Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

For You

Seulas senyum menghiasi wajahnya, tangan kanan Yugi menggenggam erat pendant mawar putih itu, lalu mengulurkan tangan pada Kaiba, uluran tangan itu ditepis kasar dan dengusan kesal dari Kaiba, dia tidak butuh uluran tangan itu.

Kaiba bangkit berdiri da menatap sekeliling kelas, banyak pasang mata melihat kearahnya.

"Apa yang kalian lihat?!" bentak Kaiba, aura dan suaranya selalu mengintimidasi sampai membuat semua orang langsung mengalihkan pandangan darinya, kembali pada kegiatan mereka sebelumnya.

Mata biru tajam kembali tertuju pada Yugi.

"Jika kamu butuh bantuanku bilang saja."

Kaiba membalikkan badan dan kembali duduk ke kursinya.

"Baik, Kaiba-kun."

Teman-temannya memasang wajah heran, benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi, Anzu pun bertanya pada Yugi tentang pendant mawar putih itu, Yugi menjawab seadanya, Yugi benar-benar hanya diberitahu kakeknya bahwa pendant ini akan memberikannya kekuatan.

Jonouichi yang mendengar penjelasan Yugi mengerutkan kening. "Jadi si anak orang kaya itu berada dipihak kita?"

"Sepertinya," balas Anzu.

"Aku tau, Kaiba-kun memang seseorang yang baik."

Honda dan Jonouichi meragukan hal itu, tindak laku Kaiba tidak mencerminkannya, terlebih lagi Kaiba benar-benar orang yang cuek, teman sekelasnya meminta tolong untuk diajarkan rumus matematika yang diPR-kan langsung ditolak tanpa alasan yang jelas.

"Yugi-kun, ayo kita lanjutnya Duel Monster-nya."

"Ah ya, Ryou-kun."

Bel masuk sekolah berbunyi bertepatan dengan Ryou yang meletakkan magic card ke zone-nya, cepat-cepat mereka membereskan kartu-jartunya sebelum ketahuan guru dan disita.

Pintu kelas tiba-tiba saja terbuka dan masuklah guru dengan gaya rambut seperti kepiting dengan aksen warna kuning. Murid dikelas tak mengenal siapa guru itu, kelihatannya dia adalah guru baru.

"Saya, Yusei Fudou, saya guru pengganti sementara guru fisika, salam kenal."

Pembelajaran pun dimulai rata-rata murid sudah tak sadarkan diri, kepala mereka terasa panas bagai air mendidih. Jonouichi dan Ryou salah satunya, mereka tak bisa bertahan dengan pembelajaran fisika yang diberikan sang guru sementara.

Pembelajaran pun diakhiri dengan PR menghitung gravitasi.

Waktunya istirahat. Yugi pamit untuk duluan keluar kelas pada teman-temannya, dia bilang ingin ke toilet. Yugi pun berlari keluar kelas, lalu seseorang yang sedang membaca buku filosofi memperhatikannya, menutup buku dan mengikuti Yugi dari belakang.

Yugi terus melangkahkan kakinya tanpa merasa ada seseorang yang mengikutinya, bam! Yugi tak sengaja menubruk seseorang, otomatis Yugi meminta maaf sambil mengambil langkah mundur, ketika Yugi sangat terkejut setelah melihat orang yang sudah ditabraknya.

Orang yang telah ditabraknya adalah Ushio.

"Ma ... Maaf ...." Yugi gemetar takut.

Tetapi entah mengapa murid bernama Ushio itu jalan melewatinya dan mengabaikan Yugi. Yugi bingung, biasanya Ushio akan langsung memarahinya.

"Eh? Fuhhh ... dewi keberuntungan sedang berada dipihakku, untunglah." Yugi masih bisa bernafas lega setelah bertemu dengan komite disiplin yang menakutkan itu.

Baru sekarang Yugi merasakan ada seseorang yang berdiri tepat di belakangnya, segara Yugi menyapa orang itu.

"Kaiba-kun, ada apa?"

"Kenapa kamu tau ini aku?"

"Asal tebak."

"Hmph, kamu ngapain ada disini?"

"Mau ke toilet ... bukan, aku mau ke perpustakaan."

"Begitu ya, aku juga akan ke perpustakaan."

Keduanya berjalan bersamaan, setiap langkah mereka sama, diam-diam pemuda tingg 186cm terus memperhatikan Yugi, mata biru seolah tak mau lepas. Selama mereka menyusuri lorong, menuruni tangga, ketika ada teman sekelasnya lewat Yugi sapa dengan senyum meskipun tak disapa balik.

Mata biru itu melepaskan Yugi setelah sampai di perpustakaan.

"Apa yang kamu cari?"

"Aku mencari tentang Rosenkriege."

"Hn." Kaiba memasuki perpustakaan mendahului Yugi, dia langsung jalan menuju rak yang berisikan novel-novel populer.

Kaiba memperhatikan satu persatu judul buku, berjalan ke kiri dan kanan secara berulang untuk mencari buku novel yang menarik di setiap lantai rak, sampai matanya berhenti tepat di buku novel dengan cover berwarna hitam dengan dekorasi pasir keemasan. Kaiba menarik buku itu dari rak.

"Kisah Seorang Pendeta: Bertemu dengan Penyihir Ungu." Kaiba membaca judul novel tersebut laku membalikkan bukunya untuk membaca summary cerita.

Dahi mengkerut setelah membaca summary sampai selesai, Kaiba memutuskan untuk mengembalikkan buku itu ke rak.

"Ini novel BL, kenaoa sekolah menerima buku seperti ini?"

"Itu bukan BL tapi bromance, kakakku pasti akan menceramahimu kalau sampai mendengar perkataanmu tadi."

Kaiba sedikit dikejutkan dengan seorang murid laki-laki berambut panjang ash blond dan berkulit sawo matang yang muncul tiba-tiba di samping kirinya.

"BL dan bromance itu beda, itu yang dikatakan kakakku, oh iya bantu anak itu gih, kasian dia daritadi berusaha untuk mengambil buku tapi tidak ada yang menolongnya," tunjuk murid itu ke belakang Kaiba.

Kaiba memutar badannya dan melihat Yugi yang sedang berjinjit berusaha untuk mengambil buku yang cukup jauh dari jangkauannya ketika Kaiba kembali menghadap murid itu, murid ash blond sudah hilang.

Kaiba segera berjalan menuju Yugi, lalu mengambil buku yang berusaha diambil Yugi.

"Sudah kubilang, panggil aku jika kamu butuh bantuan," ucapnya sembari memberikan buku tebal bertuliskan Wars of The Roses pada Yugi.

"Makasih, Kaiba-kun." Yugi memeluk buku itu lalu berkata dengan suara gemetar. "Aku ... aku takut Kaiba-kun sibuk ... jadi aku tidak bilang ...."

"Terserahlah, pokoknya lain kali bilang saja."

"Iya ...." Yugi mengangguk.

"Kamu penasaran dengan leluhurmu, huh?"

Yugi mendongakkan kepalanya. "Kaiba-kun tidak penasaran?"

"Tidak, aku tidak butuh."

"Bagaimana kalau kita membacanya bersama?"

Kaiba menolak tegas ajakan Yugi. "Tidak, bacalah bersama dengan teman-temanmu itu."

Yugi terlihat sangat kecewa, lalu pergi sambil menundukkan kepala. Kaiba melihat reaksi Yugi sebenarnya membuat hatinya sedikit tergerak tetapi disisi lain pikirannya terus mengatakan, "Yugi adalah seorang Lancastrian dan dirinya adalah Yorks, mereka bermusuhan".

Tetapi akhirnya Kaiba duduk bersebalahan dengan Yugi membaca buku itu bersama-sama.

"Kaiba-kun, terima kasih."

"Hn."

Yugi tersenyum padanya, lebar, begitu cerah sampai membuatnya diam ditempat. Hatinya meragukan bahwa Yugi adalah seorang Lancastrian, berbeda dengan yang diceritakan oleh kedua orang tuanya.

Yugi sadar Kaiba telah berdiri dari kursi, ketika Yugi bertanya Kaiba tidak menjawabnya, dia pergi begitu saja meninggalkan Yugi di perpustakaan. Yugi tetap ceria dan tak terlalu memikirkan hal itu, masih bisa berpikir positif.

"Mungkin Kaiba-kun ingin ke toilet." Yugi pun melanjutkan baca buku itu.

Sementara itu Kaiba berjalan mengelilingi sekolah mencari seseorang, orang yang telah Yugi tabrak tadi. Dia kesal pada dirinya sendiri, tidak mengerti kenapa tubuhnya bergerak dengan sendirinya untuk menolong Yugi, lebih tepatnya menyingkirkan komite disiplin sok kuat itu.

Kaiba selalu melihatnya, Yugi ditindas habis-habissan oleh Ushio itu.

"Ushio."

"Ada apa anak orang kaya berurusan denganku?"

Gayanya yang sok membuat Kaiba tambah muak dengan orang itu. Kaiba tahu bahwa kekerasan dilarang di sekolah tetapi tanganny begitu gatal ingin menghajar orang itu sampai tak bisa bergerak lagi.

"Ayo kita bermain sebuah game."

Seringai lebar mengerikan menghiasi wajah Kaiba.

Jika semua orang yang menindas Yugi sudah lenyap, Yugi akan hidup lebih tenang dan janji pun terpenuhi namun Kaiba memilih untuk tetap melindunginya dari apapun. Pendant mawar putih itu yang menjadi tanda sekaligus saksi.

"Pendant mawar itu akan menjadi saksi kesetiaanku padanya."

Di dahi Kaiba muncul sebuah cahaya membentuk mata.

"Yang kalah akan mendapat penalty game."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro