26/30
ICHISAKI REN
Ada sebuah patung aneh di sekolah, letaknya di ruang seni dan ada di sudut ruangan. Aku selalu menyadari keberadaannya, walau diletakan di tempat yang tidak terjangkau seperti itu.
Masalahnya, sekarang patung aneh itu ada di depan pintu ruang seni, sepertinya memang dipindahkan untuk kebutuhan festival kelas seni.
Kini, aku bisa melihat wujud patung itu lebih dekat dan jelas. Patung itu sudah kelihatan kerangka tubuhnya, sehingga aku bisa menerka bahwa itu seperti replika patung berpikir yang sering kulihat di museum dulu. Tentu saja ukuran patung ini lebih kecil daripada yang aslinya.
Yang membuatku selalu merasa bahwa itu patung yang aneh adalah karena patung itu mempunyai kerangka yang tebal, melihatnya sekilas hanya seperti melihat sebuah stickman gemuk yang sedang berpose. Karena itu, aku menemukan patung itu agak lucu.
"Ichisaki sedang lihat apa?" Ninomiya menyapa saat melihatku berhenti di depan ruang seni.
"Ah, bukan apa-apa," balasku.
Setelah kupikir-pikir, sejak festival, aku hanya bertemu sesekali dengan Ninomiya. Hanya saat pagi ketika kami bersiap-siap untuk festival, saat Ninomiya menjadi pemburu (sesekali) dan saat dia memainkan drama ibu tiri.
"Ngomong-ngomong, sudah lama tidak bertemu," ucapku.
Ninomiya malah tertawa kikuk, mungkin menemukan kata-kataku lucu, karena sebenarnya kami baru saja bertemu pagi tadi, "Ngomong-ngomong, kau sedang melihat patung ini, ya?"
"Ah iya. Aneh, ya. Siapa yang meninggalkan prakaryanya di ruang seni selama itu?" gumamku.
Ninomiya mengangguk setuju, "Rupanya kau juga melihatnya, ya?"
"Ada di sudut ruangan, kan? Aku selalu melihatnya tiap masuk ke ruang seni."
"Katanya ini prakarya kakak kelas yang memang sengaja dia tinggalkan di sana," ucap Ninomiya sambil menyentuh pelan bagian stickman itu. "Kakakku yang menceritakannya, ceritanya agak lucu, sih."
Aku mulai penasaran, "Memangnya ada apa?"
"Ada kakak kelas, dua angkatan sebelum angkatan kakakku, silisih 3 tahun dengan kita. Kelas mereka ditugaskan untuk membuat hal yang disukainya dari plastisin."
"Ah, aku sudah sedikit mengerti kemana jalan cerita ini akan berbelok," ucapku sambil mengangguk-angguk.
"Dia sekelas dengan gadis yang disukainya, tapi menurutnya gadis itu hanya belajar dan selalu serius di kelas, tapi karena tidak punya referensi yang jelas, akhirnya dia mencari referensi dari internet."
"Dan referensinya adalah patung berpikir, benar kan?" tanyaku.
Ninomiya tersenyum, "Iya, benar."
Aku ikut tersenyum mendengar cerita Ninomiya. Tapi bukankah jadinya dia malah membuat patung berpikir alih-alih membuat sesuatu yang disukainya?
"Kalau kita diberi tugas yang sama, kau akan membuat apa?" tanya Ninomiya tiba-tiba.
"Hm? Mungkin bola? Haha, itu hal yang paling kusukai sekarang," jawabku sambil tertawa. "Kalau kau?" Aku bertanya balik.
"Hmm ... Mungkin ponselku? Tinggal membuat bentuk kotak," balas Ninomiya sambil tertawa.
"Kau tidak akan membuat stickjoy-mu?" tanyaku.
"Hahaha, mungki--" Ninomiya langsung terdiam, "Tunggu, darimana kau tahu kalau aku bermain playstation?"
"Aku pernah dengar dari adikku. Kalau kau tidak tahu, adikku dan adikmu sekelas dan berteman baik, jadi ya--"
"Oh, begitu." Ninomiya mengangguk mengerti.
Kami kembali memperhatikan patung stickman berpikir, lalu terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya Ninomiya memutuskan untuk pergi.
"Aku duluan ya," pamitnya. "Jangan terlalu lama melihat patungnya."
Aku hanya bisa merenung. Apa aku sudah salah bicara?
***
26/30
Tema: Karya yang belum selesai
POS DULU BYE
Jam 22.40 waktu mengetik ini.
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro