23/30
OTOHARA KUROTO
"Kenapa kau harus ikut, sih?" tanya Suzu mengerang malas ke arahku.
"Aku kan mengikuti festival musim panas yang bersifat umum, bukan mengikutimu!" bantahku tak peduli.
Suzu langsung mengerutkan kening, cemberut. "Ya sudah, nanti kau jalan dengan Ichisaki saja, aku mau ikut Chizu-Nee."
Aku menyimpulkan tentang beberapa hal; pertama, Ken yang super pemalas itu tidak datang. Aku berbohong ke Suzu. Kedua, Chisazawa bisa datang karena keluarganya memiliki tradisi tentang musim panas (menyebabkan Ken semakin penuh dengan alasan). Ketiga, Suzu datang untuk melihat siapapun laki-laki yang bernama Konatsu itu, karena Chizu-Nee bilang dia akan datang.
Dan misiku hari ini adalah mengikuti arahan Yuzu-Nee yang memintaku menjaga Suzu, sekaligus mencegah mereka untuk bertemu.
Habisnya, Suzu polos sekali. Siapa yang masih percaya dengan suka pada pandangan pertama? Ya, hanya Suzu. Rasanya aku ingin mengaduknya hingga dia amnesia dan lupa sama sekali dengan Konatsu itu.
Mungkin lain kali, saat Suzu ingin datang ke pertandingan antar dua sekolah, aku harus menyeretnya pulang ke rumah atau ikut sekalian dan mengganggunya sepanjang pertandingan agar dia tidak bisa berkonsentrasi dengan apapun.
Tanpa kuduga, Suzu menarik lengan bajuku, lalu bersembunyi di belakangku.
"Ha? Kau sedang apa?" tanyaku sambil membalikkan seperempat kepalaku, menatapnya.
"Kuroto, jalan ke depan pelan-pelan yaa. Aku mau melihatnya lama-lama," ucap Suzu sambil menempelkan pipinya pada sudut bahu kananku, menatapku dengan tatapan memohon.
Aku segera memalingkan wajah sebelum menjadi bodoh.
Siaaaaaaaaal. kenapa Suzu manis sekali, sih?
"Tidak berniat menyapanya?" tanyaku.
"Aku belum siap!" jawabnya cepat. "Kalau kau menurut, nanti kutraktir permen kapas."
"Siapa yang mau permen kapas?" tanyaku, berusaha berbelok ke arah lain saat kulihat Chizu-Nee juga berada di keramaian itu.
"Takoyaki?"
"Tidak mau."
"Okonomiyaki?"
"Tidak mau."
"Padahal setiap aku beli, kau selalu memakannya tanpa izin dariku!" kesalnya. "Ya sudah, kau mau apa?"
"Belum mau apa-apa, tuh."
Suzu mengembungkan pipinya kesal. Diperhatikannya sekeliling stan untuk menemukan makanan lain untuk membujukku, dan makin kesal saat menyadari bahwa keramaian yang semakin padat ini membuat kami dan Chizu-Nee semakin jauh.
"Kita tersesat!" seru Suzu panik.
Cengkramannya di lengan bajuku makin kuat dan sepertinya akan meninggalkan bekas kusut, tapi tampaknya itu bukanlah masalah saat ini.
Aku menatap lurus ke depan. Kurasa berkat tinggi badanku saat ini, aku masih bisa menemukan Chizu-Nee di stan permen apel yang ada di seberang sana. Suzu kelihatannya tidak melihatnya, aku menggunakan kesempatan itu untuk berjalan ke arah kuil.
"Kenapa? Kau melihat mereka?" tanya Suzu saat menyadari bahwa aku berjalan cepat.
"Bukan. Aku merasa bahwa kita harus ke sana sekarang," ucapku yang membuat Suzu mengangguk mengerti. Dalam hati aku menambahkan, biar makin jauh dengan mereka.
Semakin dekat dengan kuil, aku juga menyadari bahwa Suzu semakin gelisah. Kuturunkan tangannya yang sedari awal setia memegang ujung lengan pakaianku.
"Nanti pisah. Aku tidak mau tersesat sendirian," cicitnya.
"Kalau pisah, aku akan menemukanmu," ucapku. "Atau mau pegangan tangan?"
Aku berbalik dan menemukan Suzu membulatkan matanya dan menatapku tanpa berkedip.
Eh? Tunggu, tunggu. Kenapa ini? Aku salah bicara?
Saat Suzu mulai mengerjap, aku baru menyadari kesalahanku. Aku benar-benar sudah salah bicara!
"Suzu, aku--"
"Rupanya kau juga takut, ya? Kau hanya berlagak sok berani agar aku tidak khawatir, kan?" tanya Suzu dengan yakin.
"Bukan! Kan repot kalau aku harus mencarimu di pusat kehilangan anak!"
"KUROTO JAHAT!" Suzu memukul bahuku keras-keras.
"Padahal saat pakai yukata, kau terlihat perempuan sekali, tapi mengapa pukulannya tetap dahsyat begini?" keluhku.
Suara lonceng yang keras membuat kami mendongak ke lonceng besar yang ada di atas sana. Semua orang juga mendongak, padahal belum ada kembang api yang ditembak ke langit.
"Aku suka suara lonceng," ucap Suzu, melupakan amarahnya.
"Hmm, iya. Aku juga." Aku mengangguk tanpa sadar.
"Hahaha, kau akan menyesali ucapanmu." Suzu tertawa.
Aku serius, dia sangat sangat sangat sangat sangat manis sekali!
"Aku benar-benar suka suara loncengnya," ucapku. "Loncengnya juga, aku suka."
Suzu mengerjap lagi, selanjutnya menatapku serius. "Kuroto, kau tahu kan, kalau--"
"SUZU, KUROTO!" Seruan Chizu-Nee membuat kami berdua menoleh. "Kalian kemana saja?"
"Tersesat," jawab kami berdua kompak.
Chizu-Nee menghela napas lega, lalu menatap ke arahku, "Terima kasih sudah menjaganya."
Aku mengucapkan, "sama-sama" dengan canggung. Karena sesungguhnya, akulah yang berusaha untuk membuat kami tersesat.
"Chizu-Nee sudah tidak sama teman?" tanya Suzu.
"Hanya dengan Yui, ada beberapa yang mencari tempat lain untuk melihat kembang api."
"Ko--"
"Konatsu juga, sudah pergi," potong Chizu-Nee.
Suzu menghela napas kecewa dan aku diam-diam (dengan jahatnya) menghela napas lega.
"Yui-Nee tidak bersama pacarnya?"
"Sama pacarnya, kok. Tapi katanya tidak apa-apa lihat kembang api bersama," jawab Chizu-Nee.
Ternyata Chizu-Nee ... tidak terlalu peka terhadap sekitarnya.
Aku melirik Suzu yang kini sedang berbicara dengan Chizu-Nee.
Padahal kupikir tadi sudah waktunya.
* * *
23/30
Tema: Tersesat
Dan Kuroto berusaha tersesat bersama Suzu.
Ada yang ngeh?
Oke, pasti nggak ada.
Nama Suzu itu Ninomiya (二宮) Suzuko (鈴子)
二宮 - Two Isle Shrines
鈴子 - Little bell
Oke, selanjutnya, untuk lebih memahami perkataan mereka, silakan dibaca ulang saja. Ehehe.
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro