Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2/30

NINOMIYA YUZUKO

"Kau kenapa sih, senyum-senyum sendiri?"

Pertanyaan Rui membuatku kembali memasang wajah datar.

"Bukannya masih giliranmu berjaga?" tanyaku ketus.

Rui Kinoshita yang membosankan itu melipat kedua tangannya, seolah muak dengan apa yang kulakukan. Wajahnya cemberut. Kusut. Aku sampai berpikir harus meminta adiknya--Yui--untuk menyetrika wajahnya saja.

Biar kuceritakan singkat saja tentang Rui, karena tidak akan ada yang peduli dengan keberadaannya. Walaupun adiknya bersahabat baik dengan adikku, tapi hubungan kami tidak sebaik itu. Kalau menurutku, sikap labil Yui masih bisa ditolerir. Rui? Mencemburui apapun yang bisa dicemburuinya.

"Sekarang sudah giliranmu, tahu! Jangan malah asyik melihat foto pacarmu!"

Tuh, kan.

Inilah sebabnya mengapa Yui bisa lebih dulu mendapatkan pacar dibandingkannya. Jika sikapnya tidak kunjung berubah, kurasa Yui akan menikah lebih dulu dibandingkannya.

"Ini memang kiriman Gilbert, tapi bukan fotonya, kok." Aku menunjukkan foto yang kulihat sedaritadi ke arahnya.

Sudah kuduga, dia memang penasaran. Sebab dia langsung melirik foto yang kusodorkan.

"Eh? Bukan foto pacarmu?" tanyanya.

"Bukan, lah. Kalau ingin lihat dia, ya tinggal video call, kan."

Rui langsung melemparkan tatapan membunuh. Sesungguhnya aku tidak peduli.

"Ini apa?" tanyanya.

Kulirik sebentar foto-foto yang baru sampai pagi tadi. Sebenarnya Gilbert sudah memperlihatkannya di sosial media, tapi entah mengapa dia sekurangkerjaan itu untuk mencetaknya dan mengirimkannya padaku. Apa dia lupa teknologi sudah semaju ini? Benar-benar pemborosan.

"Oh. Itu namanya rumah panggung," balasku setelah mengingat Gilbert bercerita sepanjang malam tentang rumah itu. Bentuknya memang unik, wajar saja Gilbert sangat antusias.

"Hmm ... Rumah panggung, ya."

"Iya. Katanya dibangun seperti itu agar terhindar dari binatang buas." Aku kembali mengobservasi rumah panggung itu. "Tapi kalau tinggi begini, sepertinya binatang buas bisa masuk di kolong rumah dan menunggu pemilik rumah keluar dari rumahnya, kan?"

Rui mengerutkan keningnya, "Mengapa harus menunggu kalau dia bisa masuk lewat Memangnya tangga yang di sini?"

Kutatap Rui sedatar-datarnya, lalu kembali menceritakan ulang apa yang dikatakan Gilbert padaku, "Ini rumah tradisional di Indonesia."

"Negara mana itu?" Rui memiringkan kepala.

"Kau serius tidak tahu?"

Rui menggelengkan kepala, "Tidak."

"Mie instant mereka terkenal sekali, tahu! Kau tidak pernah melihat video Kinoshita Yuka?" tanyaku.

"Eh? Kok nama keluarga kami sama? Siapa dia?"

"Dia itu--"

Rui memotong perkataanku, "Di sini sepertinya seru, aku jadi ingin ke sana." Rui mulai berimajinasi liar, pikirannya berkeliaran hingga ke Indonesia yang bahkan tidak pernah ditahunya ada.

"Tidak bisa. Kau kan demam panggung."

"A-aku yakin itu sama sekali tidak ada hubungannya!" Rui berseru keras. "Oh, dan! Gantian kau yang jaga di depan!"

"Nanti aku baru keluar, deh. Setelah pemburu kecil di sana kembali ke habitat mereka," balasku.

Tentu saja aku membicarakan teman-teman Chizuko. Mereka yang berdasi merah, adik-adik kelas yang polos.

"SOMBONG! Percaya diri sekali kalau kau akan mendapatkannya!" Rui malah marah-marah, lalu meninggalkanku di belakang.

Kuhela napasku lega. Akhirnya dia pergi juga dari sana. Kembali kuratapi foto-foto yang dikirimkan Gilbert. Ada beberapa yang tidak sengaja memotret pemandangan lain, ada juga sebagian wajah Gilbert yang tidak menyadari keberadaan kamera.

Di foto pun, aku bisa melihat ada banyak anak-anak yang memperhatikan Gilbert. Tentu saja, wajah baratnya terlalu dominan di Asia. Terkadang saat kami berkencan pun, banyak yang menengok ke arah kami dengan heran.

Kusipitkan mataku saat melihat sebuah foto yang sepertinya sangat aneh. Foto itu di ambil dari dekat, mengarah ke arah langit senja. Yang terpotret di kamera adalah sebagian dagu Gilbert, atap rumah panggung dan juga pohon besar di samping rumah itu.

Kudekatkan kembali penglihatanku karena rasanya memang aneh.

Mengapa ada wanita berpakaian putih yang duduk di atas pohon?

Wajahnya tidak kelihatan.

"Ninomiya! Adikmu datang mencarimu!"

"Ninomiya! Ayo cepat, sudah giliranmu berjaga!"

Seruan-seruan itu membuatku hilang fokus. Kusimpan kembali foto itu dan akhirnya berjalan ke depan.

"Ck, iya, iya!"

Sepertinya pulang nanti, aku harus menanyakan ini kepada Gilbert.

***

2/30

Tema: Feature today, Wikipedia Indonesia.

Lalalalala.

KITA HARUS FLEKSIBEL WALAUPUN TEMANYA KAYAK GINI. PAUS KUAT TIDAK AKAN OMPONG.

Dan ini dia kakaknya Yui yang kuceritain di profile.

Berarti tinggal cewek broadcast itu yang belum keluar. Ditunggu.

Tanganku pegel astaga, dahal cuma 600 kata.

Sangat terburu-buru karena paus mau malmingan sama manga.

Ah iya, kudu ketik cerita //otw nangis lagi

Bubaaaay!

Cindyana H

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro