Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7. Kabar Hot, Katanya

.....

Previous

Gue memutar knop pintu kamar gue santai. Gelap. Siapa yang matiin lampunya? Perasaan tadi sebelum gue pergi masih menyala, deh. Apa grandma yang matiin, ya?

Gue pun melangkah menuju sakelar untuk menyalakan lampu.

Slash

Namun, tiba-tiba saja gue seperti melihat ada sesosok bayangan hitam yang melintas di belakang gue. Ish, kok gue jadi merinding, ya. Gue pun buru-buru melangkah menuju sakelar, dan langsung menyalakan lampunya. "AAAAAAAAAAAAAAA ...!!!"

"BEDEBAH! SETAN! KAMPRET!" gue misuh-misuh dengan volume suara yang nggak pelan sambil memegangi dada gue yang dagdigdug.

"Hahahahaha!!!"

Di depan gue, kini ada seonggok manusia yang sedang tertawa dengan lantangnya.

"TEN CHITAPON SEPULUH KAMPRET! KENAPA LO PAKE MUKENA GUE, HAH?!" Gue berteriak lagi.

"Kaget, ya? Hahaha!" manusia terkampret bernama Sepuluh itu tertawa lagi, bahkan sampai berguling-guling di lantai.

"Bukan kaget lagi. Hampir jantungan iya!" Gue masih memegangi dada gue. Ya Allah ... mimpi apa hambamu ini kemarin malam sehingga malam ini hidup hamba begitu menyebalkan?

"Hahaha!" Ten sepertinya belum berniat untuk berhenti ketawa, tepatnya ngetawain gue.

"Sini! Balikin mukena gue!" Gue merebut mukena yang sampai detik ini masih menempel di badan si Ten.

"Hahaha, iya, iya." Ten pun bangkit dari acara guling-gulingannya, dan segera melepas mukena yang dia kenakan. Setelah itu, dia memberikan mukena itu ke gue.

"Sekarang, keluar lo dari kamar gue! Cepat!" Dengan tidak berperikemanusiaannya gue ngusir si Ten.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Dari arah pintu gue ngelihat orang-orang yang sepertinya habis bangun tidur. Mereka mungkin pada terganggu dengan suara lantang gue tadi. Ah, tidak. Suara ketawa Ten pun juga sama lantangnya kayak gue. Bahkan cenderung lebih mirip suara Mbak Kunti yang kakinya lagi kejepit pintu.

"Nih, urus saudara kalian satu ini. Bilangin, jangan gila-gila amat. Ogah gue punya sepupu gila," cerocos gue sambil mendorong tubuh Ten agar menjauh dari kamar gue.

Brak!

Setelah itu, gue tutup pintu kamar gue dengan keras. Gue jamin, pasti Trio Kamvret itu pada kaget. Bodoh amat. Gue lalu berjalan menuju ranjang, dan menghempaskan tubuh langsing gue di atasnya. Menatap pemandangan di atas plafon sana sambil berandai-andai.

Ah, sial!
Kenapa nggak gue foto atau rekam tadi waktu si Ten lagi pakai mukena?
Huaaaaa!
Kalau difoto, lalu di-share di sosmed, kan, akan seru gitu. Siapa tahu jadi viral.

Tapi sayang, nasi sudah menjadi bubur ayam siap makan. Semuanya sudah berlalu. Dan mungkin saja suatu saat akan terjadi lagi. Di saat itulah gue akan siap sedia dengan kamera HP gue.

.....

Gue menopang dagu sambil menatap pintu kelas dengan kesal. Masih teringat dengan momen semalam. Aaaaa! Dasar Kim Taehyung kampret! Gara-gara dia momen istimewa gue bareng Kak Sehun jadi kacau balau. Kapan lagi coba gue bisa berdua-duaan bareng doi kalau bukan semalam?

"Yak, Lee Hara!"

Gue sontak saja terkejut saat sebuah suara manggil nama gue, serta sebuah tangan yang menarik rambut indah gue. Gue pun lantas berbalik, dan melihat si Mingyu yang menatap gue dengan wajah datar.

"Wae?" tanya gue.

"Kau kenapa, hah? Habis putus cinta, ya?" tebaknya seratus persen salah. Jadian saja nggak pernah, bagaimana mau putus?

"Lo bilangin tuh si Taehyung, berhenti gangguin hidup gue."

"Ha?"

Gue berdecak kesal. Lalu, gue mendekatkan wajah gue ke wajah Mingyu. "Lo tahu, Mingyu-ya, gara-gara dia momen istimewa gue bareng calon suami jadi berantakan," ucap gue dengan mimik serius.

Brak!

Lalu gue menggebrak meja di hadapan Mingyu dengan keras, sehingga membuat cowok ganteng itu kaget sekaget-kagetnya.

"Yak, Lee Hara! Neo michyeosseo!" teriak Mingyu kemudian.

"Ne! Gue emang udah gila. Hh." Gue kemudian menghadap papan tulis.

Merasa jenuh berada di dalam kelas menunggu bel masuk berbunyi, gue pun memutuskan untuk keluar kelas.

"Aduh!" Namun, baru sampai di pintu kelas, gue sudah menabrak seseorang. Itu si Jaehyun, sang ketua kelas.

"Kau tak apa-apa?" tanya Jaehyun cemas. Aduh, jangan gitu dong, Jae. Gue bisa berpaling lama-lama dari My Bebeb Sehun kalau lo kayak gini.

"Y-ya, aku tak apa-apa. Hehehe," jawab gue. Kok jadi canggung, sih?

"Mianhae/mianhae," ucap kami berdua bareng. Duh, kok kebetulan banget, sih.

"Ng ... Jaehyun-ssi. Aku yang salah, jadi aku yang harusnya minta maaf." Duh, sopan banget, ya, gue.

"Aniya. Aku yang salah. Aku tadi yang jalannya kurang hati-hati." Jaehyun nggak mau kalah.

"Ah, terserah kau saja kalau begitu." Kalau terus dilanjutin akan sangat panjang, dan mungkin saja bisa ngalahin panjangnya episode sinetron di Indonesia. "Dah ... aku mau rileksasi dulu ...." Gue lalu pergi meninggalkan Jaehyun dengan seenak jidat.

Di sinilah gue sekarang. Duduk di bawah pohon rindang yang tumbuh di dekat lapangan basket outdoor. Gue lalu merogoh hape di saku blazer. Ngaca dulu, guys. Siapa tahu ada Kak Sehun lewat.

"Yak, Hara-ssi!"

Astagfirullahaladzim! Kenapa sih, pada hobi banget ngagetin gue?

"Yak, Lee Hara!"

Itu Oh Seon Hee. Datang-datang langsung ngagetin orang.

"Iya-iya, gue denger. Ada apa?" tanya gue seraya masih ngaca.

"Kau tahu, semalam Hanbin menyatakan perasaannya padaku," terangnya.

"Terus, apa hubungannya dengan gue?"

"Aku minta saranmu. Kira-kira aku balas tidak, ya?"

Yaelah. Gitu doang pakai bingung segala. Lagian, Hanbin ganteng, kok. Cowok itu penghuni kelas 2-A.

"Ya ... kalau lo suka, terima aja."

"Tapi, tidak apa-apa, kan?"

"Maksudnya? Yak, kalau yang nyatain itu Sehun Sunbaenim baru gue nggak terima."

"Hehehe, gomawoyo, Hara-ya ... aku akan mendengarkan saranmu." Seon Hee tiba-tiba saja meluk gue.

"Yak, lepas!" pekik gue.

"Hehehe, mian."

Enak banget dia ada yang nembak. Cowok alim lagi. Lha gue, malah si Taehyung. Ih, nggak adil.

Oh, Kak Sehun!
Kapan dikau akan nembak adik yang cantik ini?

.....

Cinta yang bertepuk sebelah tangan itu berat.
Nggak percaya?
Sini, kalian coba gantiin gue di posisi itu.

.....

Dalam sejam itu ada enam puluh menit. Entah butuh berapa jam lagi untuk membuat Kak Sehun jadi pacar gue.

Beberapa hari telah berlalu, dan hubungan gue dengan Kak Sehun masih biasa saja. Kami memang sering bertemu, tetapi nggak ada obrolan sama sekali. Hanya lewat saja dan doi tersenyum ke gue. Hanya sebatas itu. Mana taruhan gue sama si Amira lagi. Ya, walaupun konsekuensinya mudah banget, sih.

Gue sekarang lagi ada di dalam kamar, merenungi nasib cinta gue yang nggak bahagia seperti Song Joong Ki dan Song Hye Kyo. Gue juga masih kepikiran mengenai kakak kandung gue yang batang hidungnya entah di mana itu.

Ting! tong!

Plis, itu bukan bunyi bel rumah Grandma, tetapi bunyi dari hape gue. Gue pun langsung menyambar hape gue yang tergeletak di atas kasur. Sebuah notifikasi dari grup chat di LINE.

Class Cool

Han Jisoo : Ada kabar terpanas, yeorobun!

Cha Eunwoo : Apa-apa?

Dahi gue mengkerut. Penasaran juga sebenarnya. Jangan sampai kabar hot tentang Kak Sehun yang punya pacar baru. Maldo andwe! Kalau pacarnya itu gue, baru tak mengapa.

Han Ji Soo : Kai Sunbaenim jadian sama si Jennie

Yaelah. Kirain kabar hot apa. Ternyata hanya itu. Palingan bentar lagi juga putus tuh. Serius, deh. Si Temsek itu playboy.

Cha Eunwoo : Oh

Jeon Jungkook : Oh (2)

Kim Mingyu : Oh (3)

Han Ji Soo : Kenapa responsnya biasa saja, sih? Kan, memang kabar terpanas

Han Ji Soo : Yak!

Han Ji Soo : Aku diabaikan :'(

Gue membuang hape ke kasur setelah bosan lihat grup chat yang isinya hanya begitu doang. Ingin rasanya gue chat-an dengan Kak Sehun. Namun apa daya, gue nggak punya nomor hapenya. Bahkan akun LINE-nya gue nggak tahu.

Gue kemudian keluar dari kamar. Seperti biasa, di depan televisi gue melihat tiga manusia kampret tengah nonton kartun Pororo. Gue pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar lagi. Lagi males gue lihat mereka.


Bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro