9. 🌹Bukan Teman Biasa 🌹
Noah tahu dia sudah melanggar alur yang harus dia pertahankan, nyatanya wanita dari masa lalunya yang bernama Gilsha Alyne ini masih terus membuat jantungnya berdegup kencang dan selalu membuatnya bersemangat ketika mereka bersama. Wilya, di dalam hatinya dia mengucapkan beribu maaf untuk wanita yang mungkin saat ini menunggu dia pulang.
Ya, setelah pagutan kerinduan yang Noah lakukan dengan Gilsha siang tadi, Noah mengatakan keinginan gilanya kepada Gilsha. "Aku ingin terus merasakan kebahagiaan seperti dulu saat bersamamu," katanya siang itu kepada Gilsha. Wanita yang menjadi cinta pertama Noah itu tidak menjawab, hanya sebuah senyum manis yang dia berikan. Kemudian Noah mengantarkan Gilsha kembali ke rumahnya, sore menjelang malam Noah masih betah melihat semua kegiatan Gilsha di rumah itu. Gilsha memang memiliki janji temu dengan tim yang akan membuatkan kostum untuk judul film yang akan dia mainkan, setelah itu Gilsha masih harus berolahraga ringan di halaman belakang rumahnya untuk menjaga bobot tubuh sempurna yang ia miliki, sampai pada malam ini Gilsha sudah bersih dan berganti dengan baju dengan piyama tidur.
"Noah aku ingin masak, kamu mau makan malam denganku juga?" tanya Gilsha ikut duduk di sofa yang ada didalam kamarnya, Noah saat ini memangku dia. Dimata Noah, wanita yang tengah tersenyum manja padanya ini sungguh cantik dan sempurna. Ini adalah gambaran sebuah pernikahan yang dia impikan. "Sayang...kamu ingin makan malam bersamaku?" tanya Gilsha yang langsung membuat Noah tertawa bahagia. Sudah sangat lama Gilsha tidak mengucapkan kata sayang dengan sangat manja seperti saat ini.
"Baiklah ayo kita makan," jawab Noah yang langsung membuat Gilsha berdiri.
"Kamu lebih baik mandi saja, aku sudah siapkan handuknya. Namun, maaf karena aku tidak memiliki baju ganti pria untuk kamu pakai." Noah mengacak rambut Gilsha yang setengah basah itu. Dia mengecup kening Gilsha, menatap dalam matanya lalu kembali memagut bibir Gilsha. Noah menyukai bibir penuh dan manis yang Gilsha miliki, sebuah candu yang membuat Noah bisa gila karena memikirkan bagaimana dulu pertama kali dia mencium Gilsha.
Gilsha melepaskan pagutan yang memabukkan untuk mereka berdua itu, kemudian berkata "hubungan apa yang kita miliki ini Noah?" tanya Gilsha jelas ada getar kecewa didalamnya.
"Aku akan mencaritahunya nanti, yang jelas jika kau tidak keberatan saat ini kita bukan teman biasa."
"Bagaimana jika aku keberatan?"
"Aku tidak memaksa jika kau tidak ingin, tapi yang pasti aku ingin memilikimu lagi Gilsha."
"Apa itu artinya kau ingin menikahiku?" Noah diam mendengar pertanyaan itu, Gilsha tersenyum kemudian dia beralih mengambilkan handuk untuk Noah. "Jangan di pikirkan, kita jalani saja dulu. Aku tahu apa yang membuatmu berat mengatakannya, aku juga masih belum tahu apa yang ingin aku lakukan ke depannya." Bohong, jelas saja Gilsha sudah tahu apa yang ia inginkan. Noah kembali tersenyum manis mendengar hal itu Gilsha lontarkan, dia mencium pipi Gilsha lalu masuk ke dalam kamar mandi.
***
Wilya melihat foto pernikahan dia dan Noah, bingkai besar itu berada di ruang tamu rumah tersebut. Dia semula menebak kemana sekiranya Noah pergi hingga belum juga kembali, tapi saat Wilya menelpon Aldi dan pria itu mengatakan dia dan Noah masih ada rapat, itu sebabnya Noah tidak membalas pesan Wilya. Hati Wilya masih berharap semoga yang Aldi katakan itu benar, dia memilih untuk tidak makan malam itu dan naik ke lantai atas dimana kamarnya dan Noah berada,
Wilya sedang berbaring dengan gelisah di tempat tidurnya, sementara Noah benar-benar lupa untuk pulang. Dia yang sudah selesai mandi, merasa lebih segar. Sebelum turun ke bawah Noah melihat-lihat sejenak kamar Gilsha, pertama Noah membuka lemari Gilsha yang lumayan besar. Susunan kemeja, dan juga baju lainnya tertata dengan rapi, di pintu lemari sebelahnya ada gaun panjang tergantung berderet dengan pakaian yang membuat mata Noah melebar, pakaian yang membuat dia terkejut itu adalah gaun tidur tipis berenda. Gilsha memiliki beberapa pakaian yang biasa disebut lingerie itu dengan berbagai model dan juga warna. Noah menelan ludahnya sendiri, hingga dia juga merasa gugup seketika membayangkan tubuh Gilsha memakainya. Buru-buru dia tutup pintu lemari sialan itu, kemudian matanya tertuju pada dinding di kamar tersebut yang banyak memajang foto-foto dari seorang Gilsha Alyne.
Ada deretan buku yang tertata rapi dalam sebuah rak, dan juga meja kerja yang tidak terlalu besar didalam kamar itu. Noah membuka sebuah buku kecil yang berisi catatan-catatan Gilsha. Dia tersenyum saat Gilsha menuliskan tanggal untuk jatuh tempo membayar gaji pelayan dirumahnya, kemudian lembar berikutnya ada sebuah brosur rumah berwarna putih dengan jendela-jendela kaca yang tinggi. Rumah itu terlihat sangat mewah, tapi juga sederhana. Dibawah brosur itu Gilsha menuliskan rumah impian, Noah tersenyum lagi. Saat suara Gilsha memanggilnya dia segera untuk keluar dari dalam kamar.
Sosok cinta pertamanya itu sedang berdiri di depan meja kompor. Senyum terukir diwajah Noah, dia memeluk Gilsha dari belakang sampai wanita itu terkejut di buatnya. "Astaga hampir saja kau membuat sup ini tumpah."
"Kau memasak sup ayam?"
"Iya, dulu kau bilang sup ayam buatan ku paling enak bukan?"
"Ya itu memang benar," ujar Noah kemudian mengecup pipi Gilsha yang masih dalam pelukannya.
Kali ini tidak ada keraguan lagi dihati Noah untuk melewati batas garis kesalahannya. Dia benar-benar terbuai akan cinta lama yang belum usai antara dia dan Gilsha, tergoda dengan perhatian serta obrolan mereka yang tidak pernah ada habisnya.
Makan malam bersama itu benar-benar membuat Noah lupa untuk pulang, tapi karena statusnya dan Wilya dia harus kembali ke rumahnya. "Apa besok jadwal mu padat?" Noah bertanya saat Gilsha mengantarkannya ke teras rumah. Noah harus pulang karena ini sudah pukul dua belas malam.
"Besok pagi bukankah aku harus ke kantor mu, untuk kembali menandatangi kontrak? Lalu sorenya ada syuting di puncak." Noah menganggukkan kepalanya, mengecup pipi Gilsha kemudian keningnya.
"Aku pulang dulu," ucapnya tersenyum.
"Iya, kabari aku jika sudah sampai oke?"
"Iya sayang," kata Noah kembali mengecup bibir Gilsha singkat. Hingga tawa Gilsha mengiringi langkah Noah yang masuk ke dalam mobil.
Setelah mobil itu benar-benar sudah pergi dari perkarangan rumahnya, Gilsha tersenyum puas. Sudah lama sekali dia tidak sebahagia ini, dia akan membuat Noah tidak akan bisa lepas darinya lagi.
Bersambung....
Aku nulis ini sambil ngantuk 😃😂
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro