Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 2 : Taman

Hai semuanya, part ini sudah selesai direvisi
jika masih ada kesalahan dalam penulisan, segera beritahu penulis ya
supaya bisa deperbaiki lagi nantinya
Terima kasih dan selamat membaca

*****





Silvia tengah berjalan-jalan di taman sekarang. Namun dirinya tidak sendirian. Ada empat pengawal dan dua pelayan yang menemaninya.

Hal itu membuatnya sedikit risih. Ia jadi kesusahan untuk kabur dari kastil istana. Apalagi Xander yang sedari tadi menempel pada gadis itu.

"Kak, jangan terlalu dekat denganku!" keluh Silvia. Nada suaranya terdengar seolah ia tengah kesal.

"Ibu yang menyuruhku menemanimu, lagipula aku sangat yakin kau akan lebih suka bersamaku dibanding dengan Xavier," ujarnya ketus.

"Apa hubungannya dengan aku yang menyuruhmu sedikit menjauh?" ketus Silvia.

"Kenapa kau menyuruku untuk menjauh padahal aku ingin selalu berada di dekatmu?" Pertanyaan Xander membuat Silvia bingung harus berkata apa.

Jika saya Xavier juga ada di sini dan ikut menemani dirinya berjalan-jalan. Namun sayang lelaki itu pergi.

Ya, Xavier sebenarnya juga ikut mengawal Silvia jalan-jalan. Namun ia terpaksa pergi karena sang raja memanggilnya. Ada tugas penting untuk pangeran tampan itu.

Silvia menghela napas kasar. Lelaki itu sepertinya ingin menguji batas kesabaran Silvia.

Silvia berlari menjauh dari para pengawal dan kakaknya. Namun langkahnya terasa sulit karena gaun berat yang ia pakai.

Xander yang terkejut akan tindakan adiknya berteriak. "Kau mau lari kemana, hah?" Lalu ikut menyusul sang adik bersama para pengawal dan pelayan.

Silvia menoleh ke belakang, tersenyum mengejek ke arah Xander, bahkan Silvia menjulurkan lidahnya pada lelaki itu. Lalu melanjutkan acara larinya.

Namun dirinya mendadak berhenti karena melihat sebuah siluet hitam. Mata Silvia sangat jeli. Ia bisa melihat bayangan itu dengan jelas. Siluet lelaki dan perempuan yang tengah berlari bersama. Namun hanya sebentar, karena setelahnya siluet itu menghilang.

Xander yang melihat adiknya mendadak bergeming langsung memeluknya dari belakang. "Kena kau!"

Silvia terkejut. "Kau tidak akan bisa kabur dariku!" bisik Xander tepat di telinga adiknya.

Silvia menoleh ke samping memandang wajah sang kakak. Dirinya terpukau melihat ketampanan Xander. Apalagi senyum lelaki itu sangat indah.

Entah kenapa Silvia merasa aneh melihat senyum itu. Seolah ia pernah melihatnya sebelum ini.

Tiba-tiba, kepalanya terasa pusing. Tempat pijakannya seolah berputar. Ia jadi sangat mual.

Silvia memegangi kepalanya yang terasa pusing. Ia jatuh terduduk karena tak kuat menahan pening yang menghantam.

Xander yang melihat hal itu langsung berjongkok. "Ada apa? Apa yang sakit?" tanyanya dengan raut khawatir.

"Kepalaku pusing," jawabnya. Ia masih setia memegangi kepalanya.

Tanpa diduga, Xander mengangkat tubuh Silvia dengan gaya brydal style menuju kamar gadis itu. Pengawal dan pelayan mengekor di belakang mereka.

Xander sedikit berlari. Tubuh Silvia yang kecil dan ringan membuat lelaki itu dengan mudah membawanya.

Setelah sampai di dalam kamar. Xander menurunkan Silvia dari gendongannya. Ia rebahkan gadis itu di ranjang secara pelan dan hati-hati seolah Silvia adalah batu berlian yang rapuh. Sangat berharga.

Lelaki itu duduk di sampingnya. Memijit ringan kepala sang adik. Silvia terharu dibuatnya. Padahal baru tadi pagi gadis itu mengira Xander orang yang kejam karena nada bicaranya yang ketus terhadapnya.

"Masih pusing?" tanya lelaki itu. Tangannya masih setia memijit pelipis Silvia.

Silvia menggeleng pelan. Ia meraih kedua tangan Xander yang memijit kepalanya lalu menjauhkan tangan kekar lelaki itu dari kepalanya.

Silvia merubah posisinya dari tidur menjadi duduk. Menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang.

Ia menatap mata Xander lalu tersenyum manis. "Terima kasih," katanya.

Xander hanya berdehem menjawabnya. Raut wajahnya yang terlihat khawatir sudah lenyap. Lelaki itu kembali menatap Silvia dengan sorot mata yang dingin. Sama seperti yang dilakukannya tadi pagi di ruang makan.

Silvia yang melihat itu menjadi sedikit kikuk. Pandai sekali lelaki itu menjungkir-balikkan hati Silvia.

Padahal gadis itu tadinya sudah luluh. Tapi melihat perubahan Xander, ia mencelos. Sepertinya ia salah duga lagi dengan lelaki itu.

"Masih ada yang sakit?" Xander bertanya dengan nada datar. Silvia mendengus mendengarnya.

"Air," tunjuk Silvia pada segelas air putih yang ada di meja yang dekat dengan ranjangnya.

Xander mengambilkan gelas itu dan menyodorkannya pada Silvia tanpa mengatakan hal apapun.

Silvia menerimanya dan langsung meminum air itu sampai tandas.

Tak lama pintu kamar Silvia terbuka. Tampaklah Xavier, kakak kedua Silvia.

Lelaki itu berjalan menghampiri Silvia dengan raut wajah khawatir. Xander yang melihatnya hanya merotasikan kedua matanya.

"Belva, kau baik-baik saja? Tadi pengawal memberitahuku jika kau pingsan di taman." Xavier menggenggam jemari tangan kiri Silvia dengan erat. Matanya memancarkan kekhawatiran.

Silvia yang sudah selesai dengan acara minumnya meletakkan gelas kosong miliknya ke samping tubuhnya. Dan dengan cekatan, Xavier memindahkam gelas kosong itu ke lantai.

Gadis itu menatap Xavier sambil tersenyum hangat. Mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Silvia nyaman berada di samping Xavier. Lelaki itu terlihat lemah lembut dan penyanyang. Berbeda dengan Xander yang kaku.

"Aku baik-baik saja, Kak, hanya sedikit pusing." Silvia mengembangkan senyumnya.

Seulas senyum tersungging di wajah Xavier yang tampan. "Syukurlah," katanya.

"Jika kalian ingin bermesraan di sini. Ingatlah, kalian tidak hanya berdua! Masih ada aku di sini," tegur Xander. Lelaki itu mengatakannya dengan nada yang sinis.

Silvia mengerutkan keningnya dan menatap Xander dengan tatapan sinis. Tanda ia tak suka dengan lelaki itu. "Dasar lelaki menyebalkan. Untung saja kau itu kakakku di sini," desisnya dalam hati.

Xavier terkekeh mendengar sindrian sang kakak. "Ada ada dengan dirimu, Kak? Bukankah biasanya kau yang paling perhatian dengan Belva?" goda Xavier sambil menaik turunkan kedua alisnya ke arah Xander.

Lelaki itu langsung pergi tanpa mengatakan apapun. Bahkan pintunya ia tutup secara kasar. Membuat mata Silvia melotot karena terkejut.

"Ada apa dengan kakak pertama kita?" tanya Silvia bingung.

"Mungkin dia belum siap kehilangan dirimu?" Silvia menatap Xavier dengan tatapan bingung. Sebenarnya lelaki itu memberitahu atau bertanya?

"Kehilangan diriku? Apa aku akan pergi jauh setelah ini?" Silvia menatap mata Xavier.

"Sangat jauh, karena kau akan pergi ke neraka." Lagi-lagi Silvia mendengar suara aneh di telinga.

Gadis itu bergidik ngeri karena suara tawa dari entah siapa memenuhi indra pendengarannya.

Jika ia tak salah dengar. Itu artinya dirinya dalam bahaya. Ada yang ingin membunuhnya. Silvia harus berhati-hati di sini. Ia tak mengenal siapapun di sini. Semua orang berpotensi menjadi tersangka percobaan pembunuhan atas dirinya.

"Apa jangan-jangan kejadian Belva yang tenggelam di danau ada hubungannya dengan suara ini?" pikirnya.

Xavier yang melihat adik perempuannya melamun, menepuk pundak gadis itu. Membuat Silvia terkesiap.

"Apa yang kau pikirkan?" Silvia menggelengkan kepalanya dan berkata tidak. Gadis itu tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya jika ia mendengar suara misterius yang mengincar jiwanya.

"Bisa tinggalkan aku sendiri, Kak? Aku ingin beristirahat," pintanya pada Xavier.

Lelaki itu mengangguk. Ia membenarkan posisi tidur adiknya dan menarik selimut hingga menutupi dada.

"Kakak keluar ya." Silvia mengangguk.

Xavier melangkah keluar kamar. Sebelum menutup pintu kamar adiknya, lelaki itu menatap Silvia sejenak dengan tatapan yang menyiratkan kasih sayang.

Hati Silvia menghangat melihat hal itu. Jika saja kehidupan aslinya seperti ini, ia pasti akan sangat gembira.

Hidup bersama keluarga yang utuh dengan sejuta kasih sayang yang ditorehkan oleh keluarganya pada dirinya.

Tanpa ia sadari jika bahaya besar yang mengincar jiwanya adalah salah satu dari orang terdekatnya.




To Be Continue

Aku kembali
Bagaimana dengan part ini?
Jangan lupa dukung aku dengan voment kalian ya 😊😊
Love you all

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro