28/30
NINOMIYA CHIZUKO
"Ninomiya, aku mau rapat dengan ketua kelas yang lain. Jadi kau awasi saja orang-orang yang piket." Komiyuno, ketua kelas memberikan tugas buatku. "Soal barang-barang untuk festival, aku sudah minta Sakihaka untuk membantumu. Dia kan kuat."
Aku mengangguk paham, "Oke."
Komiyuno memperbaiki letak kacamatanya, lalu mengambil buku catatannya dan beberapa pensil yang dikantonginya, meninggalkan kelas dan membiarkanku mengawasi teman-temanku yang piket.
"Chizuko, hari ini kita tidak bisa pulang bersama, ya!" Yui mengatakan hal itu setelah menyusun sapu-sapunya.
"Eh? Kenapa?" tanyaku.
"Klub masak hari ini ada rapat penting."
"Yah, padahal aku ingin mengajakmu ke cafe yang baru buka itu, tapi apa boleh buat," ucapku kecewa. "Eh, ngomong-ngomong, Koharu mana? Bukannya dia piket juga hari ini?"
"Eh? Entahlah. Aku tidak melihatnya," ucap Yui. "Koharu itu yang mana ya?"
"Yang satu grup dengan kita!" jawabku tak percaya.
Memori macam apa yang Yui miliki sampai melupakan salah satu anggota timnya?!
"Oh, yang itu ..." Yui menepuk tangannya seolah telah mendapatkan jawaban. "Tadi kayaknya dia pergi membuang sampah. Kenapa?"
"Aku mau membawa semua kardus ke sini, kalau nanti ketemu Koharu, minta dia ke sini, ya."
"Oke!"
Saat aku baru saja hendak membawa gulungan kain, tiba-tiba saja pintu kelas terbuka lagi. Aku tersenyum saat melihat Koharu di sana.
"Koharu! Tepat sekali kedatanganmu!" Aku melambai-lambaikan tanganku, memintanya mendekat.
"Semua ini ya, yang mau dibawa ke gudang?" tanyanya.
Aku menganggukan kepala, "Iya. Banyak sekali, kan? Kalau membawanya sendiri, aku pasti kerepotan. Bantu aku, ya!"
Koharu tersenyum, "Aku memang datang kemari untuk membantumu."
"Hehe, terima kasih," ucapku. "Kau tidak ikut klub hari ini?"
"Aktivitas klub olahraga indoor sedang diliburkan karena mereka sedang membangun panggung besar untuk festival," jawab Koharu. "Membosankan sekali."
Koharu mulai mengangkat satu persatu baramg dan menaruhnya di dalam kardus. Aku juga mengangkat gulangan-gulungan kain yang lumayan berat.
"Itu kan lumayan berat. Dua trip saja, Ninomiya," ucapnya.
"Aku bisa angkat segini, tapi ..."
Kami berdua melirik satu kardus yang tergeletak di lantai. Koharu sudah mengambil sebisanya, dan satu itu yang terakhir.
"Kau benar, mungkin dua trip sa--"
KREK. Pintu tergeser lagi.
Kali ini aku tidak memperlihatkan senyuman legaku karena kedatangan orang yang mungkin bisa membantu kami... karena ...
"Oh. Konatsu."
Mengapa ada Konatsu di sini?
"Kinoshita bilang Ninomiya perlu bantuan...?" ucapnya seolah tengah membaca pikiranku.
"Memang. Itu ada satu kotak lagi. Bantu kami bawakan ke gudang, ya," pinta Koharu sambil berjalan membawa barang-barang itu, keluar dari kelas. "Ninomiya, ayo."
"Ah, iya." Aku menatap ke arah Konatsu yang sedang menatap lurus menatapku. Tatapannya masih seperti biasa, menatap tajam dengan aura pembunuh ... hiiii. "Mohon bantuannya, Konatsu."
Saat aku hampir melewati pintu, gulungan yang kubawa tiba-tiba terasa berat. Aku berbalik dan menemukan Konatsu menarik beberapa gulung dari bawaanku.
"E...eh? Kenapa?"
"Kelihatannya berat," ucapnya.
Aku mengerjap, lalu berjalan pelan di sampingnya. "Terima kasih."
Konatsu diam saja, sambil menatap ke arah Koharu yang ternyata menunggu kami di dekat tangga.
Kami bertiga berjalan menuruni tangga dalam diam.
Katakan padaku, situasi canggung seperti apa ini?
"Kau sudah isi laporan harian kelasnya?" tanya Koharu.
"Sudah. Komiyuno yang mengisinya hari ini," jawabku.
Hening lagi.
Astaga, aku harus bagaimana agar tidak terlalu hening?
"J-jadi kalian berdua sama-sama libur klub?" tanyaku mengalihkan topik.
"Iya," jawab keduanya kompak.
Aku tidak bercanda. Ini hening sekali. Kemana para anak-anak yang selalu membuat suara kegaduhan dan keramaian selama ini?
"Setelah kupikir-pikir, kalian berdua berbeda sekali, walaupun kalian sama."
Mereka berdua menatap ke arahku, lalu saling bertatapan--penuh tanda tanya.
"Maksudku ... uh ... kalian sangat berbeda, walaupun kalian kembar."
"Oh ..." Koharu lebih dulu mengekspresikan bahwa dia mengerti maksudku. "Iya, itu karena kami memang berbeda, kan?"
Konatsu mengangguk menanggapi perkataan kakaknya. "Koharu-Nii lebih bisa berkomunikasi dengan orang lain, aku tidak bisa."
"Apanya? Konatsu lebih pintar daripada aku. Setiap mau ujian, kami sama-sama tidak tidur karena dia mengajariku," ucap Koharu sambil tertawa. "Hobi kami juga berbeda, tapi untunglah kami nyambung."
Aku mengerjap, lalu ikut tersenyum. Mereka mungkin kembar, tetapi mereka berbeda. Mungkin ada satu hal yang membuatnya sama, mereka sama-sama baik. Aku mungkin terlalu berlebihan menghadapi Konatsu yang jelas-jelas punya hati yang tulus. Aku merasa bersalah.
"Tapi ...," Konatsu terdiam selama beberapa saat. "Tapi sepertinya ada satu hal yang membuat kami sama."
Aku baru saja hendak menjawab "hati tulus kalian", jika seandainya Koharu tidak langung bertanya balik ke adiknya.
"Apa?" tanya Koharu.
"Mungkin kita menyukai tipe gadis yang sama."
"Eh, benarkah?" tanya Koharu agak kaget.
Ehh. Bukankah itu berarti mereka akan menjadi rival ya? Wah, menyeramkan sekali gadis itu.
Konatsu menatap Koharu dengan tatapan serius, "Mungkin."
Langkah kami bertiga berhenti saat di depan pintu gerbang. Aku mencoba mengingat di saku mana aku menyimpan kunci gudang, tadi. Sepertinya di saku kanan. Aku mengoroh sakuku untuk mengeluarkan kunci itu, lalu mengarahkannya ke pintu gudang.
Pintu terbuka, aku masuk ke dalam lebih dulu.
Kupikir, obrolan mereka telah berakhir. Samar-samar aku bisa mendengar Konatsu melanjutkan lagi.
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan."
"Tapi kau bilang ...."
* * *
28/30
Tema: "Tapi kau bilang ..."
Syarat: Ending gantung atau plot twist (pilih salah satu)
And I choose both hahahahhaa. /jahara
Now you know, who's Konatsu's crush.
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro