Halaman Enam
"Berhentilah memperlakukanku seperti tahanan!"
Aku berdecak kesal saat kedua orang itu sering bolak-balik memberikanku nampan makanan; sehari dua kali. Yah, aku memang memerlukan makanan. Namun, cara mereka masuk ke ruanganku dan membawa senjata serta, membuatku tampak tak ubahnya buronan kelas atas. Padahal, aku sama sekali tak bersalah di sini.
Anehnya, meskipun sudah dua hari, dan ini hari ketigaku di sini, aku sama sekali tidak ingin keluar. Bukan karena makanan atau apa, tetapi mereka menjanjikan sesuatu padaku. Karena itu terdengar menarik dan aku juga penasaran, jadilah aku 'menunggu' di sini.
"Kau memang tahanan, bukan?" Senyum pria tua itu terlihat menjengkelkan di mataku. "Atau kau lebih suka disebut 'tamu yang dikekang'?"
Aku tak menjawab, justru mengalihkan pandang ke luar jendela jeruji besi yang menampilkan pemandangan indah dari sihir ilusi.
"Aku tahu kau bahkan bisa keluar dengan mudah. Mengingat hanya ada dirimu di lorong tahanan ini dan kami sama sekali tidak menjaganya. Tetapi, kau malah memilih untuk tetap di sini. Bukankah itu berarti kau tertarik?"
Sepertinya mereka paham. Aku yang sama sekali tak menyangkal hanya memperjelas bahwa ucapannya itu benar.
Pria tua itu melambaikan tangan tak acuh, enggan mengurusiku lebih lanjut sembari meninggalkan ruangan. Sementara si pria muda—kurasa umurnya berbeda beberapa tahun dariku, menaruh nampan di lantai. Ia tampak merasa tak enak karena tidak ada tempat lain lagi.
"Maaf, makannya sederhana." Ia selalu mengatakan itu. "Omong-omong, yang barang yang kami janjikan sedari awal sudah tiba. Ini kotak dari dia, kutaruh di samping nampan, ya."
Kotak dari dia?
Kepalaku menoleh, tetapi kedua orang itu sudah lenyap. Tanpa basa-basi kudekati nampan yang terletak di samping pintu. Dan benar saja, ada sebuah kotak di sana.
Aku ingin tahu, apa dia yang kumaksud sama dengan dia versi mereka?
Melihat gembok kecil yang mengunci kotak seukuran telapak tanganku itu, aku sempat bingung bagaimana cara membukanya. Namun, baru kusentuh gembok itu, ia sudah terbuka.
Ah, Segel Keluarga. Yang mana hanya akan bisa terbuka jika si pembuat dan pembuka segel memiliki hubungan keluarga. Sepertinya aku tahu siapa pengirimnya.
Di dalamnya, kutemukan dua carik kertas dan sebuah buku tipis seukuran kotak tersebut. Kubaca dua kertas itu terlebih dulu. Ternyata surat.
Dugaanku benar. Dia yang kami bertiga maksud adalah kakakku. Satu-satunya kakak perempuan yang kupunya. Bibirku tersenyum masam. Tidak, aku tidak membencinya, aku hanya sebal padanya.
Dan ... haruskah kubacakan isi suratnya?
'Teruntuk adikku tersayang'
Uh, menjijikan. Baru pembukaan tapi dia sudah membuatku sebal.
Entah mengapa aku seperti bisa mendengar suaranya saat membaca surat ini.
'Lysanny, apa kau sudah berhasil keluar dari portal perbatasan? Jika iya, aku tebak kau pasti tersesat di hutan yang penuh bangunan tua itu, kan?
Tenang saja, kau akan segera keluar dari sana. Kubawakan buku catatan kecil yang kutahu akan sangat berguna bagimu. Sedikit info, hutan itu memang telah disihir sejak dulu untuk mencegah iblis pergi ke dunia manusia. Itulah mengapa kau tidak bisa keluar kecuali kau sendiri yakin dengan jalan yang kau pilih. Kasihan sekali, Lysanny-ku tersesat. Astaga, mataku berlinang sekarang.'
Kutahan diri untuk tidak merobek kertasnya.
'Tapi, kau tidak boleh keluar sendiri. Permintaanku adalah kau harus membawa dua pria yang menangkapmu, dan ... satu temanmu yang sedang tidur panjang, hihi. Untuk menemukannya, kau harus pergi ke rumah besar di samping pondok, cari perpustakaan yang tersembunyi di bawah tangga, dan temukan kunci. Selanjutnya, silakan cari orang itu sendiri.'
... apakah yang dia maksud adalah kunci yang kukalungi sekarang?
'Oh, dan, maaf sudah mengurungmu. Kalau tidak seperti itu, aku yakin sekali kau tidak akan mendengarkan mereka. Mereka melakukannya atas perintahku. Maafkan Kakakmu yang cantik ini, ya.
Lalu, segeralah keluar dari sana, dan temui Kakak. Kau harus tahu, dunia manusia itu sangat menakjubkan. Sekarang aku sedang berada di sebuau negara yang bernama Jepang, di sini keren sekali!
Cepat keluar, oke? Maaf tidak bisa menjemputmu. Habisnya, Disneyland Tokyo sangat mengagumkan! Tidak perlu sedih, aku sudah membelikanmu bando telinga kucing serta telinga tikus. Aku tidak sabar melihatmu mengenakannya!
Tertanda, Kakaknya Lysanny yang paling cantik.
Kecup sayang ♡'
Kuremas suratku dengan kesal lantas beralih pada buku catatan yang disebutkan kakaknya sebelumnya. Itu berisi peta hutan ini, sedikit sejarah, beberapa mantra yang berguna, serta caranya keluar.
Namun entah mengapa, keinginanku untuk keluar dari sini lenyap setelah membaca surat darinya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro