
20/30
NINOMIYA MERUMI
"CUT!" Sutradara berkumis tebal yang kulupakan namanya, tiba-tiba saja dia mengalihkan pandangannya dari kamera dan menatap ke arahku. "Miru-San."
Aku langsung terbengong-bengong memikirkan apa kesalahan yang kuperbuat hari ini, sampai akhirnya aku menyadari bahwa aku melewatkan dialogku. "M-maafkan aku!"
"Apa yang membuatmu tampak kesulitan hari ini?" tanya lawan mainku sembari mengoper minuman kepadaku.
Tidak mampu menjawab, aku langsung mengalihkan pandanganku ke managerku, Nana-San. Dia tampaknya mengerti kesulitanku, sehingga langsung menghampiriku sembari membawa selimut. Meskipun masih musim gugur, saat ini sudah sangat dingin.
"Maaf, bolehkah Miru istirahat sebentar?" tanya Nana-San.
Akhirnya semua menyetujui. Kru mengatur cermin dan make up pun bubar selama beberapa saat. Aku duduk di bangku, menyesap minumanku dengan murung. Seharusnya aku tidak menyusahkan mereka semua, seharusnya aku tidak egois. Baru menjadi heroine beberapa kali, sudah bersikap seenaknya.
"Kau sedang memikirkan apa?" tanya Nana-San.
"Tidak ada," balasku cepat.
"Mana mungkin tidak ada." Nana menghela napasnya, lalu melipat tangan di depan dada. "Kau mulai sering melamun sejak dua hari yang lalu. Kenapa? Kau bertengkar dengan Chizuko?"
"Aku tidak bertengkar dengan Chi--" Aku langsung tersadar. "Mana mungkin aku kepikiran terus, kalau hanya karena bertengkar dengan Chizuko!"
Nana-San hanya menatapku datar. Aku jadi teringat ketika aku bertengkar dengan Chizuko beberapa bulan yang lalu hanya karena tidak sengaja mematikan komputernya saat dia sedang bermain bersama teman dunia mayanya. Tidak sengaja, lho! Lalu Chizuko mengabaikanku selama beberapa hari. Kuakui waktu itu aku cukup kepikiran karena itu pertama kalinya aku melihat Chizuko semarah itu, tapi yang paling tidak kuduga adalah bahwa alasannya karena game online.
"Jadi, kalau bukan karena Chizuko, karena apa?" tanya Nana-San.
Aku tidak menjawab, hanya melirik sebuah syal berwarna maroon. Itu adalah syal milik Koharu, dia meminjamkannya kepadaku karena ada beberapa orang yang hampir mengenaliku. Yang tidak kusangka adalah dia tetap mau meminjamkanku syal, walaupun aku sudah mempertanyakan hal yang sensitif kepadanya.
Kembali teringat olehku bagaimana dia memberikannya kepadaku. Koharu mengeluarkan syalnya dari dalam tasnya.
"Kita akan melewati daerah yang ramai dengan orang-orang, pakai ini."
Kuterima syalnya dengan kening berkerut.
"Tenang, belum kupakai, aku membawanya karena katanya hari ini akan dingin."
Aku akhirnya membalutnya di leher, "T-terima kasih."
Tidak tahu darimana Koharu bisa tahu letak rumah Chizuko. Seingatku tidak semua teman tahu rumah temannya. Namun menilai dari jawaban Koharu sebelumnya, kurasa dia memang menyukai Chizuko, bukan hanya balasan sarkastik agar aku tidak bertanya macam-macam.
"Sampai di sini saja, rumah Chizuko sudah dekat," ucapku setelah aku memasuki area yang familier.
Koharu melirik sekitar, tampak seperti memeriksa bahwa tempat itu memang sepi, sehingga akhirnya dia mengangguk. "Baiklah."
Saat aku hendak melepaskan syal, Koharu tiba-tiba menghentikanku dengan mengatakan, "Ah, tidak apa-apa, pakai saja sampai kau masuk ke dalam. Aku belum butuh."
Aku bersidekap tangan, "Apakah ada artis yang kau sukai? Biar aku minta tanda tangannya untukmu di syalmu, sebagai tanda terima kasih."
Jelas aku tidak bisa menawarkan diri untuk menandatangani di syalnya, karena aku tahu persis bahwa Koharu bukan penggemarku.
Koharu tersenyum tipis, "Tidak ada. Nanti syalnya titipkan pada Ninomiya saja."
Ekspresiku hampir berubah, untungnya aku berbakat dalam mengendalikannya. Jadi, aku langsung melempar senyuman termanis yang kupunya, "Oke!"
Setelah berbalik untuk menuju rumah Chizuko, ekspresiku berubah. Namun Koharu tidak perlu tahu apapun tentang itu.
Saat aku sudah sampai di depan pintu rumah Chizuko, aku sengaja berbalik untuk memeriksa keberadaan Koharu di persimpangan jalan. Ternyata dia masih menungguku masuk dari sana, membuat jantungku berdebar aneh. Kuputuskan untuk langsung masuk ke pagar.
... kurasa ... aku ...
"Itu syal Chizuko?" tanya Nana-San, membuyarkan lamunanku.
"Bu-Bu--d-darimana kau tahu?"
Nana-San menghela napasnya lagi, "Kan kau yang bilang sendiri kalau fashion Chizuko memang selalu boyish."
Ah, ya, setelah dipikir-pikir, aku memang pernah mengatakannya.
"Nana-San, apakah besok jadwalku masih padat?" tanyaku dengan muka memelas.
"Kau mau ke tempat Chizuko lagi?" terka Nana-San.
Aku hanya mengangguk mengiyakan.
"Hmm, besok siang kurasa kau luang, kalau seandainya syutingmu untuk hari ini selesai, lalu pemotretan untuk besok juga harus selesai setidaknya 3 busana. Hmm ..., kalau kau bisa, sekalian ikut voice casting untuk game .... lalu--"
"Apakah aku bisa menyelesaikan semuanya hari ini?" tanyaku ngeri.
"Bisa saja, kalau kau tidak melamun seperti ini," jawab Nana-San yang kemudian membuatku bersemangat.
"Baiklah! Kalau begitu ayo kita lanjutkan!" Aku berdiri dan kembali ke posisi semula, bersiap kembali mengambil peran.
Kurasa, aku hanya penasaran.
Aku hanya penasaran.
Aku tidak punya perasaan dengannya.
Dan aku harus mengembalikan syalnya, karena menitipkannya sangat tidak sopan dan tidak beretika.
Iya! Benar!
Aku hanya ingin mengembalikan syalnya!
***
20/30
Tema: Mengembalikan sesuatu, apapun yang terjadi.
OMIGAT!!!!! 22:36!!!!
Pertanda apa ini, lama-lama makin mepet deadlineee?!!!!!
Cindyana H
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro