Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Gara-Gara Kim Taehyung

.....

"Ma!"

"Apalagi, Karin? Mama sibuk."

"Please, Ma. Tolong jelaskan itu ke Karin. Kenapa Mama menyembunyikan hal itu dari Karin? Kenapa, Ma ...?"

Tut tut

Gue mendesah kesal saat panggilan gue sengaja diputus oleh Mama. Gue lalu mencoba menghubunginya lagi, namun di-reject. Apa Mama sudah nggak sayang lagi sama gue? Kenapa Mama seperti itu? Padahal, gue hanya pengin tahu saja, siapa kakak kandung gue sebenarnya.

Papa pun demikian, sama seperti Mama. Menyembunyikannya rapat-rapat dari gue.

Gue lalu melempar HP gue ke atas ranjang. Fakta itu membuat gue menjadi lebih sering mendengus kesal.

Gue kemudian keluar dari kamar. Pengin rasanya pergi jalan-jalan, meskipun hanya di Sungai Han saja.

Tapi, kalau jalan-jalan hanya seorang diri rasanya kurang seru. Gue pun memutuskan untuk mengajak ketiga sepupu gue.

Gue melihat Taeyong, Yuta, dan Ten sedang menonton TV di ruang keluarga. Gue pun berjalan menghampiri mereka bertiga. "Eh, kalian bertiga! Temenin gue, yuk!"

"Ke mana?" tanya Ten.

"Ke luar. Bosan gue di rumah. Suntuk," jawab gue.

"Malas," ujar Ten kemudian.

Gue pun mendengus kesal. Mereka bertiga tetap fokus pada layar televisi yang mempertontonkan sebuah variety show terkenal di Korea Selatan.

Gue lalu merampas remot TV yang sedang dipegang oleh Yuta. Lalu, dengan entengnya gue memencet tombol power-nya. Gue kemudian melengos pergi, tentunya sesudah melempar remot tersebut ke pangkuan Yuta.

Malam ini, rasanya gue pengin banget meninju wajah seseorang. Gue nggak lagi PMS, tapi bawaannya emosian melulu dari tadi. Penyebabnya yaitu gara-gara Mama yang mengakhiri panggilan gue tadi tanpa sepatah kata apa pun.

oOo

Gue merenung di tepi Sungai Han. Tidak ada tempat yang nyaman buat meratapi nasib selain di sini. Karena, jika kita sudah tidak kuat, langsung saja lompat ke dalam air sungai. Bunuh diri. Tapi, gue nggak akan melakukan hal itu. Dosa. Dan, gue nggak mau kalau besok pagi foto dan nama gue terpajang di koran dengan judul "Seorang gadis remaja ditemukan tewas di Sungai Han". Kan, nggak elite. Lagian, gue bisa berenang.

Kalau menurut orang lain, mungkin tempat yang cocok untuk meratapi nasib adalah bar. Tapi gue tidak. Gue belum layak untuk masuk ke sana.

Sekarang, gue sendirian di sini. Memandangi gedung-gedung pencakar langit di seberang sungai sana. Seandainya gue tidak jomblo, gue pasti sudah mengajak pacar gue ke sini. Namun, apalah daya gue. Nasib berkata lain.

Gemerlap lampu jalan seakan-akan mengejek gue di sini. Mereka tersenyum bahagia melihat gue yang sendirian, kesepian, dan jomlo ini. Oke, sepertinya gue sudah mulai kehabisan obat kewarasan.

Gue tambah merasa ngenes saat melihat sepasang kekasih sedang duduk bersama menikmati cokelat panas tak jauh dari gue. Duh, inikah nasib gue? Kenapa seperti ini?

Sabar, Hara-ya, sabar ... jangan tunjukkan kengenesan lo sekarang.

"Hei!"

Gue langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara seorang cowok yang berseru. Oh My God! Bolehkah gue berteriak sekarang?

Di sana, gue melihat seorang Oh Sehun sedang berjalan menghampiri gue. "Ini, buatmu." Dia memberi gue segelas minuman kaleng.

Gue cengo. Rasanya itu seperti mimpi. Ya Tuhan ... jangan bangunkan gue sekarang. Gue nggak mau momen kayak gini berakhir sekarang.

"Lee Hara-ssi."

"A-ah, iya." Ternyata ini bukan mimpi. Gue pun menerima pemberian Kak Sehun. Cowok ganteng itu kini duduk di sebelah gue. Di sebelah gue. Untuk yang ketiga kalinya. "Terima kasih, Sunbae," ucapku.

Gue bahagia banget mengetahui kalau Kak Sehun tidak melupakan nama gue. Kalian tadi mendengarnya sendiri, kan, waktu dia memanggil nama gue.

"Kau sendirian di sini?" tanya Kak Sehun.

"Ah, ne. Aku sendirian," jawabku kikuk.

"Um ... di mana pacarmu?"

Krik krik

Gue seperti mendengar suara jangkrik setelah mendengar pertanyaan Kak Sehun tersebut. Pacar? Masih di tangan Tuhan. Gue takut mau mengambilnya. "Ng ...," gue menggeleng, "aku tidak punya pacar."

"Benarkah?"

Iya, Kak Sehun sayang. Karina Larasari yang cantik ini tidak punya pacar alias jomlo. "Iya." Gue lalu meminum minuman pemberian Kak Sehun. Rasanya seperti cola. Semoga saja tidak mengandung racun atau peletnya.

"Tapi, di sekolah aku sering melihatmu jalan bareng sepupunya Byun Baekhyun."

"Uhuk!" Gue tersedak. Sepupunya Byun Baekhyuk, kan, Kim Taehyung. Gila! Masa Kak Sehun mengira kalau gue pacaran sama si Taehyung, sih. Oh, astaga!

"Kau tidak apa-apa?"

"Ah, aku tidak apa-apa. Hanya ... kaget saja."

"Apa dia namjachingu-mu?"

"A-aniyo. Tentu saja bukan."

"Ah, begitu, ya."

"I-iya."

Kak Sehun lalu tersenyum. Duh, semoga saja pulang dari sini gue nggak terkena diabetes dadakan.

"Ng ... Sehun Sunbae kok sendirian saja. Chanyeol Sunbae dan Kai Sunbae mana?" tanya gue. Nggak kayak biasanya Kak Sehun hanya pergi sendirian.

"Mereka sibuk mengerjakan PR," jawab Kak Sehun.

Wah, rajin sekali mereka. Salut, deh. Gue kira seorang Park Chanyeol hanya rajin senyum ke semua orang saja. Dan, gue juga mengira kalau seorang Kim Jongin hanya rajin merayu wanita saja. Oke, inilah yang dinamakan 'Don't judge a book from the cover'.

"Ng ... terus, kenapa Sunbae tidak ikutan mengerjakan PR juga?" tanya gue.

Kak Sehun tersenyum. Oke, fix. Lama-lama gue bisa kena diabetes sungguhan.

"Aku sudah menyelesaikannya dari kemarin," jawab Kak Sehun.

Kak Sehun benar-benar rajin. Betul-betul calon suami idaman. "Ah, begitu." Gue mengangguk-angguk paham. "Lalu, apa yang Sehun Sunbae lakukan kemari?" tanya gue kemudian. Jiwa kepo gue mulai muncul.

"Ah, hanya ingin jalan-jalan saja. Bosan kalau hanya di dalam rumah saja. Biasalah, anak muda memang seperti itu. Terus tadi, aku tak sengaja melihatmu. Jadilah sekarang aku di sini, bersamamu. Daripada sendirian. Bukankah begitu?" jelas Kak Sehun panjang lebar.

"Ah, iya."

"Terus, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kak Sehun.

"Ng ... hanya ingin menikmati angin malam saja. Sama seperti Sehun Sunbae, aku juga bosan berada di rumah," jawabku.

"Dingin, ya," ujar Kak Sehun tiba-tiba. "Kau tidak kedinginan?"

"Tidak." Apa Kak Sehun tidak melihat pakaian yang gue kenakan sekarang, ya? Wahai Kak Sehun sayang, calon istrimu yang cantik ini memakai jaket tebal.

"Tapi kenapa aku merasa kedinginan, ya?" Kak Sehun menggesek-gesekkan kedua telapak tangannya.

"Ng ... aku juga tidak tahu." Bingung, sungguh sangat bingung, gue mesti jawab apa.

"Lee Hara!"

Gue langsung menoleh ke belakang saat mendengar ada suara yang memanggil nama gue dengan lantang. Dan, gue langsung mendengus saat melihat siapa pemilik suara itu. Kim Taehyung. Kenapa, sih, tuh cowok selalu ada di saat gue lagi asyik-asyiknya berduaan sama cogan? Apa mungkin dia sengaja diutus oleh Tuhan agar gue nggak berdua-duaan sama cowok, ya? Agar tidak terjadi hal-hal yang menimbulkan fitnah.

Tapi ... bukankah orang ketiga adalah setan? Berarti, Taehyung setannya, dong.

Taehyung langsung duduk di tengah-tengah antara gue dan Kak Sehun. Dasar, pengganggu. "Ingat, seorang laki-laki dan perempuan dilarang berdua-duaan," tutur Taehyung.

Hh ... mulai lagi. "Yak, Taehyung-ssi, apa yang kau lakukan di sini, hah?"

"Tentu saja untuk menemui dirimu, Lee Hara-ya, calon istri masa depanku."

"Apa?" Kak Sehun langsung terkejut.

KIM TAEHYUNG! SEANDAINYA MEMBUNUH ORANG ADALAH PERBUATAN YANG HALAL UNTUK DILAKUKAN, SUDAH GUE BUNUH LO DARI KEMARIN!

"Yak, Taehyung-ssi! Kau jangan asal bicara, ya." Gue mencoba mengelak. Jangan sampai Kak Sehun percaya dengan omongan nggak berfaedahnya si Taehyung itu.

"Aku tidak pernah asal bicara, Hara-ya. Kau tahu, tidak ada yang tahu ke depannya takdir kita akan seperti apa. Siapa tahu, Tuhan menakdirkan kita bersama di masa depan. Wah, itu berarti Tuhan mengabulkan doa-doaku."

"Ya, aku sangat setuju denganmu, Kim Taehyung-ssi," kata Kak Sehun.

Ish, kok gue jadi kesel pakai banget, ya. Taehyung kampret! Gara-gara lo, Kak Sehun jadi terhasut.

"Kamsahamnida, Sunbaenim," ucap Taehyung sambil membungkuk beberapa derajat ke arah Kak Sehun.

Tsk, gue benar-benar enek sekarang. Suasana yang seharusnya menjadi indah, kini hanya tinggal kenangan. Dan, itu semua gara-gara seorang cowok bernama KIM TAEHYUNG.

Gue pun memutuskan untuk pergi dari sana. Percuma ada Kak Sehun di depan gue, kalau di sisi lain juga ada Taehyung.
Taehyung berniat mengantar gue pulang, namun langsung gue tolak mentah-mentah. Gue bisa pulang sendiri. Beruntung, dia tidak ngeyel.

"Lee Hara-ssi!"

Namun, baru selangkah kaki gue melangkah, Kak Sehun memanggil gue. Gue pun berbalik. Ini karena Kak Sehun yang memanggil. Coba kalau Taehyung, males banget gue.

"Ayo kita makan ramyun," ajak Kak Sehun.

Gue langsung tersenyum lebar. Namun, ketika melihat ada wajah Taehyung di sana, gue langsung menyunggingkan bibir ke bawah. Pait! Pait!

"Ng ... maaf, Sunbae, aku tidak bisa. Ini sudah malam, dan aku harus pulang," tolak gue.

Lain kali saja, ya, Sayang. Saat tidak ada si pengganggu di antara kita.

Gue pun pulang sambil menunduk kesal. Malam yang seharusnya gue nikmati bersama Kak Sehun, harus raib hanya gara-gara Kim Taehyung.

oOo

"Assalamualaikum," ucap gue begitu memasuki rumah. Dijawab nggak dijawab pun, gue nggak peduli. Yang penting, gue sudah mengucapkan salam.

Gue melihat keadaan rumah yang bisa dibilang sepi itu. Grandma dan grandpa sepertinya sudah tidur. Trio kampret, mungkin mereka lagi di dalam kamarnya masing-masing.

Gue memutar knop pintu kamar gue santai. Gelap. Siapa yang matiin lampunya? Perasaan tadi sebelum gue pergi masih menyala, deh. Apa grandma yang matiin, ya?

Gue pun melangkah menuju sakelar untuk menyalakan lampu.

Slash

Namun, tiba-tiba saja gue seperti melihat ada sesosok bayangan hitam yang melintas di belakang gue. Ish, kok gue jadi merinding, ya. Gue pun buru-buru melangkah menuju sakelar, dan langsung menyalakan lampunya. "AAAAAAAAAAAAAAA ...!!!"








Bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro