Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20/28

NINOMIYA YUZUKO

"Sedang sibuk, ya?" 

Itu pertanyaan pertamaku ketika Gilbert akhirnya mengangkat teleponnya setelah berhari-hari tidak bisa dihubungi. Tanpa ada kalimat sambutan, tanpa ada perkataan apapun. Gilbert tentu tahu apa yang sedang dihadapinya. 

"Kau marah ya, Yuzu?" Gilbert bertanya dengan nada memelas. 

"Tidak, aku tidak marah." Aku mengucapkannya sambil mengeringkan rambutku. "Bagaimana kabarmu?" 

Kupikir, pertanyaan yang satu itu adalah formalitas, mengingat Gilbert memang sudah tidak bisa dihubungi selama berhari-hari. 

"Aku baik. Bagaimana denganmu?" tanya Gilbert. 

Aku memejamkan mataku. Sudah berhari-hari tidak mendengar suaranya, rasanya saat ini saja sudah cukup. 

"Hm, aku juga baik," jawabku. 

Keheningan tercipta di antara kami selama beberapa saat.

"Aku rindu, aku ingin melihat wajahmu," ucap Gilbert, sambil menghela napas.

"Mau video call?" tanyaku. 

Aku bisa mendengar suara renyah Gilbert yang tertawa pelan, "Aku ingin bertemu denganmu."

Aku tertegun diam selama beberapa saat. 

"Pandemi sialan, virus sialan," rutuknya dalam Bahasa Inggris. 

"Berhenti mengutuk begitu," ucapku berusaha menenangkannya, meskipun nyatanya aku tersenyum mendengar makiannya barusan. Gilbert sangat jarang mengutuk, tapi ketika dia melakukannya, aku menemukannya sangat lucu. 

"Jadi, hanya aku yang rindu, ya?" Gilbert bertanya dengan nada merajuk di dalamnya. 

"Kalau hanya kau yang rindu, aku tidak mungkin menelepon, kan?" tanyaku. 

Aku bisa mendengar keheningan selama beberapa saat, sebelum akhirnya terdengar suara yang cukup keras dari balik telepon.

"ME TOO!" serunya. 

Mendengarnya berteriak seperti itu, mendadak aku kembali teringat bagaimana percakapan kami ketika dia mengatakan perasaannya dulu. 

Setelah bertemu di beberapa pertemuan seminar perkuliahan, Gilbert memutuskan untuk meminta kontak e-mailku. Kami bertukar pesan selama beberapa bulan setelah masa pertukaran budaya berakhir. Gilbert dan aku cocok dalam beberapa topik percakapan dan aku tentu menganggapnya teman yang baik. Sampai akhirnya anak itu kembali ke Jepang, kali ini untuk liburan tour musim dingin. 

Aku masih ingat persis, waktu itu tanggal 23 Desember. Setelah mengelilingi kota selama satu hari penuh karena Gilbert hanya punya waktu satu hari free day, kami akhirnya menjalankan semua rencana yang telah kami susun di e-mail. 

Tempat-tempat yang populer, tempat yang ingin dikunjungi Gilbert, lalu sampailah pada tempat yang ingin kukunjungi. Bukit yang tidak terlalu jauh dari tempat yang ingin dikunjungi Gilbert, dimana di sana kami bisa melihat kota-kota yang indah dan bercahaya, seperti berada di atas panggung dan cahaya sebagai penontonnya. 

Salju juga mulai turun bersamaan ketika kami menyaksikan pemandangan kota malam. 

"Yuzuko, terima kasih sudah mau menemaniku keliling," ucapnya. "Today was fun. You're such a nice and humble girl. And I think, I ... kinda like you."

Aku terdiam selama beberapa saat, tidak percaya bahwa Gilbert akan mengatakan perasaannya secepat ini. Ya, sebenarnya tidak bisa dikatakan cepat juga, berhubung kami memang bertukar pesan hampir dua tahun, tetapi pertemuan kami masih bisa dihitung jari dan menurutku ini masih tergolong cepat. Entahlah bagaimana menurut Gilbert, mungkin pendapat kami berbeda karena perbedaan budaya. 

"Uh, Yuzuko mengerti kan?" tanyanya, memastikan. 

"Ya, kupikir hari ini juga menyenangkan," balasku. 

Gilbert tampak salah tingkah untuk beberapa alasan, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, "Ini hadiah untuk natal nanti. Kuharap kau mau menerimanya."

"Terima kasih." Aku menerima hadiah itu, memasukannya ke dalam tasku, lalu mengeluarkan hadiah natal untuknya yang juga telah diam-diam kusiapkan. "Ini untukmu. Merry early christmas!

"Terima kasih."

"Yuzuko, kau mengerti Bahasa Inggris, kan?" tanyanya. 

"Uhm, sedikit?" 

"Kau mengerti yang kukatakan tadi?" tanyanya lagi. 

"Yang mana?" tanyaku.

"Uh... I kinda like you?" 

"Kinda?" tanyaku lagi. 

Wajah Gilbert tiba-tiba memerah, "No, no, no. Not kinda. I like you. Aku memang suka denganmu. Bagaimana denganmu?"

"Apakah menurutmu aku akan menyiapkan hadiah natal untukmu, kalau aku tidak menyukaimu?" 

Lalu, Gilbert tersenyum senang, meneriakkan kepada kota yang masih bangun, "ME TOO!" 

.

.

.

"Kenapa kau tertawa?" Gilbert bertanya dari balik telepon.

"Tidak, bukan apa-apa." Aku tersenyum, masih fokus mendengar suaranya. 

Ah, apa seharusnya aku merekam percakapan kami saja agar bisa memutarnya kembali kalau kami sedang tidak bisa menelepon? Aku menggelengkan kepala. Kekanakan sekali. 

"Yuzuko, bolehkah kau mengirim voice note dan mengatakan bahwa kau merindukanku?" tanyanya, seolah bisa membaca pikiranku. 

Aku lagi-lagi hanya bisa tertawa.

***

20/28

Tema: Buat judulmu sesuai gambar di bawah ini 

(Gambar menyusul)

Punya paus: The City of Night and Snow.


Huft masih ada 8 hariiiiii.



Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro