Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Masa Lalu yang Tak Ingin Dikenang

Typo is my pride.
Happy reading 🤗
.
.
.
.
.

Mona baru saja tampil di acara malam perpisahan kakak kelasnya. Gadis berusia 16 tahun yang sedang mengalami masa pencarian jati diri itu terlihat ceria.

Akhirnya keinginannya untuk bisa tampil dipanggung menampilkan cover dance dari girlband Korea kesukaannya tercapai. Mona yang bercita - cita menjadi seorang trainee KPop itu harus belajar keras sejak dini agar berhasil menggapai cita - citanya. Saat ini ia harus belajar agar dapat meraih beasiswa ke Korea sebagai batu loncatan supaya kedua orangtuanya mengizinkan Mona pergi ke negeri gingseng tersebut. Jika tujuan kesana adalah untuk belajar, pasti ayahnya yang konservatif itu akan memberikan lampu hijau.

Selama ini Mona memang belajar dance secara sembunyi - sembunyi. Ayahnya tidak suka melihat anak perempuan sulungnya itu bertingkah pecicilan. Apalagi tren busana ala - ala idol Korea membuat ayahnya mengomel.

Untung saja di sekolah, Mona bertemu teman - teman yang satu aliran dengannya. Sehingga ia bisa berlatih cover dance bersama teman - temannya di aula sekolah.
Dengan kebijakan dari guru, mereka bisa tampil untuk mengisi acara perpisahan kakak kelas di hall sebuah hotel.

Saat turun dari panggung, Mona langsung diajak untuk berfoto bersama. Banyaknya teman yang ingin mengabadikan momen bersama, membuat Mona terlambat berganti kostum di ruang ganti.

"Temani aku, dong!" rengek Mona pada salah satu temannya yang sudah selesai mengganti kostum dengan pakaian casual yang lebih tertutup.

"Yee, ogah. Salah sendiri kelamaan selfie."

"Hihihi..., latihan jadi idol sebelum jadi trainee sungguhan ya, Mon," Saskia salah satu anggota dance cover menepuk bahu Mona.

Semua teman Mona sudah tahu jika gadis itu memang terobsesi menjadi seorang idola. Ada yang mendukung namun ada pula yang mencibir cita - cita Mona yang setinggi langit itu.

Mona hanya meringis menanggapi candaan sekaligus cibiran dari anggota groupnya. Dimana - mana selalu saja ada orang yang julid meskipun mereka tergabung dalam satu kelompok. Musuh dalam selimut itu akan tetap selalu ada.

Akhirnya Mona menerima konsekuensinya. Ia yang terlambat berganti baju, jadi ia harus bersedia ditinggalkan oleh teman - temannya yang lain.

Suasana ruang ganti yang disediakan oleh panitia kini menjadi sepi. Mona yang sudah berganti baju berdiri didepan sebuah cermin dan kini asyik bergaya. Mona berkhayal seandainya di kamarnya ada cermin besar seperti yang ada dihadapannya sekarang, pasti ia bisa berlatih dance cover sesuka hati.

Mendadak pintu ruangan tersebut terbuka, Mona terkejut ketika mendapati sosok kakak kelasnya masuk dan menutup pintu ruang ganti.

Mona tidak tahu siapa nama lelaki tersebut, namun seingat Mona ia adalah kakak kelasnya yang sudah kelas 3 dan lulus tahun ini.

"Aaaa..." Mona menjerit ketika tiba - tiba kakak kelasnya itu merengkuh tubuhnya.

Jeritan Mona tertahan karena pria itu segera membekap mulutnya. Samar - samar Mona mencium bau alkohol dari tubuh pria tersebut. Otak Mona segera mencerna apa yang terjadi pada pria itu. Kakak kelasnya itu mungkin sedang mabuk.

Tubuh Mona semakin gemetar ketakutan. Dengan segenap keberanian yang tersisa, Mona berusaha mendorong tubuh kakak kelasnya itu untuk melarikan diri.

Namun apalah daya Mona, dengan kasar, kakak kelasnya itu justru mendorong tubuh Mona hingga membentur dinding.

"Aduh... sakit...!" pekik Mona ketika ia merasakan tulang - tulangnya beradu dengan tembok.

Detik berikutnya Mona merasakan hangat napas si kakak kelas berembus di lehernya. Mona benar - benar berada di dalam situasi yang sangat genting. Seharusnya ia segera keluar dari ruangan ini bukannya justru kebanyakan gaya di depan cermin. Seharusnya ia memaksa salah satu anggota grup dance cover untuk menemaninya, jika perlu ia merengek - rengek sambil menangis.

Cumbuan si kakak kelas mulai merambat naik hendak menjelajahi wajah Mona. "Jangan lakukan ini, Kak," cicit Mona dengan suara bergetar karena menahan tangis. Ponselnya berada cukup jauh dari jangkauannya. Saat sedang bergaya di depan cermin tadi, Mona sengaja menaruh benda tersebut di dalam tas yang terongok di atas kursi. Seandainya benda tersebut berada di dalam saku celana denimnya, ia pasti bisa menelpon salah satu temannya untuk menyelamatkan dirinya.

Bukannya menghentikan perbuatannya, pria itu justru semakin brutal menggerayangi tubuh Mona.

Mona yang merasakan ketakutan hanya bisa pasrah dan menangis ketika pria itu melolosi pakaian yang melekat ditubuhnya.

Mona pernah melihat adegan seperti ini dalam film yang pernah ditontonnya. Namun tidak begini juga kan yang seharusnya terjadi pada Mona. Mona juga ingin nengalami romansa seperti ini, tapi dilakukan dengan penuh cinta dengan lelaki pilihannya, bukan dalam keadaan terpaksa.

"Aaakh..." Mona berteriak kesakitan ketika pria itu memaksa untuk menerobos memasuki apa yang selama ini ia jaga. Meskipun Mona sedikit pecicilan dan tampil menggoda saat melakukan aksi dance cover, tapi ia bukanlah gadis yang suka melakukan hubungan bebas dengan lawan jenisnya.

Mona hanya bisa menangis sambil menunggu kapan pria itu selesai menyiksanya. Bagi Mona ini sungguh sangat menjijikkan.

Pria itu mendesah nikmat sebelum akhirnya melepaskan penyatuan tubuh mereka. Setelah itu si kakak kelas rubuh di atas lantai dan tertidur.

Mona segera bangun sambil menahan rasa sakit akibat perlakuan kakak kelasnya. Dengan wajah merah, ia menatap tubuh telanjangnya pria itu. Mona buru - buru memalingkan wajahnya dan bergegas meraih pakaiannya yang tersebar di lantai. Setelah memakainya, ia pun keluar dari ruang terkutuk yang telah mengubah jalan hidupnya.

*******

Bastian terbangun dengan tubuh terbaring di lantai tanpa selembar benang satupun. Perlahan - lahan ia mulai sadar dari pengaruh alkohol yang diminimnya.

"Sialan!" Bastian mengumpat sambil mencari - cari pakaiannya. Gara - gara ia kalah taruhan, Bastian terpaksa harus menerima hukuman dari teman - temannya. Namun yang tidak pernah Bastian sangka adalah, hukuman yang harus ia jalani adalah menenggak alkohol dengan jumlah yang sudah ditetapkan oleh lawan taruhannya. Padahal Bastian sudah mempersiapkan uang untuk berjaga - jaga jika teman - temannya ingin memalak iphone seri terbaru ataupun mengajak berlibur gratis ke Pelabuhan Bajo. Benar - benar hukuman yang tidak pernah Bastian duga sebelumnya.

Saat hendak memakai celana dalam, Bastian melihat bercak noda merah yang telah mengering di kemaluannya. Seketika otak Bastian merasa kacau. Apa yang telah ia perbuat semalam saat dirinya berada dalam pengaruh alkohol.

Bastian mencoba mencari tahu, namun semuanya buntu. Jejak kejadian di malam perpisahan sekolah itu seolah tidak pernah ada. Tidak ada perempuan yang tiba - tiba datang untuk meminta pertanggung jawabannya. Dan tidak ada teman - teman yang menanyakan kemana Bastian pergi setelah meminum alkohol yang diberikan padanya. Semua berlagak tidak tahu apa - apa.

Meskipun hari - hari Bastian tetap tenang dan damai, namun entah mengapa perasaan bersalah itu tak juga hilang. Masalahnya adalah ia tidak tahu kepada siapa rasa bersalah itu ditujukan? Bastian juga tidak memiliki keberanian untuk  meminta rekaman CCTV di hotel tempat berlangsungnya acara. Jika kedua orang tuanya tahu, pasti Bastian akan langsung dicoret dari daftar kartu keluarga karena telah mencoreng nama baik orang tuanya yang seorang pengusaha sukses itu.

Bastian memukul dinding kamar dengan kepalan tangannya. "Maafkan aku!"

*******

Tahun ajaran baru telah tiba. Mona berusaha untuk tetap menjalani kehidupannya dan melupakan kejadian kelam selepas tampil di acara perpisahan sekolah.

"Mon, jangan lupa nanti kita mulai latihan dance cover lagi ya. Ada koreografi baru dari girlband kesukaan kita." Saskia mengingatkan.

Mona hanya terdiam. Sejak kejadian itu ia memang bisa hidup normal, namun entah mengapa ia jadi tidak berminat lagi untuk menari. Bagaimana bisa menikmati serunya menghapal koreografi jika otaknya selalu dipenuhi kenangan buruk itu.

Setiap menatap cermin, bayangan kejadian  yang tidak menyenangkan itu kembali berputar seperti slide film yang ditayangkan di bioskop. Saat tersadar jika dirinya telah menjadi korban pelecehan seksual, dunia Mona kini tidak lagi sama. Apalagi ia hanya bisa diam dan menyembunyikan apa yang telah terjadi padanya tanpa sanggup mengadu.

Lagipula ia harus mengadu pada siapa? Ia tidak mengenal kakak kelasnya itu. Kalaupun akhirnya Mona tahu, pria itu tidak akan bisa terjangkau olehnya. Dari setiap film yang ia tonton, meminta pertanggung jawaban pada anak orang kaya akan berakhir dengan sebuah penolakan.

"Mon!" Saskia menegur Mona yang terlihat melamun. Padahal uasanya temannya itu selalu lincah dan riang. Namun entah mengapa sekarang jadi mode tidak tanggap begitu.

"Maaf, aku absen latihan dulu ya." Mona meringis untuk menyembunyikan kegalauan hatinya.

"Yaela... tumben? Bukannya kamu yang ngebet ingin bisa menjadi trainee dan debut di Korea sono?" Saskia meledek Mona.

Perasaan Mona menjadi semakin gelisah. Boro - boro berpikir untuk menjadi trainee, bahkan ia kini tidak bisa lagi hidup dengan tenang. Peristiwa tersebut telah membuat Mona kacau balau. Nilai raportnya berada di bawah rata - rata kelas karena nilai ujian akhir semesternya jeblok. Ayahnya yang konservatif itu sampai marah - marah melihat nilai raport Mona dan membatasi kegiatannya.

"Nilai raportku jelek, jadi aku harus memprioritaskan pelajaran," Mona mencoba beralasan. Untung saja Saskia memaklumi meskipun dengan penuh keheranan. Setidaknya Mona bisa bernapas lega karena Saskia tidak lagi memaksanya ikut latihan cover dance.

Namun masalah baru kembali datang. Mona terlambat datang bulan. Pagi ini ia mengalami mual dan mutah - mutah hingga ibunya menjadi curiga.

"Kamu kemarin makan apa kok sampai mutah - mutah begini?" tanya Marini pada putrinya. Padahal biasanya Mona adalah anak yang pecicilan dan tidak gampang sakit.

"Mona nggak makan aneh - aneh, Bu," sanggah Mona. Boro - boro makan aneka makanan. Bahkan untuk saat ini ia mengalami kehilangan nafsu makan.

Marini mencoba mengecek suhu badan Mona, mungkin Mona demam karena merasa tertekan. Wajar jika putrinya dalam kondisi tidak baik mengingat bahwa akhir - akhir ini Rudi terlalu keras terhadap putri sulung mereka. Hanya karena raport akhir semester Mona turun drastis, Rudi memarahi Mona habis - habisan. Padahal meskipun nilai Mona jelek, tapi anak gadisnya itu masih tetap naik kelas.

"Kalau begitu ayo kita periksa ke dokter."

Karena tidak ingin sakit yang diderita Mona semakin parah, Marini berinisiatif untuk membawa Mona ke klinik dokter guna melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum sakit putrinya semakin bertambah parah.

Sebenarnya Mona ingin menolak, tetapi ibunya bersikeras memaksa Mona supaya mau berobat. Dalam perjalanan menuju klinik kesehatan, jantung Mona berdegup dengan kencang. Ia memang belum tahu banyak mengenai pendidikan seksual di sekolah. Namun dari browsing di internet, akibat dari hubungan badan yang dilakukan oleh seorang laki - laki dan perempuan yang telah beranjak remaja dapat menyebabkan kehamilan. Tanda - tanda kehamilan itu sendiri berupa terlambat datang bulan dan gejala mual di pagi hari. Mona mengalami gejala - gejala tersebut dan bisa dipastikan jika saat ini Mona sedang hamil.

Panik, takut dan cemas bercampur aduk menjadi satu. Apa reaksi kedua orang tuanya saat mengetahui jika dirinya mengandung anak dari kakak kelas yang telah memperkosanya?

Tbc

Senin, 29 Mei 2023

Jangan lupa votement ya. 😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro