Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1/30

NINOMIYA CHIZUKO

Setelah persiapan yang dilakukan oleh teman-teman sekelasku selama dua minggu, akhirnya waktu yang kami tunggu-tunggu telah tiba.

Festival sekolah tahun ini akhirnya resmi dimulai!

Sama seperti festival-festival di sekolah biasa, masing-masing kelas harus membuat kegiatan yang sekiranya dapat menguntungkan agar dana berputar balik setelah iuran yang kami lakukan (baiklah, mungkin ini terkesan materialistis, tapi itulah kenyataannya--berkedok perkenalan dan pengembangan nama baik sekolah). 

Tahun ini, kami sekelas mempunyai banyak opsi untuk hal yang akan kami lakukan selama festival. 

Yui, sahabatku, awalnya menyarankan agar kelas kami melakukan cafe cosplay. Namun rencana itu dihilangkan dari daftar akibat hal ini dinilai terlalu sering dilakukan. Aku agak lega karena kegiatan itu tidak dilaksanakan, karena aku yakin akan kebagian jatah memasak. 

Rumah hantu yang direkomendasikan oleh anak-anak kelas juga akhirnya tidak terpilih, karena letak kelas kami sangat tidak menguntungkan. Sudut dan cahaya matahari yang masuk di kelas sulit untuk disembunyikan walau dengan plastik hitam atau koran lama. 

"Padahal aku sudah bilang ke Saito kalau kelas kita akan membuat cafe," ucap Yui sambil mengembungkan pipinya kesal. 

Ya, sebenarnya sikap Yui yang suka seenaknya itu kurang disukai oleh teman-teman sekelas. Kalau aku sendiri, sudah sangat terbiasa dengan itu. 

"Setidaknya selama seminggu ini kita tidak terlambat pulang dari sekolah untuk memikirkan menu, kan?" tanyaku, mencoba menghiburnya. 

Yui tersenyum, untunglah suasana hatinya segera membaik. 

"Tapi aku tidak menyangka kalau kau punya ide bagus seperti ini," sahut Yui. 

Kegiatan yang kami lakukan? Sangat sederhana dan tidak perlu mengeluarkan banyak modal. 

Hanya berbekal spons yang dibentuk menyerupai bibir dan bubuk merah, kami akan mendapatkan keuntungan berlipat ganda. 

Cara kerjanya sederhana; Pengirim harus membayar 100 yen untuk menggunakan jasa ini, lalu boleh menulis nama penerima. Ketika jam berburu, murid-murid di kelas kami yang akan menggunakan spons itu dengan mencelupkannya pada bubuk merah dan dicap di wajah penerima. 

Seperti mengirimkan kecupan lewat orang ketiga.  

Pengirim 'kecupan' boleh memilih untuk membocorkan atau bahkan menyembunyikan identitasnya dari penerima. 

Bukankah menyenangkan? 

"Shift berburumu jam berapa?" tanya Yui sembari melirik arlojinya. "Aku 15 menit lagi."

Aku hanya bisa menyayangkan dalam hati, padahal aku ingin berburu bersama Yui karena dia lebih mengenal teman-teman seangkatan dan kakak-kakak kelas 11 dan 12. Aku? Hanya bisa mengingat nama teman-teman sekelas. Dasar wakil ketua kelas yang payah.

"Shift-ku masih 2 jam, tapi sepertinya akan dipercepat," gumamku ketika melihat panjangnya antrean di kelas kami. 

Padahal kami sudah membuka enam stand. Masing-masing dua stand untuk penerima kecupan kelas 10, 11 dan 12 (yang memang sengaja kusarankan agar tidak perlu berbolak-balik). Sepertinya memang banyak yang ingin menyampaikan perasaannya, walaupun hanya diwakili oleh kegiatan seperti ini. 

"Kalau kelas lain yang mengadakan kegiatan ini, apa kau mau menghabiskan 100 yen-mu untuk memberikan kecupan khayalan untuk orang yang kau sukai?" tanya Yui tiba-tiba. 

Jantungku berdebar kencang seperti hendak lepas dari tempatnya. Kugelengkan kepalaku kuat-kuat begitu mendengar pertanyaan itu. 

"Aku tidak suka siapa-siapa!" elakku sambil mengerutkan kening. 

"Kenapa kau malah marah, sih? Aku kan hanya tanya." Yui ikut mengerutkan keningnya heran. "Kalau aku sih, tidak mau menghabiskan 100 yen-ku untuk memberikan kecupan yang jelas-jelas bisa kuberikan secara langsung." 

Kutatap sahabatku itu dengan tatapan sedatar-datarnya. Barangkali dia tidak tahu bahwa tidak semua orang di sini mempunyai hubungan sepertinya. 

"Kinoshita!" 

Koihara Momo datang ke arah kami sambil membawa spons bibir dan bubuk merah. Ada ikatan merah di lengan kanannya yang menandakan bahwa dia adalah pemburu.

"Hah? Ada apa? Sudah waktunya ya?" tanya Yui sembari memeriksa arlojinya sekali lagi. 

Koihara langsung menempelkan spons itu di pipi kanan Yui tanpa izin. Yui tampaknya terlalu kaget, sampai-sampai matanya melotot ngeri ketika Koihara melepas spons itu dari pipinya. Kini pipi Yui punya jejak cap bibir yang samar.

"Dari ... Kumiwara Saito-Senpai." Koihara membaca nama yang ada di kertas. "Oke, sudah dulu, ya." 

Koihara pergi meninggalkan kami berdua yang kini terbingung di tempat. Kelihatannya Yui yang paling syok di sini. 

"Chizuko, pinjam 100 yen dong!" ucap Yui tiba-tiba. 

Aku memiringkan kepala, mengoroh sakuku untuk mengeluarkan dompet koinku. "Kenapa? Kau haus? Mau kubelikan jus?" tawarku saat mengingat bahwa shift Yui akan segera datang. Mesin minuman lumayan jauh dari kelas.

Yui menerima 100 yen-ku dengan cepat. "Oh, kau mau beli jus? Sekalian belikan dong. Aku mau kirim kecupan balik untuk Saito," ucapnya menggebu-gebu, malah ikut mengantre. 

Padahal tadi dia yang mengucapkannya dengan agresif bahwa dia tidak akan menggunakan jasa ini karena dia bisa memberikannya secara langsung. Namun sepertinya apa yang pernah dikatakan Yuzu-Nee memang benar; Yui dan Saito-Senpai hanya bergandengan tangan selama berpacaran. Hebat sekali tebakan kakakku.

Saat keluar dari kelas untuk membeli minuman, kudapati kerumunan yang cukup padat dekat pintu masuk. Saat kucoba menjelikan mata, kusadari bahwa Ichisaki adalah pusat kerumunan itu. Ada banyak 'pemburu' yang mengecap spons itu di wajahnya, sambil menyebut nama-nama pengirim. Tumpang tindih, hampir tidak kedengaran. 

Kuhela napasku dalam-dalam, padahal aku juga ingin memberikannya pada Ichisaki. Namun sepertinya tidak perlu, lagipula tidak ada artinya.

Selain Ichisaki, aku juga melihat ada Chisazawa yang sedang dicap oleh spons. Wajahnya benar-benar merah karena telah dicap berulang kali di tempat yang sama. Ya, aku tahu bahwa dia sangat populer. Hal seperti ini wajar saja.

Dari kejauhan, aku juga bisa melihat Koharu yang diikuti oleh dua pemburu. Sepertinya wajah mulusnya akan terkena mendapat dua cap sekaligus.

Saat hendak melanjutkan perjalanan ke mesin minuman, suara panggilan dari belakang membuat langkahku berhenti di tangga teratas.

"Ninomiya!" 

Kubalikkan kepalaku dengan ragu, lalu memaksakan senyumku. 

"Ada apa, Konatsu?" 

Konatsu membawa kotak peralatan berburu, ada pula tali ikatan merah di lengan kanannya yang diikat ala sabuk karate. Pasti Koharu yang mengikat tali itu pada Konatsu. 

"Kau perlu bantuan?" tanyaku lagi. 

Tanpa bisa kuprediksi, tiba-tiba Konatsu menempelkan spons bibir itu di pipi kiriku. Aku mengerjap selama beberapa kali, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Belum lagi aku mampu bersuara, Konatsu kembali menempelkan spons pada pada pipi kananku. 

Meskipun tidak bercermin, aku yakin sekarang ada dua cap bibir asimetris di wajahku. 

"Kau dapat," ucap Konatsu singkat. 

Kucoba untuk tidak menunjukkan ekspesi kagetku lebih jauh. Saat Konatsu tidak tersenyum seperti ini, dia sebenarnya tampak normal-normal saja. Wajahnya mirip Koharu (mereka kembar identik, untuk informasi). 

"O-oh." Aku melempar senyum canggung. "Dari siapa?"

Konatsu diam selama beberapa saat, lalu menjawab, "Rahasia." 

"Oh? Dua-duanya merahasiakan identitas mereka?" tanyaku. 

Konatsu menganggukan kepala, "Iya."

Baiklah. Setelah ini aku harus apa?

"Ngomong-ngomong, apa kau kesulitan menemukan orang?" tanyaku mencoba ramah. "Mau kubantu?"

Saat aku hendak melihat isi nama-nama penerima, Konatsu malah menjauhkan kertas itu dariku. Keadaan yang awalnya canggung tentu saja semakin canggung. 

"Enggak perlu," jawab Konatsu.

Di sini jadi sangat dingin, pasti bukan hanya karena pengaruh musim. Konatsu yang dingin kepadaku, padahal aku sudah memberanikan diri untuk membantunya.

"Sudah dulu." 

"Ah. Baiklah," ucapku canggung. 

Kami pun berpisah di tangga. Selama perjalanan ke mesin minuman, aku terus mengingat sikap dingin Konatsu. Kugelengkan kepalaku, jangan memikirkan hal itu. Pikiranku teralih, kini aku memikirkan dua orang misterius yang memutuskan untuk menghabiskan 100 yen untukku.

Aneh. 

***

1/30

Tema: Hari pertama memulai sesuatu

Ini adalah hari pertama festival di sekolah Chizuko dimulai dan juga festival 30 hari tantangan menulis di NPC! Yeay!

Baru mulai sudah 1000 kata! Yeay! Mantappu paus!

Sama seperti tahun lalu, akan kuusahakan cerita ini nyambung. Ya, sebenarnya mau tidak mau harus nyambung karena aku memutuskan untuk melanjutkan work ini. 

Sesuai dengan ada yang di profil, nantinya Merumi akan muncul lagi selama festival. Jadi ayo bantu doa untuk tema kedua yang lebih baik! Semoga aku bisa menyelesaikannya. 

Tadinya aku ingin menulis bagian Merumi, tapi kubatalkan karena:
1. Chapter 1 adalah milik Chizuko.
2. Temanya kayak gitu. 
3. Aku ngerasa timingnya belum pas. 

WKWKWKKW. Karena selama ini scene itu hanya ada di komik, aku ingin merealisasikannya dalam bentuk tulisan. Siapa tahu ada dari kalian yang pindah kapal wkwkwkwkw. 

Bubay, see you tommorow!


Cindyana H

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro