Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 27

Silvia berteriak memanggil nama Xander berulang kali. Dirinya benar-benar kesal dengan lelaki itu.

Namun aksi kejar-kejaran keduanya belum usai. Silvia masih gencar mengejar si lelaki walau kedua kakinya mulai pegal.

"Udah, ah, Via capek ngejar kamu," keluh gadis itu.

Silvia berjongkok sambil menetralkan pernapasannya. Lalu ia meluruskan kedua kakinya dan memijitnya pelan guna mengurangi pegal.

Xander yang sudah lari jauh di depannya langsung berbalik dan berjalan mengarah ke Silvia.

"Kamu kenapa?" tanya si lelaki. Wajahnya tampak polos ketika mengucapkannya.

"Capek, kaki Via pegel gara-gara ngejar kamu tapi gak pernah dapet," rengeknya.

Xander tertawa renyah."Kamu gak perlu ngejar aku, karena aku udah jadi milikmu."

Perkataan Xander sukses membuat Silvia merona. Pipinya semerah udang rebus sekarang.

Tanpa dikomando, Xander menggendong Silvia dan mendudukkan gadis itu di atas pasir pantai yang agak jauh dengan bibir pantai.

Tangannya bergerak memijat kaki Silvia yang pegal. Gadis itu terkejut dibuatnya.

"Gak usah, Xander. Via gak—" Ucapannya terpotong karena disela oleh Xander.

"Gak papa, aku gak suka liat kamu sakit," sela lelaki itu.

Silvia tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi. "Makasih ya."

Gadi itu kemudian berdiri. Lalu menampilkan senyum aneh yang membuat Xander mengerutkan dahi bingung.

Ia melumuri salah satu pipi Xander dengan pasir basah lalu berlari menjauh dari si lelaki.

"Itu balesan Via buat kamu, wlee," ejeknya. Gadis itu menjulurkan lidahnya pada Xander sambil terus berlari.

Aksi kejar-kejaran kembali terjadi. Silvia jadi teringat mimpinya karena hal itu, ia sangat ingat jika dirinya berlari menjauh karena Xander sangat menyebalkan, namun lelaki itu berhasil menangkapnya. Rasanya seperti deja vu.

Xander dengan langkah lebarnya mampu menyamai langkah, lelaki itu dapat menangkap Silvia dengan cepat. Ia memeluk Silvia dari belakang, lalu membisikkan sebuah kata. "Kau tidak akan pernah bisa kabur dariku."

Degh
Jantung Silvia rasanya ingin berpindah ke lambung sekarang. Ia sangat ingat kata-kata itu. Kata yang diucapkan Xander barusan sama persis dengan yang diucapkannya ketika di mimpi Silvia.

Gadis itu memberontak dari dekapan Xander, tapi lelaki itu malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Lepas ih!" pinta Silvia.

"Gak akan pernah," kata Xander santai.

Gadis itu mendengus kasar, Xander dapat mendengar dengusan si gadis yang masih berontak dari dekapannya.

Sebuah ide jail terlintas di benak Xander. Lelaki itu menggelitiki pinggang Silvia hingga si gadis merasa geli.

"Ih geli ..., " ujar Silvia. Gadis itu menggeliat ingin menghindar dari gelitikan Xander, namun sia-sia saja usahanya.

Dengan sekuat tenaga, Silvia mendorong Xander hingga mereka berdua jatuh terjungkal ke pasir. Keduanya tertawa keras karena karena hal itu.

Keduanya saling bertukar pandang. Menatap lekat netra masing-masing, seolah mereka saling terpikat oleh pesona keduanya.

Hening, hanya suara deburan ombak yang menemani atmosfer keduanya. Silvia yang menyadari hal itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah pantai.

Gadis itu terpukau dengan pemandangan pantai yang indah, mentari mulai terbenam, kembali ke peraduannya, menyisakan warna jingga yang memenuhi langit sore.

"Wah sangat indah," ujarnya takjub.

Xander mengikuti arah pandang Silvia, menatap tenggelamnya matahari yang sangat indah. Lalu matanya kembali fokus menatap Silvia.

"Pemandangan di depanku, jauh lebih indah," katanya.

"Sunset di pantai memang sangat indah." Silvia menjawab perkataan Xander masih dengan menatap hamparan lautan di depannya.

"Bukan sunset-nya, tapi pemandangan di depanku" sanggah Xander.

"Emang kamu mandangin apa?" tanyanya. Ia menoleh ke arah Xander, dirinya baru menyadari jika lelaki itu menatapnya sedari tadi.

Pipi Silvia kembali memerah, namun dengan cepat ia kembali mngubah mimik wajahnya. Entah mengapa perkataan Xander membuat hatinya mudah luluh.

"Apa yang salah sama jantung aku? Kenapa detakannya cepet banget?" batinnya sedikit cemas.

Xander yang menyadari perubahan Silvia dilanda panik. "Kamu kenapa? Pusing lagi?"

Silvia menggeleng pelan lalu menatap Xander dengan tatapan polos. "Jantung Via kayaknya bermasalah deh, soalnya gampang banget berdebar kenceng."

Xander yang mendengar ucapan polos si gadis langsung tertawa. "Kau begitu polos." Mencubit hidung Silvia hingga memerah.

"Aww sakit!" pekiknya. Si gadis mengelus hidungnya yang memerah, berharap sakitnya sedikit reda.

Silvia yang masih ditatap lekat oleh Xander semakin gugup, ia meneguk salivanya berulang kali saking gugupnya. Jantungnya kembali berdebar kencang.

"Makasih ya, udah mau nemenin aku di sini." Xander kembali tersenyum hangat. Senyum yang nampak tulus, membuat Silvia semakin luluh.

Silvia mendekatkan diri ke arah bibir pantai, bermain dengan air yang terlempar sampai ke pasir karena angin.

"Sialan, kau selalu berhasil satu langkah di depanku. Takkan kubiarkan Silvia menjadi milikmu, dia adalah kunci kehidupanku," geram seseorang yang sedari tadi mengawasi mereka berdua.

Lelaki itu mengenakan pakaian serba hitam, masker, kacamata, dan topi dengan warna senada baju.

Lelaki itu terkekeh kemudian, ia mengacungkan jarinya ke arah pantai. Ombak yang tadinya kecil, kini mulai membesar, membuat Silvia yang sedang bermain air jadi terseret ombak. Setelahnya si lelaki menghilang dari sana.

Silvia panik, ia berusaha berenang ke tepian pantai, namun ombak seakan melarangnya ke sana, membuat gadis itu makin menjauh ke tengah. Xander yang melihat hal itu langsung berlari dan menyusul Silvia, menyelamatkan gadisnya.

Lelaki itu kesulitan karena ombak semakin besar. Silvia hanya bisa pasrah, badannya sudah lemas karena kelelahan berenang, hingga akhirnya ia pingsan dan mulai tenggelam.

Xander semakin panik, lelaki itu terpaksa menggunakan kemampuannya untuk menyelamatkan gadisnya. Ia ucapkan sebuah mantra dalam batinnya, lalu telapak tangannya mengeluarkan cahaya berwarna keemasan.

Cahaya itu perlahan mendekati tubuh Silvia yang sudah mulai tenggelam dan menarik gadis itu naik ke atas.

Dengan cepat, Xander menggendongnya ala brydal style lalu meletakkannya di atas pasir. Lelaki itu menepuk-nepuk wajah Silvia agar terbangun, namun si gadis masih betah memejamkan matanya.

Xander memberikan teknik CPR pada Silvia, lelaki itu menekan dada Silvia berusaha mengeluarkan air yang tak sengaja tertelan. Ia lakukan hal itu sampai Silvia terbangun.

Gadis itu terbatuk dan mengeluarkan air laut dari paru-parunya. Xander membantunya duduk dan menepuk punggungnya, membantu Silvia mengeluarkan sisa air.

"Kamu gak papa kan, Via?" tanya Xander.

Lelaki itu nampak pucat, ia benar-benar khawatir jika terjadi sesuatu pada gadisnya. Silvia yang ketakutan langsung memeluk Xander. "Via takut."

Xander mengusap punggung Silvia pelan guna menenangkan gadis yang berada di dekapanannya kini, sesekali ia juga memijit bahu Silvia.

"Kita pulang ya, udah malem. Baju kamu juga basah, kita cari baju ganti dulu," ajak Xander. Silvia hanya mengangguk, dirinya masih shock akan kejadian barusan.

Lagi-lagi nyawa Silvia hampir melayang. Dulu ketika festival bersama Austin, sekarang di pantai bersama Xander. Gadis itu semakin takut dan kalut, ia tidak ingin mati, ia masih belum siap meninggalkan orang-orang yang ia sayangi.

Terlebih Silvia juga masih belum menemukan titik terang dari segala teka-teki di mimpinya. Dirinya tak ingin menjadi arwah penasaran selamanya.

"Siapa sebenernya yang pengen ngebunuh Via? Apa bener perkataan Xander waktu di coffe shop kalau Xavier masih hidup dan ngincer Via?" batin si gadis.

Xander menggendong Silvia, gadis itu hanya pasrah. Setelah masuk ke dalam mobil dan menggunakan safety belt, mereka pulang.

To Be Continue

Bagaimana dengan part ini?
Semoga suka dan ga bosen 😊😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro