Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 9b

Duduk di belakang Huda, pikiran Rainer mengembara tentang keadaan rumahnya yang makin lama makin mengesalkan, tentang seorang gadis yang selalu ada dalam pikiran. Ia menyesal, dilahirkan jadi laki-laki muda yang tidak cukup punya nyali untuk melalukan hal besar. Ia kecewa, lahir dari seorang ayah yang hanya tahu menerima uang, sementara yang banting tulang dan lebih banyak berusaha adalah wanita.

Rainer tahu sifat ayahnya dari dulu memang malas. Dulu sewaktu ibunya masih hidup, yang mengontrol restoran adalah sang ibu. Lalu setelah wanita yang melahirkannya meninggal dan ayahnya menikah lagi dengan Maryam, hal yang sama kembali terulang. Ayahnya memang laki-laki payah. Saat restoran terkena masalah, bukannhya berusaha untuk memperbaiki malah mengorbandakan orang lain. Sampai kapan pun, Rainer tidak akan pernah memaafkan apa yang telah dilakukan ayah dan ibu tirinya pada Laluka.

"Kita sampai."

Huda memasuki sebuah bangunan berlantai tiga. Ada lampu hias bertuliskan Black Heaven dengan beberapa orang berseragam ada di depan. Ia tidak tahu tempat apa ini dan melangkah tegap mengikuti Huda ke bagian belakang bangunan.

"Ini tempat kerja gue. Sementara ini, gue cuma jadi pelayan di klub ini. Karena lo bisa bela diri, coba nglamar jadi bagian keamanan. Kalau lo diterima, lo bakalan terima gaji dua kali lipat dari tempat sekarang lo kerja."

Rainer mengangguk. Ia berada di dalam ruangan kecil bersama sekitar 10 orang lainnya. Berdiri dengan tubuh tegap. Tak lama, dua orang laki-laki datang dan tanpa aba-aba memukuli mereka. Empat orang pingsan, tiga terkapar, dan tersisa tiga lainnya termasuk Rainer yang masih berdiri bahkan tanpa tergores sedikit pun.

"Bravoo! Kalian memang hebat, laki-laki pilihan." Seorang wanita bergaun hijau keluar dari pintu kaca, diikuti oleh dua laki-laki bertubuh gempal di belakangnya. Wanita itu tersenyum ke arah mereka. "Kalian bisa bekerja, mulai hari ini. Ikuti aturan klub yang akan dijelaskan oleh Dado!" Wanita itu menunjuk" laki-laki berambut ikal di belakangnya.

Dado maju dan mengangguk. "Baik, Nona Sofia."

Sofia menatap tujuh orang lainnya sambil menggeleng. "Seret mereka keluar, jangan lupa kasih uang untuk berobat." Ia mengalihkan pandangan pada Rainer, mendekati pemuda itu dan mengelus dagunya. Tidak peduli meski Rainer ingin mengelak. "Wajah yang tampan, sayang sekali kalau harus jadi tukang pukul. Well, kita lihat nanti, apakah kamu bisa dididik untuk pekerjaan lain. Jangan potong rambutmu dan tetap bekerja dengan anting, itu akan menarik pelanggan. Hahaha!"

Rainer menatap Sofia yang melangkah gemulai kembali ke pintu kaca. Ia tetap berdiri di tempatnya, sementara orang-orang yang terluka diseret keluar. Tersisa tiga orang dan Dado, yang akan menjadi kepala mereka.

"Ikut aku!"

Rainer mengikuti Dado, masuk ke sebuah ruangan kecil dan mengganti bajunya dengan seragam. Ia menguncir rambut, meletakkan senjata berupa belati kecil di dalam sepatu but dan melangkah ke area klub sambil mendengarkan arahan Dado. Ia tidak peduli apakah pekerjaannya nanti akan mempertaruhkan nyawa, yang terpenting adalah mendapatkan uang. Demi seseorang yang selalu ia simpan di hati dan pikirannya.

**

"Sepeda baru?" Nita bertanya sambil berdecak kagum.

"Hooh, dari rumah ke panti agak jauh jadi lebih enak naik sepeda." Laluka menerangkan dengan senyum terkembang.

"Ini sepeda mahal sekali." Andre ikut nimbrung. Meraih stang sepeda dan memeriksanya. "Di atas tiga puluh juga."

Mendengar perkataannya baik Laluka maupun Nita terperangah kaget.

"Masa, semahal itu?" tanya Laluka. Ia pikir harga sepeda di kisaran lima juga, ternyata jauh lebih mahal dari perkiraannya. Pantas saja enak untuk dinaiki.

"Iya, aku nggak bohong. Kamu yang punya sepeda, nggak tahu kalau ini mahal?" tanya Andre heran dan menatap Laluka yang menggeleng. "Siapa yang beli? Bukan kamu?"

Laluka menggerakkan telapak tangan di depan dada. "Bukaaan! Aku mana ada uang sebanyak itu!"

Nita berdehem, mencolek dagu Laluka. "Ayo, bilang. Dari mana? Pacar atau sugar daddy?"

"Eh, punya sepupuku," jawab Laluka cepat.

Andre menepuk stang sepeda, memiringkannya lalu memijat ban. "Laluka, kamu aneh. Sepeda mahal begini kamu punya, tapi ponsel nggak ada."

Tertawa kikuk, Laluka tidak meladeni perkataan Andre. Ia tidak ingin meneruskan pembicaraan tentang ponsel karena yang dipakainya saat ini hanya Kaesar dan Rainer yang tahu nomornya. Ia belum siap membagi privasi itu pada orang lain. Memberikan nomor ponsel pada Andre, itu terhitung intim dalam berteman dan ia belum siap untuk bersikap lebih dari sekarang dengan siapa pun.

"Kak Andre, jangan kata kamu. Aku saja juga nggak dikasih." Nita menyela percakapan mereka.

"Karena memang nggak ada. Nanti, kalau aku punya akan kasih tahu kalian." Laluka menyapa Nenek Saniah yang didorong keluar oleh seorang suster. Bernapas lega karena kehadiran sang nenek berhasil mengalihkan percakapan tentang ponsel.

"Nenek, apa kabar? Ini Luka."

Laluka meraih tangan Nenek Saniah dan meletakkan di pipinya. Tanpa disangka sang nenek mengibaskan tangannya dan membuat kaget.

"Nenek, kenapa? Nggak suka sama Luka?"

Nenek Saniah merengek, menggerakkan tubuh dan memberi tanda ingin pergi. Suster yang mendorongnya melayangkan pandangan meminta maaf pada Laluka sebelum mendorong si nenek menjauh.

"Kenapa sama nenekku?" Laluka bertanya dengan suara parau. Merasa sedih karena tidak dianggap.

Nita mendekat, menepuk bahunya. "Jangan kuatir. Si Nenek sedang merajuk. Sepertinya sedang ingat masa lalunya. Biasa begitu dia."

"Tapi, aku nggak ada hubungan sama masa lalunya."

"Memang, dia pun nggak mau sama aku dan juga Kak Andre."

Andre mendekat, berdiri di samping Laluka. Mereka sama-sama memandang kursi roda Nenek Saniah yang menjauh.

"Jangan kuatir Laluka, dia ngambek nggak akan lama. Beri dia waktu."

Laluka berharap, si nenek tidak terlalu lama marah. Karena salah satu alasan terbesarnya datang ke panti adalah demi Nenek Saniah.

Sudah PO?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro