17/28
KOIHARA MOMO
Hari Valentine adalah hari kasih sayang, seharusnya.
Namun, tepat pada hari ini, aku ingat bagaimana bunga yang seharusnya kubawa kepada Nenek untuk hadiah Valentine-nya, berubah menjadi bunga duka yang kuletakan di atas peti matinya.
Sudah tiga tahun berlalu dan aku masih ingat detik-detik mencekam di rumah sakit. Suara ngilu yang memekakan telinga, bagaimana perawat dan dokter lalu lalang masuk ke kamarnya bergantian, lalu berakhir keluar dengan tatapan putus asa dan gelengan kepala.
Aku menatap langit-langit kamar, sesekali memperhatikan ponsel yang tergeletak begitu saja di atas kasur.
Aku tahu bahwa Taku mengirimkan pesan dan mengajakku ke taman bunga untuk mengurangi jenuh dan juga rasa rinduku kepada Nenek. Sora dan Miuna bahkan tidak tahu mengenai hal ini, sebab aku memang tidak ingin kedua sahabatku kepikiran.
Kalau Taku, entah bagaimana bisa dirinya menyadarinya semudah itu.
Kupikir, memejamkan mata sejenak akan membantuku tidak stress dalam tekanan dan situasi ini. Aroma dupa dari luar kamarku masih menguar jelas di kamar, menyelip di antara pintu, membuatku kembali menghela napas.
Tepat saat aku membuka mataku, kudapati diriku terbaring di antara bunga-bunga. Tidak terbesit sedikit pun tentang keanehan itu, karena nyatanya kemungkinan besar aku memang tengah bermimpi.
"Momo." Suara familier itu mendesak masuk ke telinga, membuatku buru-buru membalikkan kepala dengan cepat.
Kudapati sosok Nenek berdiri di ujung taman bunga. Wajahnya terlihat lebih muda daripada yang selama ini kukenang lewat figura kematiannya.
Mataku mulai terasa begitu pedas, "Nenek," panggilku.
"Ingat apa kata Nenek dulu?" tanyanya.
"Terkadang, melepaskan memang adalah pilihan yang benar." Nenek tersenyum. "Lepaskanlah. Jangan terus bersedih."
"Mengapa baru muncul sekarang?" tanyaku, sambil sesenggukan. "Padahal, aku kan rindu."
Kakiku mulai melangkah pelan, setiap langkah terasa begitu ringan. Meski begitu, langkahku tidak pernah sampai padanya.
"Nek, kumohon, jangan pergi. Aku rindu," sahutku, tetap mengejar.
Nenek masih tersenyum, "Nenek suka bunga yang kau berikan. Terima kasih, Momo."
Setelah itu, sosok Nenek menghilang. Taman bunga kini berubah menjadi kegelapan. Segala suara yang ingin kusampaikan tertelan olehnya.
Kemudian, aku membuka mataku dan kembali melihat langit-langit kamarku.
Kembali, pesan dari Taku masuk ke notifikasi ponselku.
Taku
Mau ke taman bunga?
Mau ke toko kue?
Mau kemana?
Mau aku datang ke rumahmu?
Aku tersenyum tipis, kembali teringat perkataan Nenek dalam mimpiku tadi.
Momo
Ayo ke taman bunga.
***
17/28
Tema: Chara bertemu dengan seseorang yang seharusnya sudah meninggal.
Ini chapter terpendek yang kubuat tahun ini. Bahkan lebih pendek daripada setiap bacotanku di author note....
Mari doakan tema besok bisa nyambung kembali ke cerita Koharu-Konatsu-Merumi-Reina-Shiron. C U
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro