Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. Chatting

Pukul enam pagi, Dava sudah berada di sekolah dan sedang mencari buku literasi yang setiap hari dibacanya. Dia sudah membongkar etalase tempat penyimpanan buku literasi, namun bukunya tak kunjung ditemukan juga. Dava mengingat-ingat kembali di mana dia menaruh buku itu kemarin pagi. Terakhir dia melihat buku itu sesaat sebelum dia pergi ke ruang BK.

"Kemarin masih ada di sini, pas aku masuk, eh nggak ada. Berarti, buku itu nggak ada saat aku ke ruang BK. Nah, masalahnya di mana buku itu?"

Dava kembali mencari bukunya sampai ke laci-laci meja teman-temannya. Dava sampai membuka laci meja guru dan mengobrak-abriknya, tetapi buku itu tetap tidak dia temukan.

Lama Dava mencari, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Satu per satu temannya mulai berdatangan. Kelas yang tadinya sunyi, kini menjadi ramai. Dava semakin pusing mendengar ocehan-ocehan teman-temannya yang mirip seperti pasar pagi.

Sedang bingung mencari bukunya, Dava dikejutkan dengan tepukan di bahu kanannya. Dava mengusap dadanya dan beristigfar lalu menoleh ke samping kanan, mencari pelaku yang sudah mengejutkannya tadi.

Dava menemukan seorang laki-laki yang tengah tersenyum ceria memperlihatkan deretan gigi putihnya yang tak lain adalah Rico. Raut wajah Dava berubah masam. Dia kembali mencari bukunya tanpa memperdulikan Rico yang berjalan mengikutinya.

"Cari apa, Dav?" tanya Rico yang tidak mendapat respon dari Dava. Dia masih terdiam sambil tangannya sibuk menyibak buku, kertas, atau benda apa pun yang ada di hadapannya.

Mendapat respon seperti itu, Rico tidak tinggal diam. Dia beralih ke depan Dava dan menggebrak meja di hadapannya dengan keras hingga menimbulkan bunyi yang membuat seisi kelas menatap terkejut ke arahnya, tidak terkecuali Dava yang ada di hadapannya. Lagi-lagi Dava mengelus dadanya sambil beristigfar melihat kelakuan sahabatnya yang semakin lama semakin absurd ini. Dia melihat Rico yang mengibaskan tangannya sambil mengeluh sakit.

"Astagfirullah, Ric, jangan digebrak!" protes Dava, matanya melotot marah pada Rico yang sekarang sudah beralih meniup tangannya, berharap rasa sakitnya mereda. "Kasihan mejanya!" lanjutnya sambil mengelus meja yang tadi dipukul oleh Rico.

"Gubrak! Kasihan juga aku yang sakit nih tangannya! Masa kasihan sama meja yang dari tadi diam aja," gerutu Rico. Dia menatap sebal ke arah Dava yang sudah terkekeh geli mendengar ucapannya.

"Sudah, jangan ganggu aku dulu. Sana pergi!" usir Dava dengan mengibaskan tangan kanannya.

Rico melotot tajam. "Dikira aku ayam apa," gerutunya.

"Memang ayam!"

Rico tambah memelototkan matanya. "Pakai dengar lagi."

Dava berdecak kesal. Tangannya berkacak pinggang dan tatapannya sudah terfokus ke arah Rico. "Ck! Ya jangan gosipin orang di depannya dong! Sudah sana! Ganggu aja," cerca Dava sambil mendorong tubuh Rico menjauh.

"Ya ampun, Dav. Ini mau kubantuin loh. Siapa tahu nanti langsung ketemu barangnya? Cari apa sih?" desak Rico.

Dava menghela napas lelah. Kenapa bisa dia punya teman cerewet seperti ini? Dava geleng-geleng kepala, bingung sendiri kenapa bisa-bisanya dulu dia berteman dengan orang model seperti ini.

"Aku lagi cari buku literasi. Kemarin kutaruh di etalase. Tapi pas aku cari tadi sudah tidak ada. Ke mana ya? Kamu tahu?" jelas Dava yang kemudian bertanya pada Rico.

"Buku literasi?" ulang Rico memperjelas, dan Dava mengangguk meng-iya-kan.

"Yang sampulnya hitam?" Lagi-lagi Dava mengangguk.

"Oh, ya tahulah!" seru Rico. Dia tersenyum manis kepada Dava yang wajahnya berubah menjadi ceria.

"Di mana bukunya?" tanya Dava.

"Nih, di tasku."

Dengan santainya Rico membuka releting tasnya, lalu mengeluarkan buku bersampul hitam yang sedari tadi dicari Dava. Dava menatap horor pada buku yang kini sudah ada di tangan Rico. Langsung saja dia rebut buku itu, lalu memukulkannya pada lengan Rico.

"Ya ampun! Dicari-cari juga, ternyata kamu diambil! Kalau mau pinjam itu ngomong dong sama yang punya! Jangan asal ambil aja!" cerca Dava. Tangannya masih sibuk memukulkan buku itu pada lengan Rico yang mengaduh; minta ampun.

"Iya, iya! Ya Allah Dav, pelit banget!" gerutunya.

Bel tanda masuk sekolah berbunyi, membuat Dava yang akan kembali mengejar Rico menjadi berhenti dan kembali ke tempat duduknya. Dava mulai membaca buku tadi tanpa memperdulikan Rico yang sudah duduk di sampingnya.

Sepuluh menit kemudian, Dava mulai meringkas apa yang tadi dibacanya pada buku bersampul biru yang biasa digunakan untuk meringkas hasil literasi. Setelah selesai, dia menunggu bel kedua—setelah lima belas menit dari bel pertama—berbunyi.

Sambil menunggu, dia iseng membuka aplikasi Line dan menemukan kontak Tasya di sana. Dipencetnya kontak itu, lalu muncul foto Tasya yang terlihat cantik menggunakan gamis biru dengan kerudung senada. Dava tersenyum-senyum sendiri saat melihat status Tasya yang bertuliskan: "Calon imamku lagi disiapin sama Allah."

Dasar anak ini, ada-ada saja tingkah anehnya!

Dava harus menutup ponselnya karena bel kedua sudah berbunyi. Dia lantas berdiri tegap dan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama teman-temannya.

Ya, di sekolah Dava menerapkan sistem itu berdasarkan kurikulum 2013. Pukul tujuh bel masuk berbunyi, dilanjutkan dengan literasi sepuluh menit dan meringkas lima menit, lalu bel kedua berbunyi dan siswa berdiri tegap menyanyikan lagu Indonesia Raya diiringi dengan instrumen yang diputar lewat pengeras suara.

Lagu berhenti dan Dava kembali duduk. Dia kembali akan meraih ponselnya, tetapi suara guru Fisika membuatnya mengurungkan niat.

Nggak apa, yang penting nanti belajar bareng, batin Dava sambil tersenyum girang.

     
    
*** 
  
   
Bunyi notifikasi ponselnya membuat Dava berhenti sejenak dan mengeceknya. Dava membuka aplikasi Line-nya dan menemukan nama Tasya di urutan paling atas.

Tasya Amr
Dav, kamu di mana?

Segera saja Dava mengetikkan balasan untuk pesan Tasya.

Dava Abiyoga
Di sini

Dava menunggu balasan dari Tasya sambil duduk di jok motornya.

Tasya Amr
Di sini tuh di mana?_- 

Dava terkekeh melihat balasan pesan Tasya.

Dava Abiyoga
Di parkiran, Say.

Dava Abiyoga
Sya maksudnya. 😂

Tasya Amr
Oh.

Tasya Amr
Aku otw ke situ. Bonceng yak! 😜

Dava Abiyoga
Nggak! Jangan! Nggak muat! 😵

Tasya Amr
Jahadd. 😢 

Dava terkekeh geli. Untung saja parkiran sedang sepi. Kalau tidak, bisa disangka tidak waras dia!

Dava Abiyoga
Ya udah, buat Neng Tasya mah dimuat-muatin nanti juga muat. Sini, bonceng Abang. 😋 

Tasya Amr
I-y-u-h. 🙊 

Dava semakin tertawa. Ternyata menggoda Tasya asyik juga.

Tasya Amr
Tungguin

Dava Abiyoga
Selalu, Neng. :* 

Tasya Amr
Ter-iyuh! 😵😷  

    
  
   
**** 

TBC.

Hai! Jumpa lagi denganku! 🙌

Gimana pendapat kalian tentang bab ini?

Kasih masukannya yak teman-teman. 🙏
Jangan lupa tekan bintang juga. Siapa tahu kalian yang akan jadi pemenang pembaca teraktif. 😆

Sampai jumpa hari Rabu di bab selanjutnya....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro