Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 4

"Aku tidak ingin berburuk sangka pada takdir. Baik dan buruknya takdir. Kuyakin, itu adalah yang terbaik untukku."

🌸🌸🌸🌸🌸

"Haha...."

Terdengar gelak tawa di kelas XII IPS 2 yang sedang ada jam kosong saat ini. Tawa itu berasal dari Elina yang berhasil mengerjai Dimas dengan cara melemparkan kunci milik Dimas ke arah Dewi -teman jail Elina di kelas- yang direspon baik oleh Dewi.

"Balikin kunci gue El," teriak Dimas yang berlari mengejar Elina dan Dewi.

"Ambil sini kalau bisa," ejek Elina yang menjulurkan lidahnya ke arah Dimas yang membuat cowok itu semakin kesal.

"Lempar El, ada Dimas tuh," teriak Dewi yang langsung dijawab Elina dengan lemparan kunci ke arahnya.

"Duh... duh... sakit tau Dim," jerit Elina yang tangannya di genggam erat oleh cowok yang memiliki manik cokelat.

Dimas tertawa sinis, "Hahaha.. lagian jail banget sih jadi cewek."

Elina segera mengabsen satu persatu murid di kelasnya dan matanya langsung berbinar cerah saat matanya menatap Kanaya yang sedang mengobrol dengan Tian di belakang kelas.

"Kanaya! Lihat nih, Dimas nyakitin gue," adu Elina yang berhasil membuat Dimas menatap gadis yang sekarang berada di belakang kelas.

"Kalian ada apa lagi sih, ribut terus deh."

Dimas langsung menggelengkan kepalanya. "Bukan gue, tapi sahabat lo ini Nay yang jahilin gue duluan."

"Huftt... Aku angkat tangan deh kalau ngurusin kalian, udah ah kalau mau ribut jangan ajakin aku. Aku mau bahas tentang kerja kelompok dulu," ucap Kanaya yang mengabaikan dua orang yang sedang berkelahi, tak jauh dari tempatnya itu.

"Yah, Naya." Elina menatap sahabatnya itu dengan pandangan kesal.

"Sini, mana kunci gue."

"Tuh ada di Dewi.Btw, Dewi udah kabur keluar tuh Dim," tunjuk Elina.

"Dewi!" teriak Dimas yang langsung mengejar cewek itu keluar kelas.

*****

"Jadi, besok kerja kelompok di mana?" tanya Elina menatap satu persatu wajah teman satu kelompoknya.

Sesudah istirahat dari kantin, kelompok yang terdiri dari Kanaya, Elina, Dewi, Dimas, dan Tian berkumpul di kelas untuk membicarakan tempat untuk mengerjakan tugas seni budaya.

"Di rumah Naya aja gimana? Kita kan gak pernah main ke rumah kamu Nay," sahut Dewi yang membuat Tian, dan Dimas mengangguk.

"Gue setuju sih sama ucapan Dewi," ucap Tian.

"Tapi maaf, jangan di rumahku ya, please." Kanaya memohon sambil menatap teman-temannya dengan pandangan bersalah.

Elina tersenyum saat Kanaya menatapnya. "Gimana kalo kita ngerjainnya di luar aja. Jadi 'kan lebih enak tuh bisa nongkrong."

"Eh, ide Elina bagus juga tuh. Jarang-jarang kan kita kerja kelompok di luar gini," kata Dimas dengan semangat menggebu-gebu.

"Oke. Jadi, besok kerja kelompok di mana nih?" tanya Dewi.

"Di deket taman kota aja gimana? Katanya di sana ada tempat nongkrong yang bagus loh," ucap Tian, yang kebetulan cowok itu adalah anak yang suka sekali nongkrong dan sangat up to date tentang tempat yang bagus di kalangan anak muda.

Semuanya mengangguk setuju dan kembali ke bangku masing-masing, karena Pak Yono yang mengajar sejarah sudah masuk ke kelas mereka.

*****

Setelah pelajaran sejarah berakhir, semua murid di kelas Kanaya memutuskan untuk pulang karena Pak Miko yang mengajar pelajaran olahraga sedang berhalangan hadir.

"Alhamdulillah hari ini gak panas-panasan ya Nay," ucap Elina yang sesekali meminum air mineral dingin yang baru saja mereka beli.

"Iya Li."

"Tumben banget de--"

"Naya!" panggil seseorang saat dua sahabat itu baru saja menginjakkan kaki di parkiran sekolah.

"Ibu-ibu itu siapa deh Nay?" heran Elina yang melihat wanita paruh baya melambaikan tangan ke arahnya. Bukan, lebih tepatnya ke arah Kanaya yang tersenyum menatap wanita itu.

"Ingat Kak Arka gak Li?" Elina mngernyit heran mendapatkan pertanyaan seperti itu, dia kan menanyakan tentang wanita itu bukan Arka sang pangeran pujaannya.

"Ingat. Kenapa?"

"Itu, Mamanya Kak Arka," ucap Kanaya yang membuat Elina di sebelahnya menganga kaget.

Kanaya yang melihat ekspresi Elina hanya terkekeh geli. "Gak usah gitu juga kali Li ekspresinya."

"Ini gue kaget banget Nay," jerit Elina heboh yang membuat keduanya ditatap sebentar oleh murid yang berlalu lalang.

"Yaudah kalau gitu, aku samperin Tante Reni sebentar ya Li."

"Gue gak di ajak nih,Nay?" tanya Elina yang sudah mencibikkan bibirnya.

"Mau ikut?"

"Gak sih," ucap Elina yang langsung memberikan cengirannya.

Kanaya hanya menggeleng dan berjalan cepat agar cepat sampai di hadapan Tante Reni.

"Tante," sapa Kanaya sambil mencium tangan Tante Reni.

Tante Reni tersenyum menatap Kanaya. "Pulang bareng Tante, yuk."

"Tapi, aku pulang bareng temen aku Tan," ucap Kanaya yang menatap Tante Reni yang tersenyum kepadanya dengan pandangan bersalah.

"Yah, Tante keduluan temen kamu dong."

"Lain kali aja ya, Tan."

"Iya, lain kali pulang bareng Tante ya. Soalnya ada yang mau Tante omongin," ucap Tante Reni yang membelai lembut rambut Kanaya yang berada di dekatnya.

"Siap Tante. Ngomong-ngomong, Tante tau dari mana aku sekolah di sini?" tanya Kanaya.

Tante Reni tersenyum. "Dari manajer kamu, padahal Tante mau minta alamat kamu. Tapi manajer kamu gak ngasih katanya privasi kamu. Duh kesel deh Tante kalo nginget-ngiget itu."

Kanaya tertawa, dia tau sifat Kak Angga yang begitu menjaga privasi pegawainya.

"Tante minta no. HP kamu ya, Nay," mohon Tante Reni.

"Iya Tante, apa sih yang gak buat Tante," ucap Kanaya yang membuat Tante Reni tersenyum. Kanaya mulai menyebutkan satu persatu nomor handphonenya dan di catat baik oleh Tante Reni.

"Kalau gitu Tante pamit pulang dulu ya Nay, jaga diri kamu baik-baik ya," ucap Tante Reni setelah ia sudah menyimpan nomor HP Kanaya. Ia segera merengkuh Kanaya ke dalam pelukannya.

Setelah berpelukan cukup lama, Tante Reni pamit pulang.

Kanaya berjalan kembali ke tempat di mana Elina berdiri.

"Tante Reni itu sayang banget sama kamu ya, Nay," ucap Elina ketika Kanaya baru sampai di hadapan cewek itu.

"Tante Reni udah aku anggap kayak Mama aku Li, karena kebetulan juga Tante Reni itu sahabat Mama aku."

Mendengar itu Elina tersenyum penuh arti. "Gue rasa, setelah ini lo akan jadi mantunya mama Arka deh."

"Apaan sih Li," kesal Kanaya yang wajahnya sudah merah seperti kepiting rebus.

"Hahaha. Canda Nay. Yaudah, pulang yuk," ajak Elina yang di sambut senyum oleh Kanaya.

*****

"Ma, Pah. Gimana kabar kalian di sana," ucap Kanaya lirih sambil menatap bintang yang sangat banyak bertaburan di langit malam.

Kanaya menatap bintang di atas langit dengan senyum miris. Sehabis pulang kerja, Kanaya menyempatkan diri mampir ke taman yang dekat dengan kost-annya. Memang, hari ini Kanaya pulang lebih awal karena Kafe di tutup awal oleh Angga karena alasan yang kurang jelas.

Drtt... drtt...

HP di saku jaket Kanaya bergetar. Entah siapa yang menelponnya malam-malam seperti ini.

"Hallo."

"Kanaya, ini Tante Reni," ucap suara di seberang sana. Kanaya yang memang mengenali suara Tante Reni, mengembangkan senyumnya.

"Iya, Tante." Kanaya menatap kembali bintang yang terlihat sangat indah mala mini.

"Besok ke rumah Tante ya?"

"Ada apa, Tan?" tanya balik Kanaya.

"Ada yang mau Tante bicarakan sama kamu."

"Iya, nanti Kanaya datang. Tapi Kanaya lupa sama alamat rumah Tante," ujar Kanaya sambil terkekeh.

"Besok kamu di jemput sama sopir atau Arka kok, Nay."

"Oke deh kalau gitu, Tante."

"Kalau gitu Tante tutup telponnya ya Nay, Good Night sayangnya Tante."

"Good night too, Tan."

Tut...tut...tut...

"Entah apa yang mau dibicarakan besok. Semoga bukan hal yang buruk," ucap Kanaya sambil meninggalkan bangku taman untuk kembali pulang ke kost-annya, ingin mengistirahatkan badannya yang sudah lelah walau enggan untuk beranjak.

🌸🌸🌸🌸🌸

Salam hari Rabu manteman ❤

Ini update-an kedua buat hari ini.

Seperti biasanya, aku menerima kritik dan saran.

Semoga semakin suka sama LdP 💕

Habis baca jangan lupa voment.

Sampai jumpa Rabu depan 🙇🙋

Rabu, 11 April 2018.
Binuang, Kalimantan Selatan.

Salam sayang💕
@tasyaauliah_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro