Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1

Minju, memulai harinya dengan aktivitas seperti biasa. Bangun pukul 5 pagi, membersihkan diri, merapikan rumahnya lantas berencana membuat sarapan. Tapi, hal terakhir gagal Minju lakukan untuk hari ini, sebab...manik coklat gadis bersurai ikal itu menemukan sebuah hidangan di meja makan miliknya pagi itu. sepanci sup rumput laut beserta lauk pauknya lengkap, membuat Minju segera mengarahkan pandangannya pada kalender yang tergantung di ruang tengah kediaman kecilnya.

"Ah...tangal 21" Monolognya pada diri sendiri.

Sebuah senyuman Minju ukir di wajahnya, meski terkesan tidak tulus dan sedikit terpaksa. Gadis Heo itu bahkan terlihat menghela nafas berat, berharap sesak yang mengganjal di hatinya menghilang bersama hembusan nafas yang ia keluarkan.

"Kau mengingat ulang tahunku dengan baik, meski tak benar2 bisa menyukaiku" lagi Minju bergumam pelan yang ditujukan entah untuk siapa.

Jelas sekali ada nada kecewa dalam untaian kalimat yang Minju lontarkan. Namun rasa kecewa itu hanya bisa ia luapkan pada ruang kosong yang ada di depannya.

Beberapa detik Minju habiskan dengan terus termenung menatap hidangan yang sudah terjadi. Otaknya diajaknya berpikir bagaimana caranya untuk mengatakan ucapan terimakasih pada sosok yang membuat hidangan tersebut, namun beberapa waktu kemudian Minju justru menyerah atas idenya sendiri.

"Ah...molla, aku tak memintanya membuat ini. Jadi...aku tak harus berterimakasih untuk itu" Tukas Minju acuh.

Tak mau membuang waktunya dengan termenung dan berakhir terlambat datang bekerja, Minju pun segera menyantap makanan yang sudah tersaji dengan lahap. Tak lupa gadis itu memasukan sebagian makanan itu ke dalam dua kotak bekal, untuk dia bawa ke tempat kerjanya nanti.

-Lucha-

"Permisi" Seorang gadis menyapa pria blasteran yang baru saja memasuki gerbang SMU Porumtal.

Pria itu menoleh yang langsung mendapatkan sebuah senyum manis dari gadis yang baru saja menyapanya itu.

"Boleh bertanya? Ruang guru ada dimana ya?" Tanya gadis itu ramah.

"Oh...itu ada di lantai tiga gedung sekolah bagian barat" Jawab pria blasteran itu sambil mengarahkan telunjuk pada gedung yang dia maksud.

Mata gadis itu pun ikut mengarah sejurus telunjuk pria itu, sebelum kembali menatap sang pria masih dengan senyum yang terukir.

"Ah...begitu" Sahutnya sambil mengangguk "Terimakasih sudah memberi tahuku...Vernon-ssi" Tambahnya setelah mencuri lihat tag nama siswa yang membantunya tersebut.

"Sama2, senang bisa membantu" Balas Vernon sekenanya, bahkan terkesan dingin dan angkuh.

Gadis itu pun berlalu begitu saja, meninggalkan Vernon yang memandang kepergiannya.

"Sedang apa huh?" sebuah suara menyentak Vernon, membuat fokus pria bule itu langsung teralih.

"Oh...Haemi" Tukas Vernon begitu melihat sosok yang baru saja menegurnya.

Dua lelaki berada di belakang Haemi, berjalan tenang sambil sesekali bercanda. Mereka adalah Wonwoo dan Minggyu dan ketiganya adalah sahabat baik Vernon.

"Menemukan seorang gadis Hmm" Minggyu yang baru saja berdiri di samping Vernon sudah menggoda sahabatnya.

"Tidak" Sanggah Vernon lantas berjalan mendahului ketiga temannya.

"Bohong, kami melihatnya Chwe...saat kau berbincang dengan gadis tadi" Haemi ikut2an menggoda Vernon.

"Dia hanya menananyakan dimana letak kantor guru, apa salah jika aku menjawabnya?" Vernon coba membela diri.

Tawa renyah Haemi dan Minggyu berderai mendengar kata2 Vernon, keduanya seperti puas karena sudah berhasil menggoda Vernon sepagi ini.

"Masih pagi, astaga" Suara berat Wonwoo yang berjalan di belakang Haemi, Minggyu dan Vernon terdengar.

Ketiga sahabatnya itu pun serentak menolehkan kepala mereka kebelakang dan mendapati Wonwoo yang tengah menatap ke arah samping kanan mereka. Disana, mereka mendapati seorang gadis berambut pirang yang tengah digiring ke satu sudut oleh dua orang siswi. Dari melihatnya saja siapapun tahu itu adalah pembullyan, namun tak satu pun orang yang mau perduli dengan hal itu. Semua yang melihat hanya membuang pandangan mereka, tanpa mau repot2 ikut campur.

"Apa kita harus membantunya?" Tanya Minggyu melihat Wonwoo, Haemi dan Vernon menghentikan langkah mereka.

"Dan mencari gara2 dengan kelompok Ahyoung?" Balas Wonwoo sambil menatap pria paling tinggi diantara mereka.

"Tapi Amy mungkin bisa dalam masalah" Minggyu memandang dengan tatapan kasihan.

Tak ada respon, ketiga temannya terlihat memandang sosok Amy yang sudah menghilang di salah satu sudut sekolah.

"Kita sudah menolongnya kemarin, tapi gadis itu justru membuat kita harus terkena hukuman dari Ok Saem" Wonwoo berujar pelan dengan nada yang terdengar sarkas.

"Wonwoo benar, aku juga tak suka menolong anjing liar...kalau pada akhirnya harus terkena gigitan" Setuju dengan ucapan Wonwoo, Vernon angkat suara.

"Kalau begitu...apa kita akan membiarkannya?" Minggyu kembali bertanya

"Kau bisa membantunya kalau kau mau Ming, tapi...kami tidak" Kali ini Haemi yang buka suara.

Gadis itu pun sudah berjalan mendahului teman2nya. Sosok Vernon melangkah setelahnya, disusul oleh Wonwoo. Hanya Minggyu yang nampak ragu akan beranjak atau tidak, meski pada akhirnya pria berkulit tan itu memilih menyusul teman2nya untuk menuju kelas.

*

"Namaku Cho Ae yoo, aku berasa dari Busan. Salam kenal semuanya" Dengan wajah dihiasi senyum Ae yoo, sosok yang hari ini akan bergabung di kelas Vernon memperkenalkan dirinya.

Teman2 sekelas Vernon pun terdengar kasak kusuk, membicarakan sosok cantik bermata bulat tersebut. Para siswa sibuk mengagumi kecantikan Ae yoo yang tak biasa, sedangkan para siswi sibuk mencibir karena merasa Ae yoo terlalu tebar pesona.

"Baiklah Ae yoo, kau bisa duduk di..." Guru Park, wali kelas mereka berujar sambil melayangkan tatapannya ke seluruh ruang kelas.

"Bisa saya duduk disana saem? Bukankah kursi itu kosong?" Ae yoo berujar sambil menunjuk salah satu kursi kosong

Semua mata pun tertuju pada arah telunjuk Ae yoo, tak terkecuali dengan Vernon.

"Amy, apa kursi di sampingmu kosong?" Tanya guru Park pada Amy, gadis bule yang sejak tadi hanya diam sambil menatap kosong kearah depan.

"Ne, saem...kursi ini kosong" Jawab Amy dengan suara yang nyaris tak terdengar.

"Kalau begitu kau bisa duduk disana Ae yoo" Guru Park berujar pada Ae yoo yang disambut anggukan gadis Cho tersebut.

Langkah riangnya pun mengarah pada bangku barunya, kemudian masih dengan senyum ramah di wajahnya Ae yoo mengulurkan tangan pada Amy.

"Cho Ae yoo" Tukasnya.

Tak ada balasan dari sosok di sampingnya tersebut, namun hal itu tak melunturkan senyum di wajah Ae yoo. Gadis Cho itu justru terus menatap sosok Amy beberapa waktu, seperti ada sesuatu yang menarik dari gadis blasteran tersebut.

*

"Hummm, hummm,hummm" Seorang pria berpipi bulat berkemam saat menikmati makan siang yang Minju bawakan untuknya.

Wajah pria itu merona, bersama mulutnya yang terus mengunyah tiap suap bekal yang memang sengaja Minju bawa untuk mereka berdua.

"Ini enak sekali Minju-ya, benar2 enak" Puji Seungkwan –pria berpipi bulat itu-

"Benarkah? Apa seenak itu?" Tanya Minju, ikut menyuapkan makan siang meski tak seantusias Seungkwan.

"Tentu...ini benar2 enak, apa kau tak mempercayai ucapanku?" Balas Seungkwan.

"Tidak begitu...tentu saja aku percaya ucapanmu"

Seungkwan tersenyum cerah mendengar jawaban dari Minju, lantas kembali menyuap makan siang yang sang sahabat bawa untuknya.

"Ngomong2...aku tak tahu kalau kau bisa membuat sup rumput laut seenak ini" Tukas Seungkwan lagi.

"Ini memang bukan aku yang membuat" Jawab Minju dengan mudahnya.

"Bukan kau yang membuat?"

Kepala Minju menggeleng membuat Seungkwan justru mengerutkan dahinya bingung.

"Jadi siapa yang membuat sup rumput laut ini?" Tanya Seungkwan penasaran.

"Orang itu" Jawab Minju singkat

Seungkwan segera menatap datar kearah Minju, tepat setelah gadis tembam yang memiliki lesung pipi samar itu menyelesaikan ucapannya.

"Ya! sampai kapan kau akan memanggil onniemu sendiri dengan sebutan orang itu?" Tanya Seungkwan sambil menujuk wajah Minju dengan sendok yang dia pegang.

"Onniemu itu memiliki nama dan namanya adalah Heo Minhee, kalau kau lupa" Tambah Seungkwan lagi.

Minju hanya menarik senyum miring di wajahnya ketika mendengar ucapan bernada protes dari Seungkwan. Mendapati hal itu Seugkwan mendesah pelan, ia sudah sangat hafal dengan sikap Minju yang satu ini. Gadis Heo itu memang sedikit –ralat- sangat acuh pada saudari satu2nya itu. Bahkan Seungkwan rasa, Minju tak pernah mengaggap sang kakak sebagai saudarinya sendiri.

"Sampai kapan kau akan mengabaikan onniemu sendiri seperti ini Heo Minju?" Tanya Seungkwan.

"Boo, bukan aku yang mengabaikannya. Tapi dia yang mengabaikanku" Ralat Minju dengan intonasi suara yang sedikit berbeda.

Ada sedikit emosi yang tersirat dari nada suara Minju yang membuat Seungkwan sedikit tercekat mendengarnya.

"Kalau dia mengabaikanmu, tak mungkin dia repot2 membuatkan sup rumput laut di hari ulang tahun mu Heo Minju" Mencoba terdengar tenang, Seungkwan membalas ucapan Minju barusan.

Minju seketika terdiam, merasa ucapan Seungkwan ada benarnya. Gadis itu bahkan tak bisa membantah ucapan pria Boo itu meski dia sangat ingin melakukannya.

"Berhenti bersikap keras kepala dan berdamailah dengan onniemu Juju-ya" Nasehat Seungkwan.

Tatapan datar Minju membalas ucapan Seungkwan "Tak bisakah kau hanya makan Boo? Kalau kau terus mengoceh aku takkan bisa mencerna makan siangku dengan baik"

Seungkwan memutar bola matanya mendengar jawaban dari Minju, lantas memilih melanjutkan makannya dengan tenang. Ia tak mau merusak nafsu makan Minju dengan mengajak gadis itu berdebat. Karena hal itu hanya akan membuat sahabat kesal dan berakhir mendiamkan dirinya selama berhari2.

*

"Tak bisakah kau menolongku?" Tukas Amy pada Vernon kala mereka bertemu di perpustakaan.

Bukan menjawab, pria Chwe itu hanya menatap datar pada Amy, seolah gadis itu tak mengatakan sepatah katapun padanya.

"Jika kau tak menolongku, maka kali ini aku bisa habis" Amy kembali berujar dengan nada suara memelas.

"Setelah aku menolongmu lalu apa?" Tanya Vernon dingin.

"Apa kau akan membuatku kembali terkena hukuman dari guru?"

Amy langsung terbungkam mendengar ucapan bernada sindiran yang Vernon lontarkan padanya. Gadis yang juga memiliki darah blasteran layaknya Vernon itu bahkan sudah menundukkan kepalanya dalam.

"Aku...tepatnya kami, sudah mencoba membantumu nona Amy Brown" Lagi sebuah sindiran Vernon layangkan pada Amy.

"Tapi kau..." Telunjuk Vernon mengarah pada bahu kiri Amy "Dengan tak tau dirinya, membuat kami mendapatkan masalah setelah menolongmu" Tambah Vernon sambil menatap tajam kearah Amy.s

Liquid bening kini menghiasi iris biru Amy, gadis itu bahkan sudah mengigit bibirnya guna menahan isak yang bisa pecah kapanpun.

"Kami mencarimu...tapi ternyata kau disini" Tubuh Amy langsung menegang kala mendengar suara tersebut dari punggungnya.

Perlahan Amy memutar tubuhnya guna bersitatap dengan si pemilik suara.

"Ta....Taehee-ya" Setengah berbisik, Amy menyebut nama gadis yang baru saja tiba itu.

"Apa yang kau lakukan disini hmm?" Taehee berjalan mendekat kearah Amy dengan tatapan yang terlihat begitu mengintimidasi.

"Apa kau meminta bantuan lagi pada bule ini?" Tambahnya kemudian sambil menatap remeh pada Vernon.

Vernon hanya diam sambil memandang sinis pada Taehee. Pria Chwe itu sama sekali tak tertarik untuk meladeni Taehee, terlebih membalas ucapan gadis itu.

"Ahyong dan Taeyang mencarimu, apa kau akan tetap disini...atau menemui mereka?" Pertanyaan yang lebih terdengar seperti perintah itu, Taehee arahkan pada Amy.

Bisa Vernon lihat tubuh Amy yang bergetar saat Taehee menyebutkan dua nama barusan. Bahkan kedua tangan gadis itu sudah meremat roknya kuat2.

"Kenapa masih diam Amy? Apa kau tidak mau pergi menemui mereka?" Kali ini Taehee memberi penekanan pada setiap katanya membuat wajah Amy kian dihiasi ketakutan.

"Ti...tidak, a..aku akan pergi" Sahut Amy meski tergagap.

Senyum lebar Taehee kembangkan, bersama tangannya yang mengusap lembut surai pirang milik Amy.

"Good, ayo...pergi kalau begitu" Ajak Taehee, lantas menarik paksa tubuh Amy meninggalkan tempat tersebut.

Kini tinggalkan Vernon disana, menatap tubuh Amy yang berlalu bersama dengan Taehee.

"Kau yakin akan membiarkannya pergi begitu saja?" Vernon sedikit terperanjat saat mendengar kalimat tanya itu.

Cepat pria itu menoleh dan mendapati sosok Ae yoo yang tengah bersandar di salah satu rak buku sambil menatap kearahnya. Dan seperti saat pertama kali Vernon bertemu dengan gadis itu, senyum manis masih setia menghiasi wajah cantik murid pindahan tersebut.

"Masih ada kesempatan jika kau mau berubah pikiran, susul Amy dan selamatkan dia" Tambah Ae yoo lagi yang justru dibalas tatapan heran oleh Vernon.

"Jangan bingung seperti itu" Ae yoo meneggakkan tubuhnya, lantas berjalan mendekati Vernon.

"Aku ini peka dengan hal2 semacam ini" Tambah gadis itu lagi.

"Kalau memang kau peka, kenapa tidak kau saja yang menyelamatkannya?" Balas Vernon.

Ae yoo mengerjap lucu, sambil menggerakkan manik matanya ke kiri dan ke kanan.

"Aku juga lemah Vernon-ssi, karena itu...aku tak bisa menyelamatkannya" Jawab Ae yoo.

"Kalau begitu anggap aku sama lemahnya denganmu, jadi...aku tak bisa membantunya seperti kau tak bisa membantu gadis itu"

Vernon memutar tubuhnya setelah mengucapkan kalimat tersebut, berniat beranjak meninggalkan Ae yoo.

"Kau pendendam sekali" Ucapan Ae yoo membuat langkah Vernon terhenti.

"Apa yang dilakukan kemarin padamu..ah,ralat pada kalian..." Ae yoo sedikit menjijitkan tubuhnya untuk mensejajarkan tinggi badannya dengan Vernon "...adalah ketidak berdayaannya. Gadis itu terpaksa melakukan itu, karena dia memang tak mempunyai pilihan lain" Tambah Ae yoo kemudian.

"Seharusnya, jika kau dan kawan2mu memang perduli dengannya, kalian tidak menyerah membantu gadis itu. Teruslah berusaha dengan memberi dukungan untuknya sampai dia...benar2 memiliki keberanian untuk melawan orang2 itu dengan usahannya sendiri" Kembali Ae yoo berujar panjang lebar.

Vernon melipat tangannya di dada mendengar semua ocehan Ae yoo, lalu tak lama kemudian pria itu terlihat mengukir senyum miring di wajahnya.

"Sudah selesai?" Tanyanya pada Ae Yoo.

Tak ada balasan, Ae yoo hanya diam sambil balas memandang Vernon.

"Kalau kau sudah selesai,bisakah aku pergi? Karena...jujur aku sama sekali tak tertarik dengan ceramah panjangmu itu" Sarkas Vernon pada Ae yoo.

Bukan tersinggung dengan perkataan Vernon tersebut, Ae yoo justru tersenyum lebar. Gadis Cho itu bahkan mengangguk pelan menandakan kalau dia tak keberatan jika Vernon meninggalkannya.

"Semoga kau tak menyesal, sudah mengabaikannya" Kalimat itu sempat Vernon dengar, sebelum pria itu benar2 berlalu meninggalkan Ae yoo.

*

Seungkwan menyenggol pelan bahu Minju yang tengah menyusun makanan ringan di estalase minimarket. Hal tersebut membuat Minju segera menoleh pada pria tembam tersebut dengan wajah heran.

"Ada apa?" Tanya Minju pada sang sahabat.

Bukan menjawab, Seungkwan justru menunjuk kearah pintu masuk mengenakan dagunya. Penasaran dengan apa yang Seungkwan maksud, Minju pun mengarahkan padangannya ke pintu masuk. Sosok Vernon sudah berdiri di sana, memandang ke arah Minju sambil mengukir senyum hangat di wajahnya.

"Cepat temui pangeranmu sana, biar aku yang menyusun ini" Bisik Seungkwan sambil meraih makanan ringan yang sejak tadi disusun oleh Minju.

Tak menunggu Seungkwan mengulang ucapannya, Minju segera menghampiri Vernon dengan langkah tenang.

"Mau beli nasi kotak bulgogi lagi?" Tebak Minju saat Vernon baru membuka mulutnya untuk bicara.

"Ne, bagaimana kau bisa tahu?" Balas Vernon pada Minju

"Kau selalu memesan yang sama jika kemari, tentu saja aku tahu" Balas Minju lantas meraih nasi kotak bulgogi dari rak yang ada dibelakang meja kasir.

Gadis itu pun segera menyerahkan nasi kotak tersebut pada Vernon, yang langsung dibayar oleh pria Chwe tersebut.

"Tak bosan memakan itu setiap hari?" Tanya Minju

Sebenarnya itu bukan bentuk perhatian gadis Heo tersebut pada Vernon, tapi lebih untuk menuntaskan rasa ingin tahunya saja.

"Tidak...aku tak bosan" Balas Vernon.

"Kenapa?" Minju tak bisa untuk tak kembali bertanya pada pria blasteran yang ada di hadapannya

Sambil mengembangkan senyum andalannya, Vernon memandang lekat kedua mata Minju.

"Karena aku suka"

Untuk beberapa detik Minju sempat tertegun, sebelum akhirnya sebuah senyuman ikut mengembang di wajahnya.

"Ah...begitu" Sahut gadis itu sambil mengangguk.

"Hanya seperti itu?" tanya Vernon dengan dahi yang terlihat berkerut.

"Seperti itu apa?" Minju tak mengerti maksud pertanyaan yang Vernon lontarkan.

"Responmu...apa hanya seperti itu?" Tanya Vernon.

"Memangnya respon seperti apa yang kau harapkan, Hansol-ssi?"

Vernon mengendikkan bahunya, sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Entahlah, aku juga tak tahu respon apa yang kuinginkan"

Tawa Minju berderai mendengar jawaban Vernon yang terdengar begitu aneh dan hal itu membuat Vernon ikut tersenyum bahagia. pria keturunan Amerika-Korea itu selalu suka melihat tawa Minju, terlebih jika gadis Heo itu tertawa karenanya.

"Uhmm, sepertinya aku sudah harus kembali" Vernon berujar sambil melirik jam tangan miliknya.

Minju hanya mengangguk merespon hal tersebut, tanpa berniat menahan pria di hadapannya itu lebih lama.

"Sampai bertemu besok Minju-ya" tukas Vernon kemudian

Vernon segera berlalu setelah mengatakan kalimat itu, ditemani tatapan Minju yang terus memandangi kepergiannya.

"Matamu bisa lepas kalau terus menatapnya seperti itu" Goda Seungkwan yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Minju.

Minju yang kaget memukul keras pundak sahabatnya itu, membuat Seungkwan meringis kesakitan.

"Kau suka padanya?" Tanya Seungkwan masih mengusap pundaknya yang tadi dipukul Minju.

"Siapa?" Balas Minju berpura2 tidak tahu

Seungkwan berdecak sebal "Tentu saja si bule itu, memangnya aku bisa membahas siapa lagi?"

Pria Boo itu bahkan sudah mempoutkan bibirnya sambil mengarahkan tatapan kesalnya pada Minju yang justru tertawa keras.

"Dia pria yang baik" Jawab Minju kemudian sambil menyeka ujung matanya yang berair.

"Hey...itu bukan jawaban pertanyaanku" Protes Seungkwan.

Lagi Minju tertawa yang membuat kadar kesal Seungkwan kian bertambah kini.

"Ayolah juju...katakan padaku, kau menyukainya atau tidak?" Desak Seungkwan mulai terdengar tak sabaran.

"Mianhae Minju-ya, apa aku terlambat?" Seorang gadis yang baru saja tiba mengintrupsi Seungkwan yang tengah mengintrogasi Minju.

"Tidak Soo in, kau datang tepat waktu" Mencoba menghindar dari pertanyaan Seungkwan, Minju pun segera beranjak dari meja kasir.

Hal tersebut jelas membuat Seungkwan menggerutu pelan sambil mengomeli Soo in yang datang tak tepat waktu. Pria Boo itu juga mengeluh tentang kenapa rekan yang mengganti shifnya belum datang padahal jadwal kerjanya sudah berakhir beberapa menit yang lalu.

"Kau itu kenapa sih Boo, kenapa marah2 seperti wanita yang sedang datang bulan?" Tanya Soo in melihat Seungkwan yang terus menerus menggerutu tak jelas.

Minju yang mendengar itu dari ruang karyawan pun tak bisa menahan tawanya, membuat Seungkwan meneriakinya dari luar.

"Dia memang sedang datang bulan Soo in-a, jadi kau maklum saja ya" Minju berujar sambil memakai jaket miliknya.

"Mati saja kau Heo Minju" kesal Seungkwan mendengar ucapan Minju barusan.

"Sayang sekali aku tidak bercita2 mati Boo Seungkwan" Balas Minju sambil kembali terkekeh.

Soo in ikut terkekeh mendengar balasan dari Minju, seolah perdebatan antara kedua temannya itu adalah sebuah acara comedy.

"sudah ah, sebaiknya aku pulang" Tukas Minju pada kedua temannya tersebut.

"Hati2 Minju-ya" Pesan Soo in

"Ne" Balas Minju kemudian beranjak keluar dari mini market tempatnya berkerja tersebut.

Minju terus melangkah menuju halte bus yang tak jauh dari sana. Namun belum lagi gadis remaja itu tiba di halte, kerumunan orang2 yang terlihat sedang menonton sesuatu menarik perhatiannya.

"Imo...apa yang terjadi?" Tanya Minju pada salah satu pemilik toko yang kebetulan dia kenal.

"Ada seorang siswi  SMU yang bunuh diri" Jawab bibi itu pada Minju.

Minju mengarahkan pandangannya pada kerumuman orang2 itu, lalu mengukir senyum sinis di wajahnya.

"Dasar orang bodoh, menyia2kan hidupnya semudah itu. Apa dia kira semua penderitaan akan berakhir hanya dengan kematian?" Cibir Minju dalam hati.

Langkah Minju pun kembali terajut setelahya, rasa penasaran yang sudah terbayar membuatnya enggan berlama2 disana. Selang beberapa saat kemudian gadis itu pun sudah tiba di halte bus. Ia pun segera duduk disana dengan tenang sambil menunggu bus yang akan membawa tubuhnya tiba.

Sambil menunggu Minju memilih mendengarkan musik melalui earphonenya, sekadar untuk membunuh waktu agar dia tak terlalu bosan. Musik baru berputar beberapa menit saat Minju melihat sebuah kilauan cahaya yang mendekat. Minju tak benar2 tahu benda apa yang meluncur cepat kearahnya, sampai tiba2 tubuhnya terhempas begitu keras.

To Be continue....

*
Aku tak mau menyerah dan jangan paksa aku melakukannya. Masih banyak hal yang ingin kulakukan, karena itu...biarkan aku tetap berjuang
-Heo Minju-

*

Special cerita buat si bontot, yang hari ini ulang tahun.
Tag AlestaCho juga ah, soalnya pernah minta jadi cast ff nya onnie...😅
Sorry for typo makasih yang udah votment
See you next chapter

*

Amy Brown

Chwe Hansol Vernon

Langsa, 21 Januari 2019
3205 word
🌕Porumtal🌕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro