21/30
NINOMIYA YUZUKO
Dan hari ini pun berjalan seperti biasa, keributan Chizu bermain game online-nya dan Suzu yang sedang mengerjakan PR bersama Kuroto di ruang tamu karena menilai Chizu terlalu ribut--walaupun anak itu memainkannya dengan headset.
Aku di sini masih menunggu Gilbert menelepon memberikan kabar. Tadinya dia baru bersiap-siap naik ke pesawat dan telah mematikan jaringannya, jadilah aku di sini, membaca buku sambil menunggunya memberi kabar.
"Ah! Hit point Spring--!" Seruan Chizu tertahan. Dia pasti juga tidak ingin ribut walaupun hanya ada aku di sini.
Kupikir Chizu dan Suzu adalah adik yang baik (walau lebih banyak hal mengesalkan lainnya) dan kupikir aku akan membiarkan Chizu sendirian dulu di kamar karena aku harus mengecek dua bocah itu di bawah. Jangan sampai aku terlambat dan mereka sudah melakukan perang dunia di bawah sana.
"Chizu, aku turun dulu," pamitku sambil membawa ponsel dan buku pelajaranku.
"Iya, Yuzu-Nee," balas Chizu tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
Aku menuruni tangga dan sekarang harus berhadapan dengan--
Eh? Tumben-tumbennya hening begini.
Aku memeriksa ruang tamu dan menemukan Kuroto sibuk mengerjakan tugasnya dengan serius, sendirian.
Di mana Suzu?
"Yuzu-Nee!" panggil Suzu dari belakang, yang membuatku tersentak. Suzu membawa nampan berisi dua gelas es serut yang telah disiramnya dengan sirup stroberi. "Kalau mau, harus bersabar karena esnya belum beku."
Kuroto langsung berbalik ke belakang, saat bersitatap denganku, dia langsung menyapa. "Oh, ada Yuzu-Nee. Tumben."
"AC di kamarmu masih rusak?" tanyaku.
"Iya," balasnya.
Aku melirik ke satu es yang sekarang diletakkan oleh Suzu di atas meja. Rasanya aku ingat kejadian tentang es serut saat Kuroto dan Suzu masih kecil dulunya ...
.
.
"KURO-CHAN! ESNYA SUDAH TURUN!" pekik Suzu sambil mengedor-ngedor pintu belakang keluarga Otohara.
"Itu kan salju, Suzu," ucapku dari dalam *kotatsu.
Suzu keluar dari pintu belakang tanpa membiarkan pintunya tertutup. Aku dan Otou-San sedang duduk di dalam meja penghangat. Otou-San menikmati ocha panasnya yang sudah agak dingin, sementara Chizu menonton televisi sembari menunggu Okaa-San selesai memasak sup.
Beberapa saat kemudian, saat aku memeriksa keadaan mereka lagi, sudah ada beberapa buah ember diletakan di depan sana. Aku mencoba menebak apa yang ingin mereka lakukan.
"Kalian mau menampung salju untuk membuat lelaki salju?" tanyaku.
"Bukan," jawab keduanya kompak.
"Jadi?"
"Suzu ingin makan es serut." Kuroto mewakili mereka menjawab keherananku.
"Es serut? Di musim dingin seperti ini?" tanyaku bingung. "Nanti kau sakit lho, Suzu."
"Habisnya di toko tidak ada yang menjual es krim," ucap Suzu dengan sedih.
Aku memperhatikan salju yang turun. Baru setitik-setitik ringan. Mustahil bagi Suzu untuk bisa memenuhi ember mainannya dalam waktu singkat. Permulaan musim dingin tidak langsung menjatuhkan banyak salju.
"Aku lebih suka musim panas. Ada banyak semangka dan es krim di toko," ucapnya.
"Tapi kalau anak kecil makan es banyak-banyak, nanti bisa demam." Okaa-San menyambung dari dapur.
"Eh?"
"Ya, itu benar," sambung Otou-San di sampingku.
Suzu langsung murung.
Kuroto menepuk punggung Suzu. "Tidak apa-apa, Suzu. Saat kita besar nanti, aku pasti akan membawamu makan es serut banyak-banyak."
"Kapan kita besar?" tanya Suzu.
"Belum tahu, tapi nanti kita pasti cepat besar! Lalu, setelah makan es, ayo kita menikah!" ajak Kuroto yang membuat Otou-San langsung tersedak ocha-nya.
"Uhuk, uhuk. Kuro-Cha--Kuroto-Kun, pernikahan itu bukan sesuatu yang dilakukan setelah makan es serut. Pernikahan itu--"
"Ayo!" balas Suzu tanpa berpikir lebih panjang lagi.
"Suzu!" Otou-San shock. Okaa-San tertawa ringan dari dapur, Chizu tidak mengalihkan pandangannya dari televisi dan aku penuh dengan tanda tanya mengapa Otou-San bisa sefrustrasi itu.
.
.
"Yuzu-Nee mau?" tawar Kuroto sembari menyerahkan es yang belum dicicipnya, mungkin karena melihatku terlalu lama memperhatikan es serut mereka.
Aku menggeleng, "Kalian saja."
Mereka berdua menyantap es mereka dengan penuh nikmat, sedangkan aku bertanya-tanya dalam hati, apakah mereka berdua masih ingat dengan masa kecil mereka dulu?
"Setelah makan es, menikah?" tanyaku yang membuat Kuroto dan Suzu langsung terbatuk bersamaan, tersedak es mereka.
"Yuzu-Nee mau menikah?! Kan masih SMA!" pekik Suzu histeris sambil menggelap mulutnya.
"Eh, bukan."
Ah. Mereka tidak ingat rupanya.
"Gara-gara Yuzu-Nee bicara yang aneh-aneh, es-ku tumpah," keluh Suzu. "Aku ambil kain lap dulu."
Tepat setelah kepergian Suzu, aku baru saja hendak meraih gelas esnya untuk menyicip beberapa sendok. Saat kulihat Kuroto menatapku dengan wajah bersemu merah, aku pun memahami beberapa hal.
"Jangan terlalu terburu-buru, ya. Kalian kan belum dewasa," ucapku.
Tanpa kuduga, Kuroto membalasku dengan anggukan pelan.
Entahlah, apapun itu, asalkan mereka bahagia.
* * *
21/30
Tema: SALJU
Ouch, my favorite chaps so far. Kuro x Suzu ini memang best pair kesukaanku di Lukewarm.
BTW a little fact. Suzu saat kecil memanggil Kuroto dengan sebutan "Kuro-Chan". Di LUKEWARM chapter 17, saat Yuzu mengajak Kuroto menginap karena kasur di kamar mereka ada empat (dua ranjang bertingkat) dan ada satu kasur yang kosong, Kuroto menolak (jelas karena mereka bertiga cewek dan karena ada Suzu di sana).
Lalu ada scene Suzu menggeser, menepuk ranjang di sampingnya dan bilang, "Sini, Kuro-Chan, di sini masih muat." that basicly Suzu ngegodain dia bobok bareng kayak pas mereka masih kecil dulu. How adorableee, righttt.
Childhood friend yang unyuuu. Ndak kayak Kayato-Piyorin.
Tapi kuharap chapter depan aku nggak Kuro x Suzu melulu, karena masih ada beberapa orang yang belum kukenalin di Lukewarm.
Momo dan Miuna, sahabatnya Sora belum kukenalin juga tuh.
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro