Special part Akashi -Hanako 2
"Kenapa kau tidak bilang, kalau kau ingin ke sini, hah!?" bisik Akashi dengan geramnya. Yang benar saja! Seorang Akashi Seijuro, menemani seorang wanita membeli underwear!?
"Tadi kan kau sendiri yang memaksaku untuk ikut," jawab Hanako dengan memasang wajah polos.
Akashi menggeram sebal. Bisa-bisanya Hanako mengajaknya kemari untuk membeli underwear!?
"Aku tunggu disini saja. Kau," Akashi menatap Hanako dengan kesal, "cepatlah beli hal yang kau perlukan, lalu segeralah kembali," titah Akashi.
"Ayay! Kapten!" Setelah memberi hormat pada Akashi seperti memberi hormat kepada jendral militer, Hanako langsung berlari ke dalam toko itu.
Awalnya Hanako hanya berjalan santai di dalam toko tersebut, tapi ketika ia keluar dari pintu kedua yang jaraknya cukup jauh dari pintu pertamanya, Hanako langsung berlari. Ia bertekad untuk segera pergi dari mall tersebut. Harus cepat! Pikir Hanako. Kalau ia tidak segera keluar dari mall ini, Akashi pasti akan langsung menangkapnya.
Entah karena permukaan lantainya yang licin, atau karena memang Hanako nya yang kurang berhati-hati, Hanako jadi jatuh terpeleset. "Aw... holy shit!" maki Hanako sambil mengelus pinggangnya yang kesakitan.
"Kau tidak apa?" tanya seseorang yang berdiri di depan Hanako yang tengah terduduk di lantai mall yang dingin.
Hanako mendongakkan kepalanya. Betapa terkejutnya ia, ketika mendapati seorang pria tampan nan gagah berdiri di hadapannya.
"Perlu bantuan, nona?" pria itu mengulurkan tangan besarnya ke Hanako.
Dengan sedikit ragu, Hanako meraih tangan itu, dan setelah berdiri, tubuh Hanako tiba-tiba saja terhuyung ke belakang.
"Maaf ya, tapi dia itu milikku, jadi jangan ganggu dia," ucap pria berambut merah dengan tatapan mata yang amat sangat mematikan. Yap, siapa lagi kalau bukan Akashi Seijurou?
"Maaf, aku pikir dia sendirian," pria itu langsung pergi meninggalkan Akashi dan Hanako.
Setelah pria itu benar-benar telah menjauh, Hanako melayangkan tatapan yang amat sangat mengerikan pada Akashi, "Onii-chan..." desis Hanako dengan geram.
"Apa?" tanya Akashi dengan memasang tampang innocent.
Hanako berdecak kesal, "ck! gak usah sok-sok innocent deh, wajah kayak iblis aja mau belaga innocent. Gak bakal bisa!"
Akashi langsung menjitak kepala Hanako, "AWW!" pekik Hanako sambil memegangi kepalanya yang baru saja dijitak Akashi dengan niatnya.
"Jaga ucapanmu, nona Tomoko," ucap Akashi dengan geram. "Kau harus bertanggung jawab karena sudah membuatku masuk ke daerah terlarang!" Akashi langsung menyeret lengan Hanako, tapi baru dua langkah saja, tiba-tiba tubuh Hanako langsung terjatuh lagi.
"AWW! Nii-chan! Kau jahat sekali sih jadi manusia!" omel Hanako.
"Kau sedang apa duduk disitu?" tanya Akashi.
"Kau tanya aku sedang apa?" tanya Hanako dengan sebalnya. "Aku sedang bermain shogi!"
Akashi tersenyum meremehkan, "ayo bangun!" tanpa kelembutan sedikitpun, Akashi langsung menarik lengan gadis itu hingga gadis itu berdiri. Lalu Akashi mengalungkan tangan kanan Hanako ke tengkuknya, membantu gadis itu berjalan.
"Ish! Kau kejam sekali sih! Aku adukan kau ke Akashi oji-san!" gerutu Hanako yang sedang jalan tertatih-tatih akibat terjatuh tadi.
Akashi menganggat bahunya dengan cuek, "kalau kau sampai mengadu, akan aku adukan balik ke Shintarou, kalau kau ingin menduakannya."
Bola mata Hanako langsung membulat sempurna, "sejak kapan aku bilang ingin menduakannya?"
"Kau tidak usah bilang, aku juga sudah tau kok," ucap Akashi cuek lalu memerintahkan gadis itu untuk duduk di kursi yang ada di depan mereka.
"Kau mau kemana?" tanya Hanako setelah duduk di bangku tersebut.
"Aku mau kesana sebentar."
"Kau tidak akan meninggalkanku kan?" Hanako memandang curiga terhadap Akashi.
"Jika iya, pulang dari sini aku akan langsung dibunuh oleh otousan, karena telah meninggalkan anak perempuan kesayangannya di mall dengan keadaan pincang," setelah berkata seperti itu, Akashi langsung pergi.
"Ish, sembarangan saja anak itu kalau ngomong. Kakiku kan masih normal, mungkin ini hanya keseleo," dumel Hanako pada dirinya sendiri.
***
Setelah beberapa menit kemudian, Akashi kembali dengan membawa kantung plastik kecil di tangan kirinya. Hanako mengerutkan keningnya, merasa penasaran dengan apa yang dibawa Akashi, akhirnya Hanako menanyakannnya juga, "apa yang kau bawa itu?"
"Oh, ini?" Akashi sedikit mengangkat kantung plastik kecilnya. "Untukmu," Akashi memberikan kantung plastik kecil itu pada Hanako.
Dengan sigap, Hanako langsung mengeluarkan isi dari kantung plastik tersebut, "heh? lollipop?" Hanako memandang AKashi dengan heran.
Akashi mengangguk, "bukankah kalau dulu, saat terjatuh, kau selalu saja meminta permen lollipop, untuk menghilangkan rasa sakitnya?"
Hanako tertawa kecil lalu memukul lengan Akashi dengan gemas, "kau pikir aku masih bocah berumur 3 tahun, hah?" walaupun Hanako menanggapi pemberian Akashi dengan cibiran dan omelan, tapi tetap saja ia membuka pembukus permen lollipop itu dan mengenemutnya.
"Dasar, pada akhirnya kau makan juga kan permennya?" sekarang gantian Akashi yang mencibir Hanako. "Yasudah, ayo pulang," Akashi langsung berdiri, tapi tangannya dicekal oleh Hanako. "Ada apa?" tanya Akashi.
"Kakiku masih sakit untuk berjalan, Nii-chan... kau gendong aku ya?" pinta Hanako dengan menunjukkan cengirannya yang menurut Akashi terlihat bodoh di matanya.
"Jalan saja sendiri. Kau kan masih punya kaki. Belum cacatkan?" tolak Akashi dengan kejamnya.
"Iya, aku masih punya kaki dan belum cacat, tapi mungkin sebentar lagi kakiku akan cacat, dan itu semua karena kau!" tuduh Hanako.
"Aku? Kenapa aku?" tanya Akashi tak mengerti, "kau sendirikan yang lari-larian di mall. Dasar, tingkahmu itu seperti bocah kampung yang baru saja masuk ke dalam mall yang mewah dan megah."
"TERSEERAH kau mau ngomong apa, intinya, ini juga termasuk salah mu. Kau yang membuatku begini, dan karena aku malas untuk berdebat lagi, lebih baik kau gendong saja aku sekarang, Akashi Seijurou," perintah Hanako dengan mutlak.
"Hmm? Kau berani memerintahku, Hanako?" Akashi menaikkan sebelah alisnya.
"Sudahlah Nii-chan... ini sudah sore, cepat bawa aku pulang. Ayolah... aku mohon..." Hanako langsung menunjukkan wajah memohon andalannya yang tidak akan bisa ditolak oleh siapapun.
Akashi akhirnya mengalah, berdebat dengan Hanako bisa memakan waktu 2 hari 2 malam untuk menyelesaikannya, ia langsung berjongkok memunggungi Hanako, dan Hanako dengan wajah penuh kemenangannya naik ke punggung Akashi, kedua tangannya ia lingkarkan di leher Akashi.
"Ini benar-benar terakhir kalinya aku menggendongmu seperti ini, Tomoko Hanako," ucap Akashi sambil berjalan menggendong Hanako di punggungnya.
"Ya, ya, ya, terserah kau saja Nii-chan. Terima kasih ya, hari ini aku merasa sangat bahagiaaa... sekali. Aku merasa kembali menjadi anak berusia tiga tahun sejak tadi pagi, hahaha!" Hanako tertawa bahagia di gendongan Akashi.
Tanpa sepengetahuan Hanako, Akashi tersenyum kecil mendengar perkataan Hanako. Walaupun menyebalkan, tapi Akashi menganggap kalau Hanako adalah pusat kebahagiaannya. Tanpa Hanako, mungkin Akashi tidak akan bisa bertemu dengan gadisnya, Airi. Tanpa Hanako, mungkin Akashi tidak akan mengenal apa itu arti kasih sayang dari seorang keluarga.
Hanako memberikan semua yang ayahnya tidak bisa berikan kepada Akashi. Cinta dan kasih sayang yang tulus tanpa meminta balasan, itulah Hanako. Ia sudah seperti pengganti ibunya ketika ibu Akashi meninggal dunia.
"Jangan sedih ya, Sei-chan. walaupun ibumu pergi, tapi kamu masih punya aku. Aku akan menjaga Sei-chan, seperti saat mama Sei-chan menjaga Sei-chan." Kata-kata Hanako saat masih berusia 3 tahun itu masih terekam jelas di dalam ingatan Akashi. Dan ternyata gadis kecil itu membuktikan semua ucapannya hingga sekarang. Walaupun mungkin sekarang Hanako lebih terlihat kekanakan ketimbang dulu.
Hahaha, gak tau part ini mau dibawa kemana? Saya sendiri bingung. Tangan saya bergerak sendiri atas perintah otak. Gomen kalo part ini rada gak jelas. Cuman mau menjelaskan seberapa dekatnya Akashi dengan adik jadi-jadiannya (?) Hanako.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro