Loving Beautifully
Krincing.
"Mas Enju~"
Terdengar pekikan dari ambang pintu, beberapa detik setelah suara gemerincing lonceng di pintu masuk Café Happy+Sugar-café Jepang yang memiliki cabang di ibukota Indonesia. Beberapa pasang mata terlihat memandangi kerumunan gadis sana, ada juga yang hanya mengabaikan dan menganggap itu hanya angin lalu.
Seorang lelaki berambut cokelat kemerahan ala boyband memamerkan senyum manisnya.
"Selamat datang di café kami. Ada yang bisa saya bantu?" katanya masih dengan senyum ala prince charming miliknya. Pekikan para fangirl terdengar lagi saat itu juga. Mereka berduyun-duyun menghampiri Usui Enju-si bintang café seperti ikan lele yang baru menemukan pelet dalam kolam.
"O-oh, tenang, nona-nona. Semua pasti kebagian." Enju hanya bisa bersweatdrop ria merasakan tubuhnya dihimpit oleh gerombolan fans yang berebut meminta foto atau tanda tangannya. Usui Enju benar-benar adalah bintang yang terasa sempurna.
Krincing.
Lonceng bergemerincing lagi, menampakkan seorang gadis berambut kecokelatan di ambang pintu. Gadis itu melirik kerumunan fans Enju lalu tertawa kecil. Dia berjalan ke sebuah bangku di dekat jendela lalu duduk di sana. Tak lama setelah gadis itu duduk, tumpukan buku dan kotak pensil sudah memenuhi meja.
Enju sedari tadi melirik gadis berambut kecokelatan tersebut, hampir lupa kalau saat ini dirinya sibuk melayani permintaan foto para penggemarnya. Pikiran laki-laki melayang kembali ke masa dimana awal pertemuannya dengan gadis manis itu. ya, gadis itu, Alicia Usui.
***
"Terima kasih sudah berkunjung ke café kami. Silakan mampir lagi." Enju tersenyum manis pada dua insan yang baru saja keluar dari café.
Laki-laki itu menghela napas lalu kembali melakukan atraksi membuat teh di depan para pengunjung. Mata orang-orang berbinar tatkala melihat Si Pangeran Enju Usui yang dengan penuh pesona membuat dan menyajikan teh kepada pelanggan yang datang ke café sore itu.
"Ahaha ... Tidak masalah, Nona," ujar Enju ketika mendengar seorang perempuan memuji pesonanya. Orang tampan, jadi sudah biasa.
Tatkala laki-laki itu sibuk melayani pelanggan, lonceng berbunyi yang menandakan ada pelanggan baru yang masuk ke café. Gadis bernametag Alicia Usui itu duduk di dekat jendela sebelum seorang laki-laki berambut kehitaman hendak menyapanya dengan wajah berseri-seri.
Tak kenal menyerah laki-laki itu mendekati Alicia lagi ke tempat duduknya dengan modus menanyakan pesanan layaknya pelayan biasa.
"Selamat sore, Ebihara Sora siap melayani Anda, No-"
Bruk!
Suara hantaman yang cukup keras untuk dua daging manusia di dekat meja Alicia. Seorang laki-laki lain dengan senyum-lebih tepatnya seringai tipis-kini yang ganti melayani Alicia.
"Selamat sore, Nona. Satomi Tamaki siap mencatat pesanan Anda!" Si pelayan yang berambut cokelat kekuningan terdengar menyapa Alicia dengan ramah. Gadis yang disapa pun hanya bisa tersenyum canggung ketika mendengar rintihan Ebihara Sora yang habis kena hantaman bahu Satomi Tamaki.
"Sialan kau, Tamaki-" Sora sibuk mengutuki Tamaki dengan suara pelan, sedangkan yang dikutuk hanya melirik lalu menyunggingkan senyum evil miliknya. 'Tak akan kubiarkan kau merebut bonus gajianku, Sora,' kurang lebih itulah arti senyuman Tamaki.
"Ah, aku pesan cappuccino saja," ucap Alicia sambil mengeluarkan beberapa buku miliknya dari dalam tas.
Tamaki segera mencatat pesanan gadis itu lalu menyunggingkan senyum malaikatnya.
"Harap menunggu sebentar. Pesanan akan segera siap, Nona."
Laki-laki itu membungkuk sopan dan berlalu, meninggalkan Sora yang masih duduk secara tidak etis di lantai.
Sora mendengus sebal ketika bagiannya sudah direbut oleh Tamaki. Laki-laki berambut kehitaman itu beranjak dari lantai lalu menyibukkan diri dengan melayani pelanggan lain.
Alicia terkekeh pelan melihat kedua pelayan yang berebut melayani dirinya. Gadis itu segera mengeluarkan berbagai peralatan menggambar dan laptop dari dalam tas. Cukup mengherankan kalau tas tersebut dapat menampung banyak barang seperti itu. Pada akhirnya, Alicia larut dalam aktivitas sorenya di Café Happy+Sugar.
Tak berapa lama meja Alicia dihampiri seorang pelayan-yang tak lain adalah Usui Enju. Laki-laki itu tersenyum pada Alicia. Mata Alicia berbinar seperti kebanyakan perempuan yang pertama kali melihat Enju, bedanya kerlipan di mata Alicia hanya sekilas.
"Um ... Mbak, ini ... ditaruh mana, ya?" tanya Enju yang masih membawa secangkir cappuccino di nampannya. Alicia mengerjap lalu menyingkirkan beberapa alat gambarnya agar Enju bisa meletakkan pesanan di meja.
"Jangan panggil 'Mbak', Mas. Saya masih muda, kok. Baru kuliah semester satu," ucap Alicia sopan diiringi senyuman.
Entah sadar atau tidak Enju tertegun sebentar dengan semburat merah tipis di pipinya lalu berdeham. "Yah, masa saya panggil 'Dek'. Lagipula umur kita nggak jauh beda, kok. Seangkatan malah." Enju menyahut sambil menutupi mulutnya, berusaha menyembunyikan semburat merahnya.
"Boleh, kok, Mas. Nama saya Alicia Usui. Salam kenal, ya."
***
"Berkat yang luar biasa." Yang Enju pikirkan saat ini adalah suatu berkat yang luar biasa memiliki nama yang sama. Jodohkah? Enju masih sibuk senyum-senyum sambil mengusap kedua tangannya dengan lap bersih setelah melakukan atraksi kecil-kecilan.
Asal tahu saja, ia dan Alicia sudah saling mengenal sejak 3 bulan mereka berkenalan. Saling tukar nomor ponsel, email, bahkan curhat satu sama lain tentang sekolah dan hal pribadi. Tak jarang Alicia menggoda Enju dan menjahilinya, tapi Enju selalu bisa meluluhkan hati Alicia dan menjahili gadis itu balik.
Senangnya, batin Enju dengan aura doki-doki-berdebar-debar di dalam dadanya.
Kakinya melangkah mendekati Alicia yang sedang sibuk dengan beberapa orang di mejanya. Teman-temannya? Ada sekitar sembilan orang termasuk Alicia di meja itu.
Mereka terlihat asyik berbincang dan tertawa. Namun, ada sesuatu yang sedikit membuat suhu badan Enju memanas.
Seorang laki-laki yang duduk di sebelah Alicia sedari tadi menusuk-nusuk pipi Alicia dengan telunjuk. Gadis itu sedikit terganggu, tapi dia masih bisa tertawa dengan teman-temannya.
Yah, walau kelihatannya Alicia lebih fokus dengan gadis yang diakui Ebihara Sora sebagai kekasihnya daripada gangguan laki-laki itu.
"Oi, Enju, kembali bekerja," ucap Fujiie Masato, seorang laki-laki berambut putih-bukan uban kelihatannya-terlihat mengamati Enju yang sedari tadi belum beranjak dari tempatnya.
Kelihatannya Masato sedikit tidak peka karena aura kepemimpinannya mulai keluar. Namun, Usui Enju saat ini sedang panas-panasnya.
"Kau cemburu, En-chan?" tanya seorang kawannya yang berambut hijau cerah-Kurumiya Ranran. Enju masih belum menggubris pertanyaan Ranran dan lebih memilih menghampiri meja Alicia dan teman-temannya.
"Permisi, saya hendak mengambil piringnya. Daripada menganggu." Enju menginterupsi dengan sengaja walau alasan yang ia gunakan masuk akal. Masih dengan senyuman 'manis', laki-laki itu mengambil piring kotor bekas makanan dan minuman dari meja Alicia.
Sekilas iris mata Enju menangkap kalau laki-laki yang sama itu masih menganggu Alicia. Ini kesalahan karena belum juga mengungkapkan perasaanku padanya, batin Enju nelangsa. Tiba-tiba kedua iris mereka bertemu. Enju hanya membalas dengan senyuman biasa, tapi matanya menyiratkan kobaran api dan Alicia merasakannya. Gadis itu hanya menelan ludah lalu membalas senyuman Enju dengan tersenyum canggung.
***
"Licu, setidaknya kau harus bilang padanya kalau kau kesepian~ Dan, dan, kapan kau menyusulku dan Sora? Ini sudah berlalu beberapa tahun sampai kita sudah tua dan lulus menjadi sarjana begini."
Alicia terlihat memukul bahu seorang gadis di sebelahnya--Ebihara Dichiany yang sibuk tertawa karena berhasil menggoda Alicia. Mungkin Dichan benar soal tua, batin Alicia. Gadis itu menghela napas panjang sebelum menyesap cappucinno miliknya. Yeah, mengingatkannya pada sosok Enju.
Setelah beberapa bulan sejak insiden Alicia yang digoda oleh teman kelompoknya, Enju masih menjadi primadona dan Alicia kembali menjadi seonggok daging yang diacuhkan. Entah kenapa rasanya kesal melihat Enju dikerumuni lalat-lalat wanita yang menggodanya, pikir Alicia.
Namun, beberapa hari kemudian Alicia mendapat kabar dari Sora kalau Enju memutuskan untuk kembali ke Jepang dan menyelesaikan studi dan karir sebagai model, meninggalkan Café Happy+Sugar beserta yang lainnya. Beruntung sahabat-sahabatnya dapat memahaminya tapi tidak bagi Alicia. Rasanya seperti orang yang dibuang begitu saja.
Alicia mendesis pelan setelah mengingat momennya bersama Enju di tempat ini lalu dicampakkan begitu saja. Tapi, Alicia tak bisa marah atau apa sebab dia dan Enju bukanlah apa-apa selain teman dekat.
"Oh ya, aku mendapat titipan ini dari Sora," ucap Dichan sambil menyodorkan sebuah surat berwarna kemerahan. Alicia mengernyitkan keningnya.
"Apa Sora berniat selingkuh denganku?" ucap Alicia dengan nada bercanda. Sontak Dichan langsung mendorong surat itu ke tangan Alicia sambil mengerucutkan bibir. "Tentu saja tidak!"
Alicia tertawa lalu buru-buru membuka surat yang amplopnya bagaikan angpao tersebut. Iris gadis itu mengecil tatkala melihat nama panggilan yang dirindukannya untuk didengar dalam surat itu.
---
Dear Alicia Usui,
Selamat untuk kelulusanmu, Dek Licia. Maaf jika aku tidak bisa menjadi lebih berani untuk mengatakan ini secara langsung, aku tidak bisa menghentikan perasaan ini.
Mereka terus tumbuh dan membuatku gila setiap harinya. Rasanya menyenangkan ketika melihat tawa dan senyumanmu. Sesak dalam dada juga tak bisa kubantah saat kau sibuk dengan Mas Nata.
Kau selalu menggodaku, kau curang. Tapi, setelah aku balik menggodamu, dadaku tergelitik sesuatu. Melihatmu marah sambil menggembungkan pipi layaknya kelinci, membuatku ingin terus tersenyum.
Banyak kenangan yang kau ukir di café milik kami. Dan, Sora terus mendesakku untuk mengatakan ini, tapi aku sudah bilang di awal.
Maaf lagi belum bisa menjadi lelaki gentle seperti yang kau harapkan dan malah kabur ke Jepang karena merasa cemburu.
Maukah kau jadi kekasihku?
Ah, etto, kau sudah dewasa. Jadi, kuralat saja.
Maukah kau jadi istriku?
Aku ingin kau jadi milikku seorang, tahu.
---
Alicia merona hebat ketika mendapatkan surat dari Enju, berkali-kali dia memukul bahu Dichiany yang menjadi perantara surat Enju. Alicia hampir menangis saking terharunya setelah membaca surat pemberian laki-laki kesukaannya. Agak tidak etis melamar dengan surat non-formal, batin Alicia.
"Selamat, ya~" Dichan mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya bersamaan karena dia sudah tahu isi suratnya lebih dulu dari Sora.
"Astaga, ini memalukan," gumam Alicia sambil menutupi wajahnya yang memerah. Merasa belum puas, gadis itu kembali membaca surat dari Enju untuk memastikan kebenaran surat tersebut hingga menemukan tambahan di bawahnya.
---
P.S. Aku ingin bertanya.
Apakah Dek Licia cemburu karena aku dikerumuni banyak perempuan
Ranran memberitahuku soal kau menggumamkan kata cemburu saat aku sibuk melayani pelanggan.
Jadi, kau cemburu, ya?
From Japan,
Usui Enju.
---
Alicia meremas surat dari Enju lalu melemparnya ke belakang hingga mengenai kepala Sora yang hendak mengagetkan Dichan dari belakang. Dichan sendiri terlihat kaget melihat gumpalan surat dari calon suami Alicia dibuang dan ingin tertawa ketika melihat Sora dilempar sampah.
Di sisi lain, Usui Enju tengah mempersiapkan diri untuk take off dari bandara Internasional Jepang menuju Indonesia. Berkali-kali menghela napas agar saat sampai ia tidak memerah lebih dulu sebelum benar-benar memberikan cincin pernikahan pada Alicia.
.
.
.
Sebuah kebodohan yang hakiki ketika kau tidak bisa jujur pada dirimu sendiri kalau kau memiliki perasaan yang lebih pada orang yang kau cintai.
.
.
.
--Zu Ende--
A/N: Tag orang yang dijadiin korban di sini :))
Dichiany hanhamiya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro