Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 14 Persiapan II

Jojo langsung menelepon Sinta memberitahukan segala hal yang Malik instruksikan padanya agar Sinta menelepon pasukan yang lain dan jangan sampai Abel mengetahui hal ini.

Jojo pulang untuk mandi, lalu menjemput Sinta untuk membeli pernak pernik hiasan dekorasi ruangan agar terlihat romantis.

Orang bilang, memakai hiasan bunga mawar merah atau putih itu romantis, ada juga yang bilang pakai lilin agar kesan romantisnya dapat, ada lagi yang bilang jika memakai alat musik atau menyanyi untuk wanita yang akan ia utarakan cintanya itu romantis.

Semua Malik pahami dan ikuti berkat hasil searching dari dunia online yang mengatakan semua hal tentang mengungkapkan cinta yang romantis.

Setelah berdandan dengan pakaian biasa, celana Chinos warna khaki, kaos polos warna putih dengan luaran kemeja navy se-lengan. Malik mengendarai mobilnya menuju kafe milik teman Jojo yang berada di Kemang.

“Halo, Jo. Di mana?”

“Lagi beli pernak-pernik, Pak. Sama Sinta. Naura, Ayu, Retno, Akmal, Ridwan sudah ditelepon dan langsung OTW kata mereka. Ada Tiara, Amel, Teguh dan Eka juga.”

“Ya sudah, saya langsung ke sana, ya?”

“Memangnya Bapak sudah tau nama kafenya? Saya, kan, belum kasih tau, Pak.”

“Nanti bisa WA.”

“Ya ilah, Pak. Sekarang aja teleponan ngapain lewat WA. Di kafe ecologi, di maps ada, cari aja, Pak.”

“OK.” Malik mematikan teleponnya, dan langsung menuju kafe Ecologi yang dimaksud Jojo.

Dalam perjalanan, panas menyengat tak menjadi halangan untuk Malik melakukan aksi nekatnya. Sudah memasuki musim penghujan,  Malik merancang kata-kata yang pas untuk Abel nanti malam. Dari pertama ia mulai menyukai Abel hingga meyakinkan diri jika memang mencintainya.

Malik mengakui, jika dirinya memang pria yang tidak pandai memikat hati wanita, hanya untuk dekat saja dirinya merasa banyak kekurangan. Padahal dirinya sudah mapan. Wanita itu yang dicari pria mapan dan bertanggungjawab untuk menjalin hubungan dalam rumah tangga.

Sampai di kafe Ecologi, yang ditunjuk Jojo. Malik memarkirkan mobilnya, lalu masuk ke dalam kafe.

Kafe yang cukup luas, dengan tampilan live music seminggu tiga kali ini cukup menghibur bagi pelanggan yang ingin menyegarkan pikiran mereka. Apalagi suasana kafe tampak hangat membuat pelanggan betah berlama-lama di kafe.

Di dalam sudah ada Naura, Ayu, Retno dan suami—Irwan,  Ridwan, Akmal, Tiara, Amel, Teguh, dan Eka. Mereka adalah bawahan Malik yang akan membantu mendesain ruangan agar terlihat romantis dan tak terlupakan.

“Abel telepon,” seru Naura pada Ayu dan yang lain. Naura mengangkat telepon dan menjauh dari teman-temannya.

“Iya, Bel.”

“Lagi di mana? Aku ke rumah, kata Si Mbak kamu keluar.”

“Iya, nih. Lagi keluar sama mas pacar. Nanti malem aja, aku ke rumah kamu.” Naura sesekali melihat Malik yang baru saja datang.

“Entar malem? Enggak bisa sekarang?”

“Iya, entar malem, aja, ya?!”

“Halo, Guys,” sapa Sinta yang baru datang dengan sedikit berteriak.

Naura langsung menyuruhnya diam dengan satu jari berada di depan bibirnya. Jojo yang tanggap langsung membekap bibir Sinta.

“Eh, kok ada suara Sinta? Kamu lagi di mana, sih? Sama Sinta?

“Eh, udah dulu, ya, Bel. Kris ngambek gara-gara aku teleponan. Bye.” Naura langsung mematikan teleponnya dan langsung menghampiri Sinta.

“Kamu, ya. Dateng-dateng langsung teriak-teriak. Abel tau kalo ada kamu di sebelah aku. Makanya tadi langsung aku matiin.”

“Ya, Maaf.” Sinta langsung membongkar pernak-pernik yang ia beli dengan Jojo.

“Nih, dekor ruangannya.”

Malik hanya menyewa satu tempat, yang berada di pinggir ruangan dengan 2 meja besar untuk makan bersama setelah acara menyatakan cinta, tidak begitu dekat dengan panggung. Di tembok panggung akan diberi tulisan ‘Will You be a Part of My Soul?’

Sinta membagikan balon huruf yang akan dirangkai menjadi tulisan ‘aku cinta kamu’, ada juga balon gas yang ke atap dinding, backdrop tirai foil untuk tulisan di panggung.

Balon huruf dan balon gas dipompa Jojo dengan pompa elektrik yang dibeli di tempat pernak pernik. Sinta, Ayu dan Naura mengikat balon gas dengan foil dan dibiarkan melayang di atas. Ridwan, Teguh, Tiara, Amel, Retno, dan Irwan berada di panggung mendekor tirai foil dan pemberian tulisan. Akmal dan Malik menata dua meja dijadikan satu biar bisa duduk bareng semuanya.

Pemilik kafe yang juga teman Jojo hanya bisa geleng-geleng kepala melihat keantusiasan Malik untuk menyatakan cinta pada wanitanya. Belum tentu diterima, tapi optimisme yang Malik punya sangat diacungi jempol.

“Ra, udah jam lima. Jemput Abel, gih,” perintah Jojo yang diiyakan oleh Malik.

“Bener, Ra. Takut nantinya macet di sini. Pake mobil Jojo, aja! Kalau mobil saya, nanti dia tau.”

Naura yang lagi menali balon gas menoleh pada Jojo, dan Malik lalu mengiyakan. “Mana kunci mobilnya?”

Jojo mengambil dompet panjangnya yang berisi kunci mobil dan uang tunai beserta surat-surat penting. “Nih,” ujarnya seraya menyerahkan kunci mobil.

“Ra, pastikan Abel pakai dress warna navy atau biru, ya?!”

“Iya, Pak.” Naura mengambil tasnya, dan berlalu begitu saja setelah menggenggam kunci mobil Jojo.

Persiapan sudah menuju 90% tinggal menunggu dekor panggung yang kurang menghias tulisan. Tirai foil berwarna silver diberi foil rumbai berwarna emas bagian atas, tulisan dari kertas warna merah mulai menghiasi Tirai foil.

Lain tempat, Naura bergumam jika rencana ini akan berhasil karena ia mengerti akan perasaan Abel. Selama tiga tahun bersama, belum pernah Naura melihat Abel selalu tersenyum saat menyapa atau berbicara dengan lawan jenis. Senyum yang berbeda yang dimaksud Naura.

Tiba di rumah Abel, ia disambut oleh Sang Papah—Jordan— yang mukanya seperti permukaan televisi, datar.

“Selamat sore, Om. Abel ada?” sapanya ketika Jordan membuka pintu.

“Ada, ditunggu di kamar, katanya. Tadi udah pesan, kalau kamu dateng suruh ke kamarnya,” ucapnya lalu pergi meninggalkan Naura.

Naura menutup pintu lalu ke kamar Abel yang berada di lantai dua. Desain rumah tropis sangat cocok untuk di Indonesia karena iklimnya. Rumah yang memiliki dua lantai, hanya berpenghuni lima orang. Sangat sepi karena rumah Abel yang besar.

Naura masuk ke kamar Abel setelah mengetuk pintu. Melihat Abel yang sedang rebahan di kasur sambil menonton film Korea membuat Abel geleng-geleng kepala.

“Belum mandi?” Naura duduk di tepi ranjang Abel, mengambil camilan yang di toples.

“Udah, dong.” Abel mengubah posisinya menjadi duduk dan memangku bantalnya. “Tadi aku denger suara Sinta, emang kalian lagi bareng?”

“Enggak. Salah denger kali.” Naura berhenti mengambil camilannya dan melihat ke arah televisi yang sedang menayangkan drama Person Who Gives Happines. “Ini bagus banget filmnya, aku paling suka pas Goon Wo meminta Eun Hee menjadi kekasihnya. Manis banget.” Mencoba mengalihkan pikiran Abel, Naura mencoba menceritakan apa yang ada di film.

“Ikut, enggak? Ayo ganti baju!” Naura menarik Abel agar berdiri dari ranjangnya, dan mengambil dress yang berwarna biru navy yang berada di lemari.

“Ke mana, sih? Males, ah.” Abel kembali duduk di tepi ranjang.

“Nih, pake! Kamu cocok pake baju itu,” Menarik Abel lagi dan menyuruhnya ke kamar mandi untuk berganti pakaian. “Aku tunggu di depan kamar mandi. Sepuluh menit harus kelar.” Naura menutup pintu kamar mandi dan membiarkan Abel memiliki banyak pertanyaan terhadapnya.

“Ini, kan, bajunya terlalu terbuka, Ra, pundaknya,” teriak Abel dari dalam kamar mandi.

“Mau ganti gamis?” Abel tidak menyahuti.

Setelah lima belas menit berada di dalam kamar mandi, Abel keluar dengan dress yang pas di badan. Sangat cantik namun ada yang kurang. Naura memandang Abel, dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“Ada yang kurang, nih.” Naura menarik Abel lagi, dibawa ke depan meja rias. “Duduk dan diem di sini!”

Abel menuruti apa yang diminta Naura, meskipun sudah banyak pertanyaan yang ada di kepalanya. Naura mengambil alat makeupnya yang berada di tas dan mendandani Abel dengan memberinya sedikit bedak dan shadow di matanya, lipstik warna nude, dan maskara yang cetar membahana.

“Sebenarnya bulu mata kamu lentik, lho, Bel. Kalau sering pake maskara, cantik, kok.”

“Kita mau ke mana, sih? Kenapa harus dandan segala?” Rambutnya yang sebelah kanan dikepang.

“Udah cantik,” ucap Naura setelah selesai mendandani Abel. Memasukkan kembali alat makeupnya, dan mengambil heels lima sentimenter Abel yang berada di rak sepatu belakang pintu, lalu menariknya keluar dari rumah.

“Kita mau ke mana, sih? Dari tadi enggak dijawab?!” Abel masuk ke mobil. “Lah, ini, kan, mobilnya Jojo, Ra?”

#Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro