mamah, enggak tau model, ya? Ini, tuh, namanya anak preman, Mah. Tinggal rambut aja yang perlu dijabrikin.” Abel hanya melirik ke arah Devan. “Buat siap-siap ketemu pacarnya Abel.”

Yuri geleng-geleng kepala, sedangkan Jordan menikmati sarapannya dengan tenang tanpa terganggu dengan celoteh Devan.

“Bel, udah baikan?” Yuri mengelus punggung tangan kiri Abel, yang duduk di sebelahnya.

Abel hanya mengangguk. Matanya bengkak akibat menangis semalaman. Tanpa senyum, tanpa bicara. Pasrah pada apa yang akan Jordan lakukan terhadap hubungannya dengan Malik.

Sudah jam sembilan pagi, Abel duduk di ruang tengah setelah sarapan. Menunggu Malik datang, dirinya gugup, berpikir takut akan ada keributan yang tidak ia inginkan.

“Mbak Abel, ada tamu. Mas Malik, katanya,” ucap Simbok yang baru datang dari depan.

Jordan keluar kamar saat Simbok mengatakan jika Malik sudah datang, Abel yang akan berdiri mengurungkan niatnya karena ada suara Jordan yang mendahului. “Biar Papah aja yang ke depan. Kamu di sini, sama Mamah,” ucapnya berlalu.

Yuri yang tadinya di sebelah Jordan, kini duduk di sebelah Abel. “Kamu di sini sama mamah, percayakan semua ke Papah kamu.”

“Tapi enggak disuruh putus, kan, Mah?” Abel menyenderkan kepalanya dibahu Yuri.

“Gimana nanti yang terbaik buat kamu sama Malik. Jangan benci papah kamu.”

Ucapan Yuri seolah menandakan jika Abel akan putus dengan Malik. Dia menangis lagi, mengingat akan putus dengan orang yang ia cintai.

“Justru Malik yang terbaik buat Abel, Mah. Dia yang selalu beliin kebutuhan Abel. Mamah sama Papah emang selalu mencukupi kebutuhan Abel jika Abel minta tapi selama ini Abel enggak minta karena Abel enggak mau bikin repot keluarga.” Abel semakin mengeratkan pelukannya pada Yuri. “Abel enggak mau putus dari orang yang mencintai Abel, Mah. Setiap wanita menginginkan dicintai pria dari pada mencintai pria. Akan lebih berasa diinginkan jika pria mencintai wanitanya, Mah.”

“Sabar, Sayang. Cinta sejati tahu ke mana ia harus pulang. Mamah enggak nolak kamu deket sama Malik tapi Mamah juga enggak mau kamu menjauhi Roni. Papah kamu bisa murka kalo tahu kamu jauh dari Roni.”

Di ruang tengah, Malik yang duduk di depan Jordan, di sebelahnya ada Devan hanya diam menunggu Jordan selesai bicara.

“Saya harap kamu mengerti, karena bibit, bebet, dan bobot kita berbeda. Abel akan saya jodohkan dengan Malik.”

“Maaf, Pak. Tanpa mengurangi rasa hormat saya terhadap Bapak, silakan tanya ke Abel ingin memilih siapa. Jika Abel memilih Roni, maka saya akan mundur, tapi jika Abel tidak memilih Roni, saya akan tetap memperjuangkan dia. Karena kebahagiaan Abel adalah penting bagi saya,” jawab Malik tegas.

#Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro