Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 7a

Suasana menegang seketika. Daran yang semula memandang Kaesar dengan tatapan mencela, kini menunduk. Menuang anggur ke dalam gelas dan menenggaknya. Pemuda itu sepertinya tidak peduli tentang apa pun selain mencela Kaesar dan mabuk. Tidak ada yang mencegahnya, masing-masing sibuk dengan urusan mereka. Kaesar tahu, karena sebagian orang di sini menganggap Daran hanya anak kecil yang sedang merajuk, begitu pula dirinya. Seperti menunjukkan kebodohan, kalau sampai tersulut emosi karena pemuda itu.

Amira memegang sendok dengan jari gemetar. Sesekali mengalihkan pandangan pada suami dan anaknya. Ia juga melihat bagaimana wanita berambut pirang yang semula duduk di atas pangkuan Hisam, kini beralih posisi dan menduduki kursi tepat di samping Kaesar. Gestur wanita itu membuatnya marah.

"Dasar pelacur!"

"Ada apa?" tegur Pras saat mendengar Amira memaki.

"Pelacur Paman Hisam, Papa."

"Oh, hanya wanita bodoh dengan otak dangkal. Kenapa tidak kita abaikan dia."'

Amira menatap papanya. "Papa lihat bukan? Dia terus menerus menggoda suamiku."

"Aku lihat Kaesar tidak mengindahkannya. Kenapa kamu marah dan cemburu, Amira? Memangnya kamu nggak percaya sama suamimu sendiri?"

Amira menghela napas panjang, melirik suaminya yang kini sedang bicara dengan Sofia. Perasaan cemburu lagi-lagi menguasainya. Ia tahu persis kalau Sofia juga mencintai suaminya. Ia sadar, sebagai wanita cacat tidak mampu lagi melayani Kaesar tapi ia juga tidak rela diduakan. Ibarat habis manis sepah dibuang, dan ia bukan tebu yang bisa disingkirkan saat tidak lagi menghasilkan rasa manis.

Bertahun-tahun ia memelihara cinta pada suaminya. Menggunakan segala cara agar Kaesar tidak berpaling darinya. Ia menyukai laki-laki itu dari pertama bertemu, saat itu Kaesar adalah pegawai kelas menengah di kantornya. Ia mengejar, memberikan hati dan tubuhnya, tapi ditolak. Saat itu Kaesar sudah mempunyai calon istri. Ia cukup tahu diri untuk menglah dan mundur, hingga satu kejadian mengubah segalanya. Kaesar naik jabatan, menjadi kepala manajer lalu calon istrinya pergi, menghilang entah kemana. Amira datang untuk menghibur dan sekali lagi berusaha mendapatkan hatinya. Ia berhasil, satu tahun kemudian Kaesar menikahinya.

Impian menjadi istri Kaesar telah tercapai tapi ia selalu merasa tidak pernah benar-benar mendapatkan hati laki-laki itu. Tidak peduli berapa banyak yang ia korbankan, Kaesar makin hari makin menjauh dan ia membenci kenyataan kalau dirinya cacat. Seandainya ia wanita normal, pasti akan lain urusannya.

Pras memukul gelas dan meminta semua perhatian padanya. "Hari ini aku mengumpulkan kalian semua untuk memberitahukan satu hal penting."

Senyap, semua mata tertuju pada Pras yang tersenyum dengan gelas berisi anggur di tangannya. Semua orang menunggu dengan antisipasi tinggi, tentang apa yang akan dikatakan laki-laki itu. Mereka tegang, hingga nyaris takut untuk bernapas.

"Tahun depan aku akan undur dari dunia bisnis. Tidak lagi mengelola kontruksi, kasino, tambang, dan juga club malam kita. Semua akan aku serahkan pada satu orang yang aku anggap mumpuni."

Mereka saling pandang, menilai kekuatan lawan. Hanya Kaesar yang terlihat tidak peduli, terus menyesap anggur di gelasnya. Ia sudah tahu, bukan dirinya yang akan ditunjuk jadi tidak perlu repot-repot menunjukkan wajah gembira.

"Kriteria sepertin apa yang kamu inginkan, Kak. Kami semua bekerja di perusahaan keluarga dan semuanya punyan kemampuan." Hisam angkat bicara. "Lagipula, kita semua keluarga, kecuali satu orang tentu saja."

Kaesar tersedak, bukan karena perkataan yang ditujukan Hisam padanya, melainkan karena tangan wanita berambut pirang membelai kemaluannya. Ia melirik dengan mengancam pada wanita itu tapi tidak diindahkan. Bahkan kini dengan berani jemarinya memijat lembut kenjatanannya dan membuatnya menegang. Kaesar memaki pelan.

"Kenapa Kaesar, kamu tentu tidak merasa bukan?" tanya Hisam keras.

Kaesar mengalihkan pandangan dari wanita pirang ke seantero meja lalu mengangkat bahu. "Aku nggak peduli dengan urusan kalian. Selama kalian tidak ikut campur dengan Black Heaven, lakukan apa pun yang kalian mau."

"Wow, papaku berhati mulia." Daran bertepuk tangan dengan senyum meremehkan.

"Kalau memang Kaesar tidak mau, bisa diberikan padaku, Kak." Simon yang sedari tadi terdiam, kini ikut bicara. "Kamu tahu aku jelas mampu memimpin perusahaan besar. Sepuluh kasino ada di bawah kepemimpinanku."

Pras mendengarkan perkataan adik-adiknya lalu mengangguk. "Kalian berdua memang hebat tapi umur kalian tidak lagi muda. Yang kita butuhkan adalah pemimpin muda, berdedikasi, dan mengerti lapangan."

Julia mengangkat tangan. "Jangan lupakan anakku. Dia pemuda pintar."

"Tante Julia, anakmu memang pintar tapi sayangnya tidak suka bisnis," sela Sofia. "Sedangkan yang dicari adalah yang paham seluk beluk bisnis."

"Bagaimana dengan Daranku?" Amira ikut bicara. "Anakku sekarang sedang kerja magang di kantor. Sedikit banyak sudah menguasai bisnis." Mengalihkan pandangan pada sang papa, Amira melanjutkan ucapannya. "Bagaimana , Pa? Cucumu harusnya bisa diandalkan."

Daran tersenyum kecil, mengedarkan pandangan ke sekeliling meja. Tidak lupa memberikan tatapan mencela pada Kaesar. Akhirnya, ada yang bicara tentang dirinya dan itu adalah sang mama. Harapannya melambung tinggi, karena ia tahu seberapa dekat hubungan sang mama dengan kakeknya, Pras. Mereka jarang berselilih dan ia yakin, Pras akan mendengarkan pendapat anaknya.

"Daran memang bisa, tapi tidak sekarang." Perkataan Pras menghapus cengiran dari wajah Daran. "Yang kita butuhkan adalah pemimpin yang bisa langsung memimpin, tanpa harus banyak cakap dan tidak perlu mengajari banyak-banyak."

"Sofia bisa." Juli mengusulkan.

"Benar, anakku bisa. Meskipun dia perempuan tapi hebat." Simon mendukung ucapan istrinya demi anak mereka.

"Masalahnya, Sofia belum menikah selain itu dia perempuan. Akan banyak kesulitan kalau perusahaan kita dipimpin perempuan lajang. Tidak akan bagus untuk citra dan juga bisa mengikis kepercayaan investor." Amira memberikan pendapatnya.

Pras terdiam, meneguk anggurnya hingga tandas dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Kalian nggak usah kuatir, nggak perlu juga bereaksi berlebihan. Ini baru rencanaku dan aku juga membutuhkan waktu untuk menilai. Siapa pun yang terpilih nanti. Tidak dapat diganggu gugat. Jadi, kalau kalian memang ingin menjadi pimpinan, maka kerja keraslah!"

Pras pamit untuk menerima panggilan, tak lama Amira menyusulnya. Simon melontarkan tatapan mencela pada Kaesar sebelum bangkit dari kursi diikuti Daran dan istrinya. Saat semua orang beriringan menuju ruang depan, Kaesar bangkit belakangan. Ia menatap wanita berambut pirang yang sedang menekuk jarinya dengan santai. Menatap dengan pandangan tajam, Kaesar berucap mengancam.

"Dengarkan perkataanku, wanita murahan. Sekali lagi kamu berani menyentuhku seperti tadi, akun akan memotong tanganmu."

Ancamannya membuat wanita berambut pirang terperangah. "Kaesar, Sayang. Akuu—"

"Jangan mendekatiku, atau bicara denganku selamanya. Kalau kamu berani melanggar aturanku, akan kubuat hidupmu menderita. Bahkan Hisam pun tidak akan bisa menahanku. Kamu dengar?"

Wanita itu mengangguk cepat dengan wajah pucat. Kali ini ia tahu kalau Kaesar tidak sedang omong kosong.

**

Tersedia di google playbook dan Karya Karsa

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro