24/30
KOIHARA MOMO
"Wah ... Surat dari siapa itu?" tanyaku yang membuat Sora langsung tersentak dari tempat duduknya.
Sebenarnya bukan hal yang mengagetkan bagiku melihat Sora menerima surat kaleng tanpa nama, mengingat Sora memang disukai dan diidam-idamkan oleh banyak laki-laki. Yah, walau ini baru hari pertama sejak kami masuk setelah libur panjang musim panas, sih.
"Tidak tahu. Sudah ada di mejaku pagi tadi," jawab Sora sambil membolak-balikan amplop biru muda itu.
Miuna baru datang, membawa satu buku pegangannya.
"Selamat pagi," sapa kami berdua.
Miuna menganggukan kepalanya tanda bahwa dia juga mengucapkan salam. Lalu menatap kami berdua dengan kebingungan.
"Ah, itu. Sora dapat surat cinta lagi," imbuhku yang membuat Miuna mengangguk mengerti.
"Tapi amplopnya kosong," sahut Sora.
"Itu mungkin dia terlalu gugup sampai lupa memasukannya," gumamku. "Yang jelas, surat itu pasti ditujukan kepadamu."
Di atas amplop itu sudah terbaca jelas nama lengkap Sora, Chisazawa Sora. Namun isinya kosong.
"Pagi!" Seorang gadis, wakil ketua kelas--Ninomiya Chizuko memasuki kelas dan membawa file-file di pelukannya.
"Pagi," balasku dan Sora bersamaan. Miuna mengangguk di belakang.
"Ada apa?" tanyanya.
"Ah, tidak ada apapun yang penting, kok."
Sakihaka (entah yang siapa) tiba-tiba memanggil Ninomiya.
"Ninomiya, Taku-San memanggilmu."
Ninomiya tersentak ngeri, lalu memaksakan senyumnya, "Terima kasih sudah memberitahu, Konatsu."
Setelah itu, Ninomiya meninggalkan kelas, meninggalkan kami bertiga bersama salah satu anak kembar yang ternyata adalah Sakihaka Konatsu.
"Sakihaka-Kun, tumben datang pagi?" Sora berbicara dengannya tanpa merasa terintimidasi dengan tatapannya. Padahal, tatapannya mengerikan.
"Tidak ada latihan pagi," jawab laki-laki itu kalem.
Sora ber-oh ria, sementara aku mencoba mengingat-ingat. Konatsu atau Koharu yang mengikuti basket atau karate? Aku benar-benar tidak bisa membedakan mereka.
"Ngomong-ngomong, kau berteman dengan Taku-San kan?" tanya Sakihaka ke arahku.
Komiyuno Taku, ketua kelas. Laki-laki berkacamata itu emang temanku sejak SD. Laki-laki yang pantang ingin kalah, selalu ingin menjadi ketua setiap acara, juga pemimpin dan tampaknya belakangan ini menganggap Ninomiya sebagai saingan terbesarnya.
Kami satu les privat dan orangtua kami saling mengenal. Hampir setiap weekend kami bertemu di rumahku. Dia selalu menjemput ibunya ke rumahku, lalu ibu kami saling bergosip sampai sore. Kami berdua biasa menghabiskan waktu kami untuk mengerjakan PR atau menonton film, setiap menunggu orangtua kami.
"Iya, temanku. Kenapa?"
"Bilang padanya untuk jangan terus-terusan menitah Ninomiya ini-itu, ya," ucapnya.
Sebenarnya nada bicaranya biasa saja, tapi karena tatapannya yang memang mengerikan itu, aku jadi merasa bahwa dia memang kesal dan tidak senang jika wakil ketua kelas kami diperlakukan begitu oleh Taku.
"Tapi kan Ninomiya wakil?" Sora menyatakan pendapatnya.
"Wakil tidak harus diperlakukan seenaknya, kan?" Sakihaka berargumen lagi. "Aku tidak suka."
Tidak suka apa?
"Baiklah, baiklah, akan kusampaikan ke Taku," ucapku.
Sakihaka mengangguk puas.
"Ngomong-ngomong, Chi--siapa namanya?" tanya Sakihaka sambil menunjuk Sora.
Miuna yang kini sedang menghapus papan tulis, lebih dulu menuliskan kata, CHISAZAWA di papan.
"Ah, iya, Chisazawa. Surat itu, tadi ada kakak kelas yang menaruhnya."
Setelah Sakihaka pergi, aku baru berkomentar.
"Ceroboh sekali sampai kelihatan adik kelas," komentarku. "Sampai lupa suratnya pula."
"Oh, kakak kelas rupanya." Sora menghela napasnya, agak kecewa.
"Memangnya kau berharap siapa?" tanyaku iseng.
"Bukan siapa-siapa, kok," elaknya menahan malu.
* * *
24/30
Tema: Surat
Mungkin kalian mulai bertanya-tanya Konatsu suka kepada siapa wkwkwkkww.
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro