Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9. Ngalah itu Penting

Beberapa minggu berlalu dan intensitas belajar Dava dan Tasya semakin sering, bahkan hampir setiap hari. Setiap hari Dava harus menyiapkan stok kesabaran sebelum belajar dengan Tasya. Dia harus bisa sabar menghadapi sifat Tasya yang satu itu.

Banyak pelajaran yang sudah mereka bahas. Bahkan sampai pelajaran seni pun Tasya tanyakan, padahal hanya menggambar.

Mereka pun sering hangout saat weekend. Mendatangi tempat wisata yang belum pernah Tasya datangi. Dava menyebut itu sebagai kencan. Dia menurut saja saat Tasya memintanya untuk mengantar ke tempat-tempat tertentu, bahkan membayari segala sesuatu menyangkut kencan mereka.

Bertemu dengan Tasya saja sudah membuat Dava tersenyum-senyum sendiri, apalagi jika berkencan dengannya. Rasanya Dava ingin pingsan saking bahagianya.

Hari ini mereka janjian belajar di kafe dekat rumah Tasya. Selama ini memang mereka selalu memilih tempat belajar di dekat rumah Tasya atau  di rumah gadis itu sendiri jika ada bundanya di rumah, karena Tasya takut jika pergi jauh-jauh. Dia tidak terbiasa menjadi anak kelayapan. Dia tipikal gadis rumahan yang selalu menghabiskan weekend dengan bundanya.

Dava sudah rapi dengan kaos hitam dan celana pendeknya; duduk di pojok kafe menunggu Tasya yang belum datang. Dia mengetukkan jarinya pada meja hingga menimbulkan bunyi samar-samar.

"Dav!"

Dava tersenyum saat indra pendengarannya menangkap suara seseorang yang beberapa minggu ini selalu menghiasi harinya. Dia berdiri saat gadis itu sudah sampai di depannya dan sedang tersenyum ke arahnya.

Dava mengamati penampilan Tasya yang menurut Dava semakin hari semakin cantik. Tasya terlihat anggun dengan gamis merah muda dan kerudung warna senada yang dikenakannya.

"Udah lama?" tanya gadis itu.

Dava menggeleng dan kembali tersenyum. "Duduk, Sya."

Tasya menarik kursi di hadapan Dava dan duduk di sana. Dia meletakkan tasnya di atas meja, mengeluarkan buku Matematika serta alat tulis. Semua itu tak lepas dari pengamatan Dava. Dia menatap lekat pada Tasya yang kini juga menatapnya sambil mengerutkan dahinya.

"Kenapa, Dav?"

Dava menggeleng. Dia meraih buku Tasya dan mulai membacanya.

"Sekarang mau belajar yang mana?"

Tasya menjawab jika dia belum paham tentang refleksi yang ada dalam bab Transformasi Geometri.

"Bagian mana yang belum jelas?" Dava berkata dengan pandangan yang masih terfokus pada buku di tangannya.

Tasya ikut melihat bukunya dan berkata, "Cara hitungnya aku masih bingung. Ini gimana kok bisa jadi gini? Kok rumusnya beda-beda? Yang bener itu yang mana sih, Dav? Kok aku jadi bingung gini sih?" tanya Tasya panjang lebar. Dia menggaruk dahinya yang tidak gatal.

Dava mengambil napas sebelum mulai menjelaskan. "Refleksi itu 'kan pencerminan?" pancing Dava, dan Tasya mengangguk.

"Nah, sesuatu itu enggak selalu dicerminkan dalam satu hal yang sama 'kan? Pasti beda-beda. Maka dari itu rumusnya enggak cuma satu. Dalam Transformasi Geometri ini, ada lima rumus untuk nentuin bayangan titik tertentu. Penceminan terhadap sumbu X, sumbu Y, garis Y=X, garis Y=-X, sama terhadap titik asal 0. Rumusnya ada sendiri-sendiri. Bentar," jelas Dava. Tangannya bergerak membalik halaman demi halaman buku catatan Tasya, mencari tabel rumus yang biasa dibuatkan oleh Bu Anita di papan tulis yang nantinya dicatat oleh murud-muridnya.

Tangan Dava berhenti saat matanya menangkap tabel itu. Dia tersenyum dan membalikkan buku catatan tersebut ke arah Tasya. "Ini kamu catat. Masa kamu lupa?" tanya Dava. Tasya hanya mengangguk sambil tersenyum cengengesan.

"Dasar!" Dava menyentil dahi Tasya pelan.

Tasya berdecak kesal, "Jelasin!"

"Sini-sini. Misalkan titiknya (2,1) ya. Terus dicerminkan sama sumbu X. Nah rumusnya 'kan (x,-y). X-nya 'kan 2 rumus bayangannya x, jadi 2-nya tetap. Kalau titik y-nya 'kan 1, rmumusnya -y. Jadinya -1. Nah, jadi bayangan titik (2,1) itu (2,-1). Paham enggak?" jelas Dava.

Tasya mengangguk seolah paham dengan apa yang dijelaskan Dava.

"Jadi kalau titiknya (-2,-3), bayangannya berapa?" tanya Dava mencoba mengetes Tasya.

Tasya menelan ludahnya dengan perlahan. Dia menggerakkan jati-jari tangannya seolah sedang menghitung angka. "Emh ...."

Dava mengangkat satu alisnya, menungu jawaban Tasya.

"Dilihat rumusnya, Sya."

Tasya berdeham. "Rumusnya 'kan (x,-y)?" kata Tasya memperjelas sambik melirik Dava, dan Dava mengangguk mengiakan.

"Berarti bayangannya ... (2,-3)!" ujar Tasya dengan antusias saat angka itu terlintas di kepalanya.

Dava menggeleng seraya berkata, "Bukan!"

"Loh katanya tadi gitu! Kok bukan sih jawabannya?"

"Gini, Sya, rumusnya itu (x,-y). Jadi titik x itu enggak diapa-apain. Kalau titik x-nya 2, bayangannya ya 2, kalau -2, bayabgannya ya -2. Terus kalau titik y kan rumusnya -y. Kalau titiknya 3, berarti bayangannya -3. Kalau titiknya -3, bayangannya 3," jelas Dava.

"Kok bisa giu? Harusnya (2,-3)! Kamu tadi ngajarinnya gitu!" seru Tasya masih teguh dengan pendapatnya.

"Bukan, Sya," desah Dava. Tangannya sudah mulai meremas rambut bagian belakangnya.

"Kamu yakin bisa enggak sih, Dav? Masa gitu aja kamu enggak tahu?" cerca Tasya sambil memutar bola matanya malas.

Dava yang melihat itu semakin meremas rambutnya. Dia mensugesti dirinya sendiri untuk sabar, sabar, dan sabar. Ingat, Dav, dia Tasya. Gadis yang kamu suka, batin Dava seraya tangannya mengelus dadanya pelan-pelan.

"Dava, ih!"

Dava menghela napas panjang. "Kenapa, Tasya?" jawabnya dengan perlahan.

Tasya berdecak kesal. "Ini jadinya gimana?"

"Ya itu, Sya. (-2,-3) kalau dicerminkan terhadap sumbu X jadinya (-2,3), Tasya."

"Ah, masa?" ujar Tasya yang masih terlihat tidak percaya.

"Gini deh. Coba kamu cek ke Google. Benar apa enggak jawabannya."

Dava menunggu Tasya yang sedang menbuka ponselnya. Dia hampir tersedak saat Tasya benar-benar mencari jawabannya di Google.  

Dalam hati Dava menggerutu, enggak bakal ada, Sya.

"Gimana?" tanya Dava saat Tasya sudah meletakkan ponselnya di atas meja. "Asa enggak?"

Tasya menggeleng. Wajahnya terlihat cemberut dan matanya menatap sebal ke arah Dava. "Enggak adalah, Dav!"

"Udah tahu enggak ada, tapi masih aja dicari? Gimana sih?"

Lama-lama Dava kesal juga dengan Tasya yang selalu keras kepala itu. Dava selalu bertanya kapan Tasya bisa diam menerima penjelasannya dengan baik tanpa memprotes? Rasanya tidak mungkin!

Pantas aja guru-guru pada ngeluh pas ngajar Tasya, sampai guru BK turun tangan. Jadi gini rasanya? Boleh tenggelam enggak? gerutu Dava dalam hati.

"... 'kan, Dav?"

"Emh ...?" Dava mengerjapkan matanya saat mendengar suara Tasya. Dia tidak fokus pada Tasya.

"Kamu kenapa sih? Jangan bilang kamu enggak dengerin aku?!" tuduh Tasya dengan wajah yang bertambah kesal. Dava hanya mampu meringis saat pensil yang digenggam Tasya sudah melayang ke dahinya.

Dava berdecak, "Sadis!"

"Biar! Kamu sih!"

"Ya udah, setop! Aku jelasin lagi ya? Sini." Dava berdiri dan berputar mengintari meja. Dia berdiri di samping kanan Tasya dan mulai menjelaskan lagi dari awal hingga Tasya paham.

"Gimana?" tanya Dava kemudian.

"Oh ... gitu...," kata Tasya sambil cengengesan.

"Ya maaf, 'kan aku enggak tahu kalau bisa jadi kayak gitu? Jangan tatap aku kayak gitu dong! Masa gitu aja marah!"

Tasya menekuk wajahnya. Punggungnya disandarkan pada kursi karena terlalu lelah dari tadi hanya duduk berdebat dengan Dava.

Dava menggaruk pelan dahinya yang tidak gatal sama sekali. "Yang marah siapa, Sya? Astaga...."

"Udah ah! Capek ngomong sama kamu!"

"Lah, ngambek," lirih Dava.

Dava menjadi teringat kejadian beberapa hari yang lalu saat Tasya sedang marah pada Dava di depan kelas Dava. Siangnya Rico berkata: "Mengalah itu penting, Bro! Demi kesejahteraan hubungan kamu sama Tasya, mending kamu ngalah aja! Daripada doi semakin jauh, kamu bakal semakin sulit dapatin dia!"

Sejak saat itu Dava selalu menanamkan paham bahwa: mengalah itu penting!

      
      
****
TBC.

Hai!

Gimana pendapat kalian tentang bab ini?
Komen di bawah yak. 😍😍

Jangan lupa vote, vote, vote!!! 😍😍😘

Sampai jumpa di part berikutnya....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro