Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1a

Memang klise, hidup sengsara seperti dalam sinetron, di mana tokoh perempuan tidak pernah bahagia meskipun peran utama. Laluka selalu beranggapan dirinya tokoh dengan peranan pembantu, tidak penting, tidak mencolok, hanya sebagai pelengkap dan berharap punya kisah bahagia. Nyatanya, alur kehidupan menjadikannya sang tokoh utama yang selalu dibuat menderita dari awal hingga akhir. Ia membenci takdir itu tapi tidak berdaya melawannya. Orang-orang mengatasnamakan cinta untuk berkorban, dan Laluka adalah korban dari keserakahan cinta itu sendiri.

Di umurnya yang ke sepuluh, ia dipaksa menerima kenyataan kalau ayahnya yang kuat, meninggal karena kecelakaan. Keluarga yang tadinya harmonis, hancur dan jatuh berkeping-keping karena tidak ada lagi penopang ekonomi. Semua kerabat, saudara, teman, yang semula menyanjung keluarga mereka karena dianggap sebagai salah satu keluarga kaya dan berpengaruh, satu per satu pergi dan meninggalkan mereka. Laluka dan ibunya, dikucilkan, hidup pas-pasan dengan sang ibu bekerja di restoran sebagai pelayan.

"Nggak apa-apa hanya jadi pelayan, dan makan seadanya, yang penting cukup buat kita."

Laluka setuju dengan perkataan sang ibu, pada dasarnya ia tidak pernah mengeluh karena menjadi berbeda. Dulu terbiasa mendapatkan semua yang ia mau, sekarang tidak bisa lagi. Tidak masalah untuknya yang penting bahagia bisa bersama ibunya.

Kebahagiaan makin lengkap saat dua tahun kemudian, ibunya yang bernama Maryam menikah lagi dengan pemilik restoran. Laki-laki bernama Jaka, yang baru saja ditinggal mati sang istri, terpikat dengan kecantikan Maryam. Segera setelah 100 hari kematian sang istri, Jaka mempersunting Maryam dan membawa satu anak laki-laki yang usianya dua tahun lebih muda dari Laluka. Anak kecil itu sangat pemalu, tidak banyak bicara, Laluka menyukainya. Ia merasa, punya adik bukan sesuatu yang buruk.

"Namamu Rainer? Apa kamu tahu rain itu bahasa inggris dari hujan? Apa kamu dilahirkan saat hujan atau kamu suka hujan?"

Tidak ada jawaban dari bocah laki-laki itu tentu saja. Laluka tidak mendesaknya. Ia tahu Rainer tidak suka bicacar dan ia tidak memaksa.

Maryam naik pangkat segera setelah menjadi isti Jaka. Jabatannya bukan lagi pelayan melainkan wakil manajer. Banyak pegawai restoran lain yang menganggap kalau cara Maryam naik jabatan dengan menjadi istri Jaka adalah hal memalukan.

"Aku melihat wanita itu mengangkat roknya di ruangan Pak Jaka. Bukan hanya itu, dia juga menyodorkan diri untuk melakukan sex oral."

"Aku juga memergokinya onani di depan Pak Jaka. Wanita memalukan."

"Janda gatel."

Maryam tentu saja mendengar semua makian dan kasak kusuk iri hati itu padanya, tapi tidak peduli. Baginya, mendapatkan Jaka adalah hal terbesar dalam hidup dan ia akan membungkam mulut orang-orang itu kelak.

Maryam membuktikan ancamannya. Segera, setelah menikah dengan Jaka, ia membuat banyak kebijakan baru dalam restoran dan memecat orang-orang yang membuatnya kesal, tanpa sepeserpun uang pesangon. Ia merasa, orang-orang itu ibarat anjing yang menggigit tangan tuan yang memberinya makan.

Sikapnya terhadap anak tirinya cukup baik. Bocah pendiam itu tidak terlalu merepotkannya. Sehari-hari, karena sibuk di restoran, ia menitipkan Rainer pada Laluka. Ia dan Jaka pergi pagi dan pulang larut malam, bekerja di restoran.

"Luka, jaga adikmu, apa pun yang terjadi. Sekarang kamu seorang kakak yang sudah semestinya bertanggung jawab pada adikmu."

Laluka hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia senang setelah sang ibu menikah, tidak perlu bersusah payah menjadi pelayan. Mereka juga sudah pindah rumah dari kontrakan kecil ke rumah yang besar milik Jaka. Tidak ada pelayan yang membantu di rumah, jadilah Laluka yang mengerjakan semuanya sendiri, dari mulai membersihkan rumah, memasak untuk Rainer dan menjaga sang adik. Hubungannya dengan ayah tirinya bisa dibilang baik, meski tidak terlalu dekat. Jaka memperlakukannya dengan penuh kasih sayang seperti layaknya anak perempuan dengan memberikan kamar sendiri dengan hiasan pernak-pernik lengkap di dalamnya.

"Bagaimana Luka? Kamu senang bukan di kamar ini? Harus berterima kasih sama Ayah." Maryam berucap dengan rona wajah bahagia suatu sore, setelah selesai menata kamar anaknya.

Laluka, dengan malu-malu mengucapkan terima kasih pada sang ayah tiri dan mengatakan kalau kamarnya sangat bagus.

Setelah setahun menikah, Maryam dan Jaka punya anak. Mereka dianugrahi bayi yang cantik. Sekali lagi, Laluka merasa gembira, punya adik baru.

Sayangnya, sikap sang ibu perlahan berubah setelah adiknya lahir. Lebih banyak marah-marah dan menumpahkan kekesalan pada Laluka. Tidak ada yang tahu apa penyebanya, bahkan Laluka pun tidak mengerti.

"Kamu anak paling besar tapi nggak becus jaga rumah. Ngapain saja kamu seharian?"

Itu yang diucapkan Maryam, setiap kali mendapati Jaka pulang terlambat. Wanita itu tidak berani bertanya langsung pada suaminya, tapi melampiaskan semua kekesalan pada anak perempuannya. Laluka hanya diam, tidak ingin membantah ucapan ibunya. Ia tahu, ibunya sedang capek dan banyak pikiran. Sebagai anak tertua, sudah selayaknya kalau ia tahu diri dan tidak menambah beban keluarganya. Ia membaca kalau wanita yang baru melahirkan memang cenderung sensitif dan itu normal. Laluka berharap ibunya hanya terkena baby blues dan tidak akan lama.

Harapan tinggal harapan, semakin hari sikap sang ibu semakin menjadi-jadi. Semakin besar usia Laluka, semakin jauh hubungan mereka. Maryam memperlakukan anak perempuannya ibarat anak pungut, dan lebih perhatian pada anak perempuannya yang baru yang bernama Jehan.

Jehan, diperlakukan seperti putri kecil, dengan Laluka sebagai pelayan. Orang yang memprotes perlakukan itu adalah Rainer yang selama ini jarang bicara.

"Jehan memang masih kecil, tapi bukan berarti harus dimanja. Kasihan Luka."

Itu pertama kalinya, Laluka yang berumur 18 tahun, mendengar pembelaan dari sang adik yang baru beranjak dewasa. Hati Laluka merasa bahagia karenanya.

"Sudah sewajarnya, seorang kakak menjaga adiknya." Jawaban dingin dari Maryam, mematahkan semangat Laluka.

Lulus SMU, Laluka ingin melanjutkan kuliah tapi Maryam menentang. Saat ia ingin bekerja, juga tidak diperbolehkan.

"Kamu di rumah, mengurus adik-adikmu. Yang penting kamu bisa makan tiap hari, harusnya kamu bersyukur."

Hancur sudah cita-cita Laluka untuk menjadi guru. Nilai-nilainya yang bagus, terbengkalai karena sang ibu sendiri. Percuma ia merengek karena Maryam berkemauan keras.

"Bu, aku sudah dewasa. Ingin menentukan sendiri hidupku."

"Justru karena kamu sudah dewasa, harus mengerti balas budi."

Laluka tidak habis pikir, kenapa harus balas budi pada orang tuanya, sedangkan ia tidak pernah minta dilahirkan, rasanya seperti punya utang miliaran pada Maryam dan tidak terbayarkan.

Masalah besar datang saat Laluka menginjak umur dua puluh tahun. Restoran milik Jaka bangkrut karena terlilit utang. Maryam bercerita pada anak-anaknya sambil menangis kalau itu kesalahan yang tidak disengaja. Mereka ingin membuka cabang, menginvestasikan seluruh uang ke sana dan ternyata, kena tipu makelar. Laluka tidak paham, bagaimana bisa kena tipu, setahunya sang ibu dan ayah tirinya orang yang pintar. Namun, ia menyimpan sendiri pertanyaan itu karena tidak ingin membuat orang tuanya sedih.

Keesokan harinya, tanpa disangka kedua orang tuanya mengajak ke restoran dengan ingin makan bersama di sana. Hal yang jarang terjadi. Seingatnya, terakhir kali Laluka datang ke restoran adalah tahun lalu. Rainer menolak pergi, ingin di rumah. Laluka menggandengn tangan Jehan memasuki restoran dan diarahkan untuk duduk di meja dekat jendela.

"Ada teman ibu yang akan ikut makan dengan kita." Maryam berucap dengan berseri-seri. Di sebelahnya, Jaka terlihat murung. Minum kopi dalam diam.

Laluka tidak tahu, siapa yang dimaksud dengan teman. Ia sibuk menyuapi makan Jehan, hingga terdengar suara berat dari seorang laki-laki menyapa mereka.

"Selamat siang."

Laluka mendongak, menatap laki-laki paling tinggi yang pernah ia lihat. Dengan rambut disisir rapi, rahang kokoh, dan wajah yang bisa dikatakan tampan tapi ada kesan angker pada tatapan mata laki-laki itu yang membuatnya bergidik takut. Saat mata mereka berpandangan. Laluka otomatis menunduk.

**

Gabungan dari bab satu dan bab 2 tersedia di Karya Karsa.

Saya tegaskan lagi, cerita ini gelap, tidak bermoral, dan penuh adegan panas. Tidak menyarankan bagi pembaca di bawah umur.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro