LISA MONACO
Lupakan sejenak kejadian antara Lyra dan Nuca. Sekarang ini, Lyra tengah bersiap-siap untuk pergi ke salah satu perguruan tinggi yang ada di Athena. Tentunya, bersama Nuca.
Setelah kejadian pada malam itu, Lyra menjaga jarak pada Nuca. Ia canggung sekali. Tapi, tidak halnya dengan Nuca, ia merasa tidak enakan.
****
"Tante, Om, Lyra berangkat dulu ya!" ucap Lyra pada sepasang suami istri di depannya.
"Iya Lyr, semangat ya! Jangan buru-buru ngerjain soalnya, teliti ya!"
"Ya, betul kata Om Lyr, semangat ya Sayang,"
Valeri menarik lengan Lyra dengan lembut, jatuhlah Lyra di dalam pelukan hangat wanita paruhbaya itu.
Dekapan itu lagi-lagi mengingatkannya pada mendiang Sharla Fernandes, Mamanya.
Namun Lyra mencoba memfokuskan dirinya lagi, ia harus menaklukkan hari ini. Setidaknya, kali ini ia menjadikan Stev dan Valeri sebagai orang yang harus dibanggakan.
"Ya sudah ya Tan, Lyra berangkat dulu,"
"Iya hati-hati ya Sayang."
Lyra mengambil tas hitamnya yang ada di sofa ruangan. Gaun selutut berwarna putih berpadu dengan sedikit sentuhan toska membuat ia nampak anggun, dan tentunya cantik sekali.
Nuca yang sedari tadi jenuh menunggu Lyra di dalam mobil, kini merasa gusar.
"Kok lama banget ya?" tanyanya dalam hati.
Nuca melihat-lihat ke dalam rumahnya, dan berjalan menelusuri pintu depan.
"Lyra kok lama-" perkataannya tersenggal, Nuca rasa terpaku di atas lantai rumahnya.
Dadanya berdebar kencang saat mendapati Lyra yang tampil beda sekali.
"Ka..kamu sudah siap?" tanya Nuca sambil mengalihkan pandangannya dari Lyra, ia malu.
"Em.. iya Sudah Nu," jawab Lyra salah tingkah.
"Ya sudah ayo berangkat." Nuca menuntun Lyra masuk ke dalam mobilnya. Mereka melaju ke universitas tempat Nuca menempuh pendidikan, Universitas Athena.
***
Dua puluh menit menempuh perjalan, mereka berdua tiba di kawasan Zografou.
Nuca turun terlebih dahulu, dan membukakan pintu mobil untuk Lyra.
"Ayo Lyr," ajaknya pada Lyra.
"I..iya," jawab gadis itu, masih terasa canggung, pikirnya.
Nuca dan Lyra berjalan masuk ke tempat itu. Sama halnya saat di Acropolis, Lyra terkagum-kagum dibuat oleh gedung-gedung universitas itu. Bangunan khas Yunani, membuatnya serasa berada di film-film.
Nuca yang menyadari kelakuan Lyra, mengangkat kedua sudut bibirnya, "Kenapa Lyr?" tanyanya.
Lyra mendogak saat mendengar suara berat laki-laki yang ada di sampingnya. "Bagus universitasnya, semoga aja bisa lolos," ucapnya sambil senyum.
Nuca hanya mengangguk pelan. Tibalah mereka di mulut pintu sebuah gedung, dimana tampak bayak sekali calon mahasiswa di dalam sana.
"Silahkan masuk Lyr, nanti kamu kalau sudah selesai telepon aku ya, biar aku jenguk."
"Eh Nu, aku nggak punya nomor ponselmu," ucapnya lugu.
Nuca memijit keningnya yang tak pusing, ia mengeluarkan ponselnya dan memberikan nomornya.
"Hehe, makasih ya Nu!" ucap Lyra bersemangat. "Doain aku ya!"
"Iya, pasti kok," Nuca mengelus kepala gadis yang ada di depannya, tak lupa dengan senyum indah itu.
Lyra kali ini tak menunduk, ia membalas tatapan dari Nuca.
****
Setelah mengantri untuk mengambil formulir pendaftaran mahasiswa baru, Lyra duduk di bangku tunggu.
Ia urutan 567, dari 2047 pendaftar. Dan, sekarang masih antrian 455.
"Tidak lama lagi, harus sabar!" ucapnya pada diri sendiri.
Di selah-selah menunggu nomornya di sebut oleh panitia, Lyra kembali memikirkan Nuca yang mengelus kepalanya.
Ia memegang kepala tempat dimana Nuca memegangnya, "Kalau Nuca gitu terus, aku bisa tambah baper lo." ucapnya.
Namun, saat tengah menikmati memorinya dengan Nuca, Lyra dikejutkan dengan seorang cewek yang menepuk bahunya.
"Hallo!" sapa seorang cewek yang berhasil membuat Lyra tersentak kaget.
Lyra menoleh ke arah perempuan itu, "I..iya?"
"Hehe, ngagetin ya?"
"Emm, enggak kok.," ucap Lyra.
"Kamu sendirian ya kesini?"
"Enggak, sama teman," jawab Lyra
"Oh iya aku duduk di sini ya, soalnya aku nggak ada teman!" ucap perempuan itu.
"Kok nggak ada teman?" tanya Lyra penasaran.
"Aku imigran, dari Jerman!"
Lyra mengangguk-ngangguk saat mendengar kata imigran. Dalam hati ia bertanya, apakah ia juga seorang imigran?
"Kenalin nama aku Lisa, Lisa Monaca," Lisa memperkenalkan dirinya.
"Lisa ya? Aku Lyra, Lyra Fernandes," jawab Lyra sambil tersenyum.
Lisa yang mendengar nama Lyra bersorak girang, ia langsung meminta nomor ponselnya Lyra, "Eh bangus banget nama kamu! Minta nomor ponselmu ya, jadi teman aku ya!"
Tanpa menjawab, Lyra memberikan apa yang Lisa mau. Lyra tidak keberatan berteman dengan Lisa, toh, dia juga nggak punya teman.
***
Seusai registrasi, Lyra dan Lisa berjalan keluar ruangan. Nampak Nuca sudah menunggu di sana.
Ia langsung menghampiri Lyra yang sedang bersama Lisa.
"Sudah Lyr? Kapan tesnya?" tanya Nuca.
"Jam dua Nu,"
Lisa menyikut Lyra yang ada di sampingnya, "Cie manja banget, bawa pacar!"
"Apasih Lis?" Lyra balik menyikut Lisa.
"Oh, ini siapa Lyr?" tanya Nuca lagi.
"Lisa Nu, dia imigran dari Jerman, teman baruku," jelasnya.
Nuca hanya menganggukkan kepalanya dan mengajak Lyra untuk makan siang terlebih dahulu.
"Oh ya Lis, kamu mau ikut makan siang sama aku?" Lyra mengajak Lisa.
Lisa menggeleng, "Aku mau ke perpustakaan Lyr, kapan-kapan ya!"
"Oh yaudah kalau gitu aku pergi dulu ya."
***
Lyra dan Nuca berjalan menuju pedagang kaki lima yang ada di sebelah gedung kampus.
"Nggak masalah ni makannya disini?"
"Nggak Nu, emang kenapa?" Lyra menatap lawan bicaranya.
Nuca hanya tersenyum, dengan tanpa meminta izin pada Lyra, ia berjalan sambil menggandeng tangan Lyra.
"E..eh malu Nu," Lyra reflek berbicara seperti itu.
Nuca hanya tertawa menanggapi Lyra, "Ini Athena Lyr, bukan Indonesia." candanya.
Nuca tak melepaskan genggamannya, Lyrapun tak berupaya pula melepaskannya. Mereka berdua sama- sama menahan senyum.
Lyra dan Nuca berjalan ke tempat tujuan mereka.
Ini Lisa. Cantik kan??? 😘😘
BERSAMBUNG YA!🤭
JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT❤️❤️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro