3/28
OTOHARA KUROTO
Sudah beberapa hari sejak berita hangat itu menyebar hampir di seluruh negeri. Bisa dibilang ini adalah kejadian yang memang tidak masuk di akal. Banyak negara yang telah menawarkan diri untuk membantu proses pencairan dan investigasi, tetapi nyatanya semuanya berakhir nihil.
Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Semuanya tidak bisa dijelaskan secara sains dan logika. Namun, banyak teori-teori yang mulai bermunculan dan dikemukakan oleh para ilmuan ternama.
Mereka mencurigai banyak hal; dunia paralel, glitch error, hingga menghilang sebagai tumbal.
Keluarga KK juga tidak tinggal diam mencari keberadaan putra semata wayangnya. Mereka turut berkontribusi dan bekerja sama cukup baik dalam pemeriksaan, sehingga perlahan rumor tentang ‘orangtua yang diduga biang’ pun pelan-pelan menurun.
Kecepatan dunia internet pun membuat identitas KK mulai terkuak pelan-pelan. Ada fotonya yang mulai tersebar di internet setelah mereka mencari tahu semua sekolah di Hokkaido, lalu mencocokkan model seragamnya dengan yang tersebar di internet. Untungnya, nama asli KK belum tersebar, karena itu akan sangat menyakitkan untuk keluarganya.
“Kenapa aku merasa kalian lebih heboh dengan korban daripada kasusnya sendiri?” tanyaku setelah mendapati bahwa Suzu sedang memberikan komentar di internet.
Mereka membuat fanpage untuk mengenang kepergian KK, dan aku yakin bahwa sebagian besar anggota yang sukarela bergabung di sana adalah remaja perempuan yang kecentilan seperti Suzu.
“Ini kejadian yang menyakitkan. Kita kehilangan laki-laki tampan dngan sia-sia.”
Kita? Kau punya hak apa untuk terlibat? Aku ingin bertanya, tetapi lebih baik diam sambil menelan dalam-dalam semua kedongkolan yang kurasakan.
Aku mengerutkan alis, tetapi kupercepat langkahku agar langkah Suzu tertinggal dan dia tidak akan bisa melihat raut wajahku. Aku cukup kesal dan memang harus mengakui hal itu. Aku tidak suka saat perhatian Suzu teralihkan dengan begitu enteng, apalagi kalau tentang laki-laki lain.
“Kalau yang lenyap adalah seorang gadis cantik, aku yakin kau juga akan bereaksi sepertiku. Tolong jangan berlebihan,” ucapnya, membela dirinya sendiri.
“Tidak, aku tidak akan seperti itu,” balasku dengan yakin.
“Kan kita tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi,” ucap Suzu dengan cuek. Berikutnya, dering notifikasi kembali terdengar, menjelaskan bahwa sebenarnya Suzu bermain ponselnya sedaritadi. “Aduh, kasihan sekali KK-Kun.”
“Dia bukan siapa-siapamu, tidak perlu mengkhawatirkannya,” ucapku.
“Ucapanmu kejam sekali,” komentar Suzu.
Kami masih terus berjalan. Masih aku yang mendahului, padahal aku sudah sengaja memperlambat jalanku. Suzu memang bisa menjadi sangat lamban jika sedang berjalan sambil memegang ponsel, tapi kami berangkat cukup pagi dan jarak sekolah pun sudah semakin tipis.
“Kalau kami bisa bertemu secara langsung--.”
Seolah-olah kau ingin lenyap untuk menyusulnya.
Tidak bisa lama-lama menahan jengkel, aku berbalik hanya untuk mendorong kening Suzu jauh-jauh. Tentu, sambil diam-diam membacakan mantra dalam hati, “lupakan, lupakan, lupakan.” tapi tentu saja itu tidak berhasil, karena Suzu terus-terusan bersimpati untuk lelaki itu.
“Ih! Kuroto! Apa-apaan, sih?!” serunya sambil memukuli bahuku dengan kesal.
“Kau yang apa-apaan! Jangan asal berbicara. Ayo, jalan lebih cepat!” Aku menarik tasnya agar dia mengikutiku berjalan cepat.
“Ck, ck, ck, Kuro-Chan, kau masih terlalu belia untuk mengerti. Tapi, aku sedang di masa remaja yang mulai penasaran dengan perasaanku.” Suzu berceramah, tapi langkahnya tetap mengikutiku karena aku masih menarik tasnya.
“Memangnya, bagaimana rasanya?” Aku tidak ingin berdebat, tapi aku benar-benar ingin tahu tentang apa yang sebenarnya dirasakan oleh Suzu.
“Entahlah, rasanya seperti patah hati,” ujarnya.
“Patah hati?!” Aku benar-benar tidak sengaja berseru dan memutar bola mataku.
Mustahil.
Suzu memang sering berhalu ria tentang pangeran berkuda putih, tapi dia selalu menganggap laki-laki di sekitarnya kekanak-kanakan--termasuk aku, katanya. Dan dia patah hati karena seseorang yang bahkan tidak dia kenal? Mustahil. Suzu terlalu banyak mengosumsi bacaan di internet, dia sampai membual begitu.
“Mungkin itu yang dinamakan cinta pada pandangan pertama.”
Aku tahu. Aku benar-benar tahu bahwa Suzu sedang bercanda, sungguh. Dari nada bicaranya, raut wajahnya, aku tahu bahwa semuanya palsu. Suzu hobi mengikuti apapun yang tren, karena itulah menjadikan KK sebagai suami nasional menjadi hal wajar yang sedang diikutinya. Namun, mendengar kata-kata ‘cinta’ untuk orang lain membuatku benar-benar kesal.
Aku cemburu, karena dasarnya aku sudah tahu sejak dulu bahwa aku tidak hanya melihat Suzu sebagai teman masa kecilku. Dia cinta pertamaku dan itu masih fakta hingga saat ini.
“Mustahil!” Sepertinya aku terlalu murka, hingga tanpa sadar menyerukan apa yang ada di kepalaku.
“Wah, kau benar-benar meremehkanku.” Suzu mulai tampak kesal, dia kembali menekan ponselnya, membuatku lagi-lagi cemburu.
Jangan bilang dia sedang melihat informasi lain tentang KK.
“Kau bahkan belum pernah menyukai siapapun, lalu mengapa tiba-tiba membicarakan tentang blabla pandangan pertama? Mustahil!” kataku.
“Aku tahu sedikit tentang ulat yang bermetamorfosis di dalam perut dan akan menjadi kupu-kupu, ya walau harus kuakui aku tidak merasakan kepakan-kepakan sayap itu. Mungkin saja mereka masih menjadi kepompong di perutku,” ucap Suzu dengan asal.
Aku jengkel, mungkin di level maksimal. Rasanya, ingin sekali membuat Suzu berhenti berbicara seumur hidupnya. Namun, aku kembali teringat bahwa satu hari tanpa suaranya hanya akan membuatku kesepian. Aku benar-benar tidak ingin berdebat dengannya, jadi aku hanya diam di sepanjang jalan, bahkan aku tidak lagi menarik tas Suzu.
Masih melangkah dalam kecemburuanku, kusadari langkah kaki Suzu terhenti dan ia sangat fokus membaca sesuatu di ponselnya. Rasanya, aku benar-benar ingin merampas ponselnya saat itu juga. Namun, belum lagi pikiranku menenangkanku untuk tidak melakukan sesuatu yang bodoh, kulihat wajah pucat Suzu yang membuat semua kekesalanku meluap begitu saja.
Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku sangat ingin menenangkannya.
“Barusan, ada korban yang lenyap, lagi ….”
***
Tema: Cinta pertama
Tema ini sangat uwu, tapi sayangnya harus dieksekusi seperti ini. Yaaaa, namanya juga cerbung kan ya….
BTW SPACINGNYA BARU KUPERBAIKI NANTI YA, SOALE DAH MAU JAM 10!!!!!
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro