Part 1
“Aaa..” Aku berteriak ketika barang-barang dikamar melayang menghantamku dan Hati.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang Vyl ?” Hati yang juga ketakutan dan semakin panik.
Entah apa alasannya, sudah hampir satu minggu terakhir aku dan teman-temanku diteror oleh makhluk tak kasat mata. Mereka selalu saja mengganggu ketika malam mulai menjelang. Suara teriakan, barang-barang berhamburan bahkan suara ketokan pintu yang tiada henti terus saja mengganggu kami setiap malam.
Tok. Tok. Tok.
Aku memeluk hati erat ketika dari luar pintu terdengar suara ketokan yang begitu kencang. Tubuhku semakin bergetar melihat kearah pintu, begitu pula dengan Hati. Nafas kami menderu kencang.
Brakkk. . .
Pintu di dobrak dari luar. Aku menutup mata, kalau-kalau yang muncul sesuatu yang tidak diharapkan.
“Vylar, Hati. Kalian gak papa ?” Tanya suara seseorang yang ku kenal, Sidiq temanku.
Aku membuka mata saat mendengar suara tersebut, dari balik pintu yang didobrak muncul Sidiq, Gurek dan Iksan. Aku dan Hati sedikit merasa lega melihat mereka yanga datang.
“Ayo cepat, kita harus keluar dari sini.” Ujar Sidiq kembali sambil membangunkan aku dan Hati yang tadinya kami terduduk disudut kamar.
Tep... Lampu tiba-tiba mati saat kami berada diruang tamu dan akan melangkahkan kaki kepintu keluar, aku semakin panik dan menggenggam erat tangan Sidik.
Sidiq menarik tanganku cepat kearah keluar, disusul oleh Hati dan Iksan kemudian yang paling terakhir Gurek.
Aku, Hati, Sidiq dan Ikhsan sudan berada diluar rumah. Tinggal Gurek yang belum keluar.
Brakkk... Pintu rumah tertutup dengan sendiri sebelum Gurek berhasil keluar.
“Gurek, Gurek. Lu gak papa ?” Iksan bertanya dari balik pintu kepada Gurek yang terkunci sendiri didalam.
“Tolong gengs, pintunya gak bisa dibuka.” Gurek mencoba membukanya dengan menarik-narik gagang pintu
Situasi makin panik, aku hanya bisa menangis ketakutan. Semua akal dan pikiran rupanya tidak berfungsi ketika sedang merasakan takut.
“Ya udah, kalian tenang dulu. Aku coba cari jalan lain lewat belakang untuk masuk bantuin Gurek.” Sidiq mencoba menenagkan situasi.”
“Kamu disini aja san, jaga Vylar sama Hati. Kalau ada apa-apa segera cari bantuan.” Tambahnya lagi.
Sidiq berlalu melangkahkankan kakinya menuju belakang rumah, mencari celah untuk dapat masuk dan membatu Gurek. Ku tarik nafas dalam-dalam mencoba menenangkan hati dan pikiran.
“San, coba pecahkan kaca jendelanya. Kita harus cari cara buat membuka pintu.” Aku menunjukkan jendela dekat pintu masuk dan meminta Iksan untuk pecahkan.
Iksan mencari batu dan segera memecahkan kaca jendela, agar kami bisa melihat Gurek yang terkurung didalam.
“Akhhh..” Dari arah dalam terdengar suara teriakan Gurek yang memecahkan kesunyian.
“Kamu gak papa Rek ?” Hati bertanya dan mengetok-ngetok pintu berharap ada jawaban dari Gurek.
Gurek tidak menjawab pertanyaan Hati, aku yang penasaran langsung membersihkan sisa pecahan kaca pada jendela yang sudah Iksan pecahkan dan menyingkap horden penutup jendela berusaha melihat kedalam. Gelap, tidak ada yang bisa ditangkap oleh retinaku karena lampu yang tak kunjung hidup.
“Ini Vyl.” Ikhsan memberikan sebuah senter untuk membantu penerangan.
Ketika senter ku arahkan kedalam, aku terkejut melihat Gurek yang sudah melayang tertempel pada dinding yang kepalanya hampir menyentuh atap. Hati dan Iksan yang ikut melihat juga tidak kalah terkejutnya.
“Woy, bantuin gua.” Gurek mencoba berteriak kepada kami bertiga.
Sesaat setelah dia berteriak, tiba-tiba tubuhnya jatuh begitu saja kelantai. Gurek meringis kesakitan. Belum sempat ia berdiri, dari arah depan sudah melayang sebuah kursi yang akan menghantam kearahnya.
“Gurek awas didepanmu.” Hati berteriak memperingatkan Gurek.
Brakkk. Sebuah kursi hancur menghantam lantai. Gurek berhasil menghindar sepersekian detik sebelum kursi menghantam tubuhnya.
Iksan masih berusaha mendobrak-dobrak pintu dan berharap pintu bisa segera terbuka, sedangkan Sidiq belum juga terlihat sepertinya ia juga kesulitan menerobos masuk melalui pintu belakang.
“Akhhh... Gurek kembali berteriak ketika tubuhnya terseret dan terbanting kedinding, tubuhnya dihempaskan berkali-kali. Darah mulai mengalir dari berapa bagian tubuh yang terkena benturan. Gurek sudah mulai melemah, dia tidak mampu lagi bergerak. Terbaring terkapar ditengah-tengah ruangan yang sudah berserakan.
Aku dan Hati hanya dapat menyaksikan tanpa bisa melakukan apa-apa. Tanpa sengaja aku menatap atap, kipas angin berputar-putar lebih kencang dari biasanya dan sepertinya ada yang tidak beres.
“Gurek, awas diatasmu.” Teriakku pada Gurek yang sepertinya sudah tidak sadarkan diri.
Kipas semakin kencang berputar, sedangkan Gurek tepat berada dibawahnya.
Brakk... Kipas terjatuh dengan kencang dan siap menebas apapun yang dilewati.
“Akkhhh.” Aku dan Hati berteriak dan menutup mati ketika kipas angin jatuh menimpa Gurek.
Hening seketika, tidak ada suara dari dalam. Pikiranku berkecambuk dan tidak berani menatap kearah dalam. Aku tidak mengetahui kondisi Gurek saat ini.
“Pintu berhasil terbuka guys.” Kata Iksan yang mengagetkan.
Aku dan Hati membuka mata memandang kearah Iksan. Saat pintu dibuka, ku arahkan senter kedalam. Seraya menegarkan hati atas apapun kemungkinan yang telah terjadi pada Gurek didalam sana.
“Sidiq ?” Iksan lagi-lagi mengejutkan. Disudut ruangan terdapat Sidiq yang tengah memegang Gurek. Sepertinya Sidiq berhasil masuk kedalam dan muncul pada waktu yang tepat sebelum kipas mengancurkan dan memotong-motong tubuh Gurek.
Gurek pingsan tidak sadarkan diri, darah keluar tampa henti dari kepalanya. Ia mulai kehilangan darah jika tidak segera diobati.
****
“Sebenarnya apa yang terjadi pada kita ? kenapa akhir-akhir ini kita selalu diteror dan diganggu oleh makhluk-makhluk itu ?” Hati bertanya dengan nada lemas menatap Gurek yang tengah di infus dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Gurek sudah dibawa kerumah sakit, dia banyak kehilangan darah dan harus menerima transfusi darah. Kondisinya cukup parah hingga membuatnya tidak sadarkan diri.
“Entahlah, aku juga tidak tau.” Jawab Sidiq yang juga tidak paham dengan kondisi ini.
Ruangan menghening, semua mata tertuju kepada Gurek yang terbaring lemah diatas bed rumah sakit.
“Guys, gua minta maaf sama kalian.” Tiba-tiba Iksan berbicara memecah keheningan, semua menatap heran ke arah Iksan. Apa maksudnya minta maaf ? Iksan ada salah apa ? apa dia tau sesuatu yang tidak kami ketahui ?
“Sebenarnya beberapa hari yang lalu...” Iksan menceritakan semua yang terjadi kepada kami.
***
Beberapa Minggu sebelum kejadian
...............
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro