Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Aomine Daiki part 4

Sudah beberapa hari ini aku tidak bertemu dengan Aomine senpai, dan sekalinya bertemu, ia tidak menyapaku sama sekali, seolah - olah kami tidak pernah kenal sebelumnya. Aku sedikit merasakan nyeri dibagian ulu hatiku. Apa patah hati rasanya sesakit ini? Kenapa sungguh menyesakkan ya?

Sebentar lagi acara kelulusan akan segera dilaksanakan. Hah... berarti sebentar lagi aku tidak akan bisa melihat Aomine senpai lagi dong? Hah... aku benar - benar merasa sedih... kenapa waktu berjalan begitu cepat sih?

Siang itu, ku lihat acara kelulusan anak kelas 3 berjalan dengan lancar dan ramai. Semua menikmati acara yang diadakan pihak sekolah untuk merayakan kelulusan murid tahun ajaran paling berprestasi. Selain Teikou yang kehilangan murid - murid berprestasinya, aku kehilangan orang yang kusukai. Aku akan sulit melihatnya lagi. Berada satu sekolah saja belum tentu aku bisa melihatnya setiap hari, apa lagi berbeda sekolah?

Upacara kelulusan baru selesai di sore hari. Hah... mulai detik ini, aku tidak akan bisa menemui Aomine senpai lagi. Aku... tidak bisa... menemui Aomine... senpai... Aomine... senpai. Aomine senpai! Astaga! Kenapa aku baru ingat! Janji itu! Iya! Kenapa aku baru ingat sekarang!?

Aku bergegas berlari ke atap sekolah. Dengan segenap kekuatan yang kumiliki, aku berlari menaiki anak tangga dua sekaligus. Walaupun lelah, aku akan tetap berlari. Semoga dia masih disana, semoga dia masih disana.

Ya tuhan... izinkan aku menemuinya untuk terakhir kalinya. Jika dia memang benar - benar bukan untukku, izinkan aku... menemuinya.

BRAK! Aku sedikit membanting pintu yang menghubungkan anak tangga terakhir dengan atap sekolah. Kesan utama yang kudapati saat itu, sunyi, sepi, dan matahari juga sebentar lagi akan terbenam. Hiks! Dia... dia sudah pergi... Aomine senpai... dia... dia tidak menungguku hingga aku datang. Bodohnya aku! Kenapa aku baru ingat sekarang sih!? Bodoh! Bodoh! Bodoh!

"Hoam... siapa sih yang berani - beraninya mengganggu tidurku!?" bentak seseorang dari tingkat ke dua yang ada di atap.

Tiba - tiba ada seseorang yang melompat dari atas ke depanku. Aku sedikit terkejut, karena orang itu adalah Aomine Daiki.

"Kenapa kau lama sekali sih!? Aku kan menyuruhmu kemari setelah upacara kelulusan selesai," omel Aomine senpai.

"Tapi acaranya baru selesai," ucapku dengan polos.

"Memang, acaranya baru selesai. Tapi aku kan menyuruhmu datang saat upacara kelulusannya selesai, bukan acaranya!" omel Aomine senpai.

"Gomen... senpai..." ucapku dengan wajah yang tertunduk.

"Baiklah, kalau kau menyesal, aku minta hadiahku," ucapnya dengan enteng.

"Hadiah? Hadiah apa?" tanyaku dengan bingung.

"Tentu saja hadiah atas kelulusanku. Apa kau tidak membawa kado untukku!?" Aomine sedikit terkejut saat aku menggelengkan kepalaku.

"Mendekatlah," ia menyuruhku untuk mendekat kepadanya. "Ck! Itu masih terlalu jauh," ia langsung menarik pergelangan tanganku dan menggendong tubuhku hingga wajah kami sejajar.

"Se-senpai, apa yang mau ka-kau lakukan? ... turunkan aku," ucapku tergagap dengan suara lirih.

"Aku? Tentu saja aku tetap akan meminta hadiah darimu, walaupun kau tidak membawa apapun untukku." Kata - katanya membuatku bingung. Apa maksudnya coba?

Saat aku sedang memikirkan ucapannya barusan, tiba - tiba aku merasakan hembusan nafas menerpa wajahku. Baru saja aku paham dengan sesuatu yang akan terjadi, tiba - tiba aku merasa ada sesuatu yang menempel di bibirku. Seketika tubuhku menegang menerima ciuman dari Aomine senpai yang sangat lembut dan terkesan singkat itu, "suki dayo..." bisiknya tepat di telingaku.

Badanku yang awalnya terasa tegang sekarang mendadak menjadi lemas seketika karena pernyataan cintanya yang mendadak itu. Setelah berhari - hari menjauhiku, bersikap seperti tidak kenal padaku, tiba - tiba saja hari ini dia menciumku dan menyatakan perasaan sukanya terhadapku.

Aomine senpai mendekatkan wajahnya ke wajahku, hingga kening kami saling bersentuhan. "Fumiko Haruka, maukah kau menjadi pacarku?" ucapnya dengan suara yang cukup pelan, tapi masih dapat ku dengar.

Karena tidak sanggup mengeluarkan sepatah katapun, aku hanya bisa mengangguk saja.

Ia menjauhkan wajahnya dari wajahku, lalu tersenyum dengan bahagia. Perlahan - lahan ia mendekatkan wajahnya lagi ke wajahku, memiringkan kepalanya, hingga aku dapat merasakan hembusan nafasnya di wajahku, lalu... tiba - tiba saja aku merasa tubuhku ditarik kebelakang dan aku merasa tubuhku seperti melayang.

"Mine-chin, tidak baik mencium anak kecil," ucap seseorang dari belakangku. Sepertinya itu dari orang yang sekarang sedang mengangkat tubuhku.

"Wah, wah, wah... kita lihat, ternyata Aomine-kun sebenarnya seorang pedofil. Sukanya nyium - nyium anak kecil," ucap Mayumi yang sekarang berdiri di depan Aomine senpai. Darimana mereka datang.

"Iya nih... Aomine-cchi, tidak baik mencium anak kecil-ssu... nanti kalau orang tuanya mengadukanmu sebagai ojisan yang telah melecehkan anaknya, bagaimana-ssu?"

"Ka-kalian bertiga! Sejak kapan kalian berada disini!?" teriak Aomine senpai.

"Bertiga? Kata siapa kami hanya bertiga?" Kise senpai malah balik bertanya pada Aomine senpai. "Coba Aomine-cchi lihat ke sana," Kise senpai menunjuk ke arah pintu yang satu - persatu orang yang bersembunyi disana keluar. Ternyata disana ada semua temannya Aomine senpai dan pacar - pacar mereka.

"HEY! KALIAN SEMUA! SEJAK KAPAN KALIAN DISANA!?"

"Sejak tadi, Ahomine. Siapa suruh kau terlalu focus dengan gadis manis itu," ledek Tomoko senpai.

"Ternyata itu alasanmu menolak semua gadis yang menembakmu, Daiki-kun?" tanya Akashi senpai.

Sepertinya kali ini Aomine senpai tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan Akashi senpai.

"Hey, Mura-kun, kembalikan dia padaku," perintah Aomine senpai.

"Tidak Atsushi-kun. Turunkan dia di sebelahku," perintah Akashi.

Senpai yang menggendong tubuhku itu langsung menurunkanku di sebelah Akashi senpai.

"Oy! Oy! Mura! Kenapa kau menurunkannya disana!?" bentak Aomine senpai.

"Kenapa Daiki-kun? Kau keberatan?" tanya Akashi senpai dengan tatapan membunuh yang langsung dapat jawaban gelengan dari Aomine senpai.

"Wah... malang sekali nasib penerusku ini. Kenapa gadis sepandai kau harus menjadi pacarnya orang bodoh berkulit hitam itu sih?" tanya Akashi senpai sambil memandang serius ke arahku. Hal itu membuatku gugup setengah mati.

"Oy... nii-chan, jangan pandangi Haruka-chan seperti itu dong... dia kan tidak terbiasa kau pandangi seperti itu," Tomoko senpai langsung berdiri menghalangi tatapan Akashi senpai yang tertuju langsung padaku.

"Jadi..." Tomoko senpai memandangiku dengan tatapan yang lembut dan senyuman yang bersahabat. "Apa kau sekarang menjadi pacarnya Ahomine?" tanyanya. "Emm... maksudku, Aomine-kun," ia sedikit meralat ucapannya.

"Iya, senpai."

Ia mengelus - elus puncak kepalaku, "yang sabar ya, kalau punya pacar berotak hentai seperti Aomine Daiki itu," ucapnya sambil tersenyum manis.

"Oy! Hanako! Aku tidak hentai!" bantah Aomine.

"Gak nyangka ya? Aomine Daiki yang selalu mengincar wanita berdada besar, sekarang malah mendapatkan pacar bertubuh kecil dengan ukuran dada yang kecil dan usia yang kecil," ucap seorang wanita yang berdiri di sebelah Kise senpai.

"Kenapa sekalinya bersuara, suaramu itu sangat tidak enak didengar, Chieko-san," ucap Aomine dengan geram yang membuat hampir semua orang yang ada disini tertawa.

Hiks! Ini part terberat yang aku upload. Kayaknya kita gak jodoh deh Aomine-kun T.T

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro