25/28
NANA-SAN
"Lho, tumben kau kembali cepat sekali. Tidak kerja hari ini?"
Tama, tetangga kamarku bertanya saat melihatku kembali ke kamar. Dia tahu tentang pekerjaanku sebagai manager Miru. Awal ketika dia tahu, dia terus-terusan memintaku mempertemukannya dengan Miru. Untungnya, dia sudah mulai bosan dan tidak lagi meminta yang aneh-aneh.
"Ya, Miru sedang ada urusan," balasku apa adanya.
"Dengan sepupunya?"
Aku hanya mengangguk sekenanya.
Namun, pikiranku melayang-layang. Miru bilang, dia punya acara dengan Chizu, tapi kali ini--di tengah pandemi seperti ini--dia malah mengajaknya ketemuan di cafe.
Agak mencurigakan sih, tapi jelas bukan urusanku.
"Eh, Nana-San! Kau tahu gosip itu tidak?" Tama langsung mengeluarkan ponselnya, tindakannya benar-benar sukses membuatku batal membuka pintu sedaritadi. Niatku hanya tidur satu jam, lalu menjemputnya lagi.
"Apa?" tanyaku.
Beberapa saat kemudian, Tama memperlihatkanku foto seorang gadis yang terpotret bersama seorang lelaki. Mereka menggunakan masker, tetapi rambut gadis itu berwarna hitam bercat sedikit merah di bawahnya, membuatku langsung mendekatkan layar ponsel, berusaha memastikan kalau itu ...
"Ini Aisaka Reina, kan?" tanyaku.
"Iya, ada yang mengambil foto diam-diam. Lokasinya di prefektur X dan katanya laki-laki itu beberapa kali muncul di sosial media Reina. Teman sekolahnya, sepertinya."
Aku langsung dibuat cengo jadinya. Pernah sekali, aku mendengar Miru mengatakan sesuatu tentang Reina; bahwa Reina memang sedang melanjutkan studinya di sekolah yang memiliki asrama. Hal itu yang membuat Reina rehat dari dunia entertaiment.
"Lihat komentar-komentar netizen." Tama memanas-manasi. "Semuanya penasaran sama identitas laki-laki ini. Katanya, hanya dari matanya saja, sudah kelihatan kalau lelaki ini berpotensial menjadi artis juga."
Pikiranku benar-benar melayang-layang jadinya.
Bagaimana kalau ternyata Miru berbohong? Bagaimana kalau sebenarnya dia memang ingin bertemu dengan laki-laki? Aku mungkin memang terlalu mempercayainya, sebab gadis itu memang sangat totalitas dengan pekerjaannya dan tidak akan mengotori namanya dengan kumpulan berita panas buatan jurnalis iseng.
Apakah keputusanku untuk kembali adalah sesuatu yang salah?
"Mungkin saja Miru kenal dengan laki-laki ini," ucap Tama.
"Miru tidak punya teman laki-laki, sejauh yang kuingat."
Mendadak, aku mulai cemas.
Bagaimana kalau paparazzi berhasil memojokkannya dengan laki-laki yang asal-usul dan latar belakangnya tidak jelas? Tugasku adalah membuat Miru tetap sempurna.
Mungkin aku terlalu meremehkan keadaan karena sedang Pandemi.....
"Tama, aku pergi dulu, ya."
"Tolong tanyakan nama sosial media laki-laki ini, ya!" seru Tama dengan semangat.
Kuabaikan perkataannya dengan segala hormat dan langsung menginjak pedal gas. Miru, tunggu aku!
***
25/28
Tema: Gacha (lagi)
Ini absurd sekali, kawan.
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro