5
"Ini tak masuk akal" Minju berujar pada Ae yoo.
Gadis Cho itu baru saja menjelaskan beberapa hal yang sulit diterima oleh akal sehat Heo Minju. Ya meski sebenarnya segala hal sudah tak masuk akal bagi Minju setelah dia sadar dari komanya. Akan tetapi pejelasan dari Ae yoo semakin menambah deretan hal tak masuk akal di kepala Minju. Gadis Heo itu mendadak pusing kini, bahkan dia ingin sekali merutuki nasib yang dia alami.
"Kau mengatakan semua ini tak masuk akal saat kau sudah mengalami kejadian ini sendiri?" Balas Ae yoo.
Satu kalimat sederhana itu langsung membungkam Minju yang kini terlihat meremat poninya dengan raut syarat frustasi.
"Hey, kenapa harus cemas begitu sih? Santai sajalah"
"Apa? Santai? Kau memintaku santai disaat aku terperangkap di tubuh orang lain?" Membulatkan matanya lebar-lebar, Minju balas bertanya pada Ae yoo.
"Memangnya apa yang salah dengan itu? Bukankah itu bagus, setidaknya kau masih hidup meski berada di tubuh orang lain" Jawab Ae yoo santai.
"Tapi aku tak suka" Suara Minju sedikit meninggi "Aku tak mau terus2an hidup menjadi orang lain seperti ini. Aku ingin menjadi Heo Minju, bukan Amy Brown" Tambah Minju lagi
"Lalu kau mau bagaimana? Apa kau mau keluar dari tubuh itu dan mati?"
Tidak! Minju tidak ingin mati. Setidaknya tidak sekarang, disaat dia masih memiliki kesempatan untuk bernafas. Minju bukan gadis yang mau menyerah dengan keadaan yang dia alami. Gadis itu akan tetap memilih hidup jika memang pilihan tersebut masih dilayangkan kepadanya.
"Kau tak mau mati bukan? Jadi nikmatilah hidupmu" Tahu dengan isi pikiran Minju, Ae yoo berujar begitu mudah bahkan tanpa beban.
"Tapi sampai kapan?" Tanya Minju.
"Molla" Jawab Ae yoo.
"Tidakkah kau bisa mencaritahu untukku?"
Minju berujar dengan raut memelas, berharap teman barunya itu mau membantunya.
"Kau sangat benci berada disana ya?" Alih-alih menjawab, Ae yoo justru balas bertanya.
"Tidak...aku tak benci berada disini, tapi...aku juga tak menyukainya" Balas Minju
"Kenapa? Bukankah ada baiknya dikenal sebagai Amy Brown?"
Tatapan mata bingung langsung Minju arahkan pada Ae yoo.
"Tapi aku bukanlah Amy Brown, aku ini Heo Minju" Balas Minju
"Lalu kau hanya tinggal membiasakan dirimu menjadi Amy Brown"
"Aku tak mau"
"Kenapa?"
"Karena aku tak suka menjadi orang lain. Aku...lebih suka menjadi diriku sendiri daripada harus menjadi orang lain seperti sekarang ini"
Ae yoo menarik sebuah senyum di wajahnya, senyum yang membuat perasaan Minju tak baik ketika melihatnya.
"Memangnya apa hebatnya menjadi seorang Heo Minju? Bahkan tidak banyak orang yang menegenalmu saat menjadi sosok itu. Berbeda saat kau menjadi seorang Amy Brown, banyak yang melihatmu bahkan nyaris semua orang di sekolah ini mengenal dirimu"
Minju sadar kalau Ae yoo tengah menyindirinya namun gadis itu bahkan tak perduli akan hal tersebut.
"Temanmu hanya si miskin Soo in dan Seungkwan, yang bahkan tak bisa menandingi satu pun siswa-siswa yang ada disini" Lagi Ae yoo berujar kepada Minju membuat kedua tangan gadis Heo itu mengerat ketika mendengarnya.
"Meski mereka miskin, setidaknya mereka tulus padaku"
Sentak kata2 Minju membuat senyum yang Ae yoo kembangkan sejak tadi sirna seketika. Bahkan sorot mata gadis Cho tersebut berubah menjadi tak terbaca kini.
"Mereka menerimaku apa adanya, tertawa saat aku bahagia, menangis saat aku terluka dan mereka yang selalu memberi dukungan padaku saat aku merasa beban di pundakku begitu berat" Papar Minju penuh rasa bangga.
"Orang seperti mereka, aku takkan pernah menukarnya,meski...kau menawarkan seribu orang yang jauh lebih kaya daripada kedua temanku tersebut" Lagi Minju menambahkan, membuat Ae yoo mengurai senyum bangga di wajahnya.
"Kau...pejuang yang hebat" Puji Ae yoo yang hanya dibalas tatapan bingung oleh Minju.
"Karena semangatmu ini, kurasa aku akan mencari tahu bagaimana cara agar kau bisa keluar dari tubuh Amy" Ucapan dari Ae yoo kini membuat Minju tanpa sadar tersenyum senang.
*
"Kau itu kenapa selalu kemari sih?" Protes Seungkwan pada Vernon yang tengah menikmati nasi kotak bulgogi kesukaannya.
Pria bule itu pun langsung menatap Seungkwan yang sudah duduk tepat di hadapannya.
"Memangnya kenapa kalau aku kemari?" Balas Vernon pada Seungkwan.
"Aku tak suka" Jawab Seungkwan
"Tak Suka?" Seungkwan mengangguk cepat membalas pertanyaan Vernon tersebut.
"Kenapa tak suka?" Tanya Vernon lagi.
Kali ini Seungkwan tak langsung menjawab pertanyaan dari Vernon, melainkan membuang pandangannya ke arah jalanan yang ada di sisi kirinya.
"Karena kehadiranmu membuatku mengingat Juju" Dengan suara lemah bahkan nyaris tak terdengar, Seungkwan membalas.
"Bukankah itu bagus? Jika kau masih mengingatnya"
"Tidak...itu tidak bagus" Sanggah Seungkwan.
Dahi Vernon berkerut mendengar balasan yang tak terduga dari Seungkwan. Vernon tak pernah berpikir Seungkwan akan menjawab seperti itu, mengingat pria Boo itu cukup dekat dengan Minju.
"Aku akan menangis jika mengingat tentang Juju, karena itu...aku tak suka kau terus menerus datang" Terang Seungkwan bahkan tanpa diminta.
"Jadi...kau ingin melupakannya, begitu?"
"Tidak" Seungkwan kembali menyanggah "Aku tak ingin melupakan Juju, tapi...aku juga tak mau menangis karena terus menerus mengingatnya" Tambah Seungkwan.
"Juju benci melihatku menangis, jadi...aku tak mau menangisinya karena dia pasti takkan suka dengan hal tersebut"
Kerutan di dahi Vernon memudar, bersamaan dengan senyum yang merekah di wajahnya. Sekarang pria Chwe itu paham dengan perasaan yang Seungkwan rasakan.
"Oke...jadi aku tak boleh kemari lagi?" Tanya Vernon.
"Kau boleh kemari, tapi...jangan terlalu sering. Ada baiknya...kau menata hatimu juga bukan? Dengan begitu, Juju akan tenang di tempatnya melihat mu" Jawab Seungkwan.
"Aku tak tahu kalau kau ternyata bijaksana Seungkwanie"
"Aku memang bijaksana" Dengan nada sombong Seungkwan memabalas.
Hal itu memancing tawa Vernon yang juga menulari Seungkwan. Kedua pria yang memiliki usia sama itu pun akhirnya saling melempar tawa demi menghilangkan sedih yang mendera di hati mereka.
*
Minju menatap pintu cokelat yang ada di hadapannya, tepatnya pintu apartement kumuh miliknya. Sedikit rasa rindu mulai merambat di hati gadis tersebut, membuat kedua matanya dihiasi cairan bening. Tangan Minju terhulur hendak meraih knop pintu kediamannya, namun hal itu terhenti ketika pintu cokelat yang sejak tadi dia pandangi terbuka dengan tiba2.
"Minhee onnie" Gumam Minju dalam hati, melihat sosok sang kakak yang keluar dari kediamannya tersbeut.
"Nu...gu..seyo?" Tanya Minhee yang melihat Minju berdiri dengan wajah kaget di depan kediaman adiknya.
"Uhm..." Minju yang tak siap dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Minhee terlihat kebingungan kini.
Minhee menunggu sembari memasang wajah tak sabaran. Wanita yang lebih tua 6 tahun dari minju itu sepertinya sedang buru2, terlihat dari beberapa kali dia melirik jam tangannya.
"Aku Amy Brown, aku teman Minju" Jawab Minju asal.
"Tema Minju?" Minhee membeo
"Ne"
Beberapa saat Minhee terdiam sambil menatap penuh selidik pada sosok Minju –Tepatnya Amy- yang terlihat menahan nafas gugup.
"Aku tak tahu kalau Minju memiliki teman sepertimu"
Seperti yang Minju duga, Minhee takkan percaya dengan apa yang baru saja Minju katakan. Meski mereka tidak dekat dan Minhee tak pernah perduli dengan apa yang ia lakukan. Kakak satu2nya itu selalu tahu dengan siapa Minju berteman. Jangan tanya darimana Minhee mengetahui semua itu, karena Boo Seungkwan yang merupakan sahabat karib Minju, selalu memberi info apapun yang Minhee inginkan darinya.
Minju sendiri tak tahu untuk apa Minhee melakukan hal itu, mengingat sang kakak selalu bersikap acuh padanya. Minhee saja sampai rela pindah rumah agar tak satu atap dengan Minju, lalu untuk apa dia tahu apapun mengenai Minju?
"Nona, kau sebenarnya siapa?" Satu kalimat tanya kembali Minhee lontarkan, kali ini terdengar lebih ketus di telinga Minju.
"Aku sudah mengatakan pada anda tadi, aku teman Minju" Jawab Minju mencoba terlihat tenang.
"Tepatnya kami baru bertaman, kira2 beberapa bulan yang lalu aku bertemu dengan Minju saat pulang sekolah kemudian kami menjadi akrab" Lagi Minju berujar tepat saat Minhee akan kembali buka suara.
Minhee sepertinya masih menolak untuk pecaya, namun Minju memilih tak perduli.
"Jadi kau teman baru Minju?" Jauh dari kata ramah Minhee bertanya pada Minju.
Yang lebih muda hanya mengangguk tanpa mau repot2 menjawab.
"Lalu? Untuk apa kau kemari?" Lagi Minhee bertanya.
"Aku ingin bertemu Minju" Minju merasa sakit di hatinya kala mengatakan hal tersebut.
"Dia tidak ada"
Tanpa mau menatap kearah Minju, Minhee berujar sambil menutup pintu apartement yang selama ini ditempati sang adik.
"Memangnya dia kemana?" Lagi Minju bertanya, seolah2 dirinya tak tahu apapun.
"Dia pergi"
Suara Minhee bergetar saat mengucapkan kalimat tersebut dan Minju tidaklah bodoh untuk tidak meyadari hal itu.
"Kemana?"
"Tidak tahu" Kali ini Minhee berujar sambil membalas tatapan Minju
Tatapan sedih Minju dapati dan hal itu membuat hati gadis yang kini terperangkap dalam tubuh Amy semakin sakit melihatnya.
"Lalu apakah dia akan kembali?"
Minhee membuang pandangannya dari Minju dan terlihat menarik nafas dalam.
"Tidak, dia takkan kembali" Jawabnya kembali melayangkan tatapan pada Minju "Dan kusarankan kau tak usah menunggunya" Lanjut Minhee kemudian berlalu begitu saja.
Minju mematung di tempatnya mendapati perlakukan dari Minhee. Ditatapnya punggung Minhee yang perlahan menjauh meninggalkannya.
"Apa kau sedih? Apa kau sedih karena kehilanganku?" Tanya Minju pada tempat kosong yang ditinggalkan oleh Minhee.
"Kalau kau bisa terlihat begitu sedih seperti itu? Kenapa kau menjauh saat aku berada di sisimu?" Lagi Minju bertanya yang hanya didengar oleh dirinya sendiri.
"Bodoh" Satu tetes air mata luruh dari netra bulat gadis itu, tanpa mampu ia tahan.
To be continue....
Bisakah seseorang membawaku kembali? Agar aku bisa memperbaiki segala hal dengan benar
-Heo Minju-
Langsa, 21 April 2020
1497 Word
Porumtal
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro