#Seoul Fashion Week (2019)
Karena ada beberapa yang bingung nyari chapter Seoul Fashion Week di lapak sebelah yang udah dimasukin kandang dari kapan tau, jadinya ajng pindah di sini sekalian 😂😂😂😂
50% ini tulisan baru dengan gaya penulisan lovestruck yang biasa 🤧🤧🤧
Buchen dan cringe.
Happy reading ~
***
Sehun baru saja turun dari mobil dan berjalan memasuki tempat acara. Laki-laki itu terlihat sangat tampan dalam balutan blazer berwarna cokelat dengan motif kotak-kotak dan kibasan jasnya membuat laki-laki itu memancarkan aura tersendiri.
Pipinya tampak berisi, bahkan terlihat seperti akan jatuh setiap kali kaki jenjangnya melangkah dengan mantap. Tampaknya laki-laki itu menghabiskan hari-harinya dengan penuh kebahagiaan hingga membuat tubuhnya terlihat semakin besar.
Bukan hanya para penggemar yang terkagum dengan pesona maknae yang satu ini, tapi maknae tetangga dari agensi sebelah juga tidak ingin melewatkan ketampanan laki-laki itu.
Dengan jari-jari lentiknya, Lisa mencari hasil jepretan yang lebih bagus dengan berbagai macam pose dan menyimpannya beberapa, saat dirasa hasil jepretan itu terlalu sayang untuk diabaikan.
Tentu saja Lisa bisa mendapatkan ratusan foto Sehun yang lebih eksklusif dengan berbagai pose yang jauh lebih menantang jika dia mau, hanya saja ada beberapa foto yang sangat menarik perhatiannya.
"Unnie, ini kekasihku." Lisa menunjukkan tablet-nya pada Jennie dengan senyum idiot, di mana hampir seluruh cuitan memperlihatkan wajah tampan kekasihnya. "Dia benar-benar sangat tampan, 'kan?"
"Hmmm, dia terlihat sangat tampan." Jennie menjawab asal-asalan, bahkan tidak melirik dengan apa yang sedang Lisa tunjukan padanya karena sibuk membalas pesan dari sang kekasih.
Dan Lisa sendiri masih tersenyum malu tanpa tahu lawan bicaranya bahkan tidak melihat ke arahnya. Dia tidak tahu kenapa Sehun bisa terlahir setampan ini. Wajar saja jika kalangan idol perempuan banyak yang berusaha untuk mendapatkan perhatian dari kekasihnya ini.
Namun, justru malah Lisa-lah yang mendapatkan banyak perhatian dari Sehun—bahkan tanpa gadis itu minta.
Lisa kembali menjelajahi akun SNS miliknya yang tengah dipenuhi dengan ketampanan kekasihnya, tapi ada satu—tidak, ada beberapa gambar yang membuat kecemburuan Lisa memuncak sampai ubun-ubun.
"IGE MWOYA?!" Lisa berdiri dan menatap tajam tablet yang di tangannya. Ekspresinya terlihat kesal dan seperti ingin mencabik seseorang.
"Wae?" Jennie bertanya dan ikut berdiri saat maknae-nya itu memekik emosi seolah baru saja melihat kekasihnya sedang bercumbu dengan gadis lain.
Jennie melirik tablet Lisa dan matanya membulat sempurna ketika melihat apa yang terpampang dengan jelas di benda pipih itu. Saking kagetnya, Jennie bahkan sampai membungkam mulutnya.
Wajar saja jika reaksi Lisa seperti ini. Jika Jennie menjadi Lisa mungkin dia akan bereaksi lebih dari yang Lisa lakukan tadi. Lagi pula kekasihnya mana yang tidak cemburu jika melihat kekasihnya tertawa dengan ringan bersama dengan gadis lain di depan orang banyak. Belum lagi Sehun yang terlihat menatap gadis di sebelahnya dengan mata penuh binar.
"Woah~ apa Sehun oppa sedang mencoba untuk berselingkuh darimu?" Alih-alih meredakan emosi Lisa, Jennie justru malah semakin membakar Lisa dengan api cemburu.
"Yak, Unnie!" Rengek Lisa, "Apa yang kau bicarakan?"
Jennie tersentak mundur saat Lisa berteriak sambil merengek padanya dan hanya Lisa seorang yang bisa berteriak marah dan merengek di saat yang bersamaan. Menurut Jennie itu adalah bakat yang unik.
"Aku 'kan hanya bertanya," sahutnya.
"Tapi pertanyaanmu sangat tidak membantu," cibir Lisa. Dia menghempaskan tubuh dengan kasar dan kembali menjelajahi akun SNS-nya dengan perasaan cemburu yang menggebu.
"Sehun dan Mina terlihat lucu saat bersama."
"Lihatlah, betapa senangnya wajah Sehun saat sedang berbicara dengan Mina."
"Ommo, mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang dimabuk asmara."
"Wow~ tatapan Sehun terlihat sangat dalam. Kupikir dia sudah jatuh cinta pada Mina."
"Mereka terlihat sangat serasi. Kuharap mereka akan berkencan suatu hari nanti."
"Beruntung sekali Mina bisa duduk bersebelahan dengan Sehun. Aku iri."
"Setelah bersama Sejeong, kini Sehun bersama Mina. Wah~ betapa beruntungnya mereka berdua karna bisa menjadi partner Sehun."
"Aku penasaran dengan apa yang mereka bicarakan hingga mereka tertawa begitu riang."
"Rupanya, maknae EXO yang satu ini sudah tau bagaimana caranya tertawa bersama seorang gadis."
"Biasanya Sehun terlihat dingin, tapi kali ini dia terlihat sangat ramah pada Mina. Sehun pasti merasa nyaman berteman dengan Mina."
"Huwekk, mereka tidak cocok! Sehun oppa tidak boleh berkencan dengan siapa pun!"
Lisa mencengkram tablet-nya dengan kuat saat melihat komentar demi komentar yang mengatakan betapa serasinya Mina dan Sehun. Namun, ada juga beberapa komentar yang mengatakan ketidakcocokkan Mina dan Sehun atau yang lebih parahnya lagi ada yang mengklaim maknae EXO itu sebagai kekasihnya, membuat Lisa diam-diam merinding saat melihat obsesi beberapa penggemar.
NAMUN, TETAP TIDAK MENGURANGI RASA CEMBURUNYA SAAT INI!
"Aish, menyebalkan!" Lisa menendang udara dengan kesal hingga sandal rumah bergambar kucing itu mendarat pada kepala Jennie yang sama sekali tidak berdosa. "Kenapa tidak si pendek itu saja yang duduk di tengah?"
"Yak, maknae!" teriak Jennie kesal, ponselnya nyaris terjatuh karena terkejut. "Apa yang kau lakukan? Kenapa melemparku dengan sandal?"
"Mian, mian, mian," sesal Lisa. Buru-buru Lisa mengecup kepala Jennie yang baru saja menjadi korban salah sasarannya. "Mian, Unnie, aku tidak sengaja."
Jennie mengusap kasar kepalanya yang baru saja mendapatkan kecupan ringan dari maknae-nya. "Berhenti menciumku," protesnya.
Sebenarnya, Lisa memang terbiasa menciumnya atau member BLACKPINK yang lain, tapi setelah menjalin hubungan dengan Kai, Jennie merasa kalau ciuman Lisa menjadi sedikit mengerikan dan gadis itu juga harus menjaga image di depan kekasihnya.
Apa jadinya nanti jika Kai melihat gadisnya yang dicium oleh gadis yang notabenenya adalah kekasih dari teman satu grupnya. Rasanya pasti akan sangat canggung—meski Kai mengetahui betul bagaimana kebiasaan Lisa yang satu itu.
"Ah, Unnie." Lisa merengek ke dalam pelukan Jennie, bahkan memukul dengan bertubi-bertubi untuk menyalurkan rasa kesalnya saat ini.
Lisa benci melihat semua komentar yang mendukung hubungan Sehun dan Mina.
Lisa benci melihat cara Sehun menatap Mina.
Lisa benci melihat Sehun tertawa bersama dengan Mina.
Dan Lisa benci karena harus memiliki kekasih setampan dan semenggoda Sehun hingga rasanya ingin mengurung dan merantai kekasihnya di dalam kamar agar tak ada siapa pun yang bisa mendekati Sehun.
Lisa ingin mengatakan pada seluruh dunia kalau Sehun adalah miliknya.
Hanya miliknya.
Namun, Lisa masih harus menunggu sedikit lebih lama lagi untuk bisa memamerkan sang kekasih pada dunia, setidaknya sampai Sehun kembali dari wamilnya.
"Yak, yak, yak, Lalisa! Berhenti memukulku atau aku akan membunuhmu," ancam Jennie seraya menjauhkan Lisa dari dirinya.
"Unnie," kata Lisa dengan dramatis. Wajahnya dibuat sesedih mungkin, tatapannya berubah menjadi sangat sendu yang malah membuat Jennie ketakutan sendiri.
Dia hanya main-main dengan ancamannya barusan, lagipula mana mungkin Jennie membunuh Lisa, kemungkinan terbesar yang Jennie lakukan hanyalah mengurung Lisa di dalam kamar mandi.
"W-wa-wae?" tanya Jennie gugup. Mata Lisa yang berkaca-kaca semakin membuat Jennie merasa was-was.
Dan sedetik kemudian Lisa menangis dengan kencang dan merengek seolah baru saja kehilangan ratusan susu cokelat kesukaannya. "Wae, Unnie, wae?" tanya Lisa dengan rengekan anak kecil yang selalu membuat Sehun gemas, tapi selalu membuat Jennie ingin memukul Lisa.
"Kenapa aku harus mempunyai kekasih setampan Sehun oppa?" Lisa mengusap pipinya, seolah sedang menghapus air mata, nyatanya tak ada air mata yang keluar. "Kenapa aku tidak memiliki kekasih berwajah pas-pasan seperti Mino oppa saja?"
Jennie menjitak keras kepala Lisa saat maknae yang satu itu berbicara sembarangan mengenai cinta pertamanya. "Jika manusia setampan Mino oppa kau sebut pas-pasan, lalu bagaimana dengan orang yang memiliki wajah pas-pasan, apa kau akan menyamakannya dengan lumba-lumba albino?"
Lisa meringis karena jitakan Jennie, tapi tidak ada waktu untuk membalas. Saat ini dia hanya ingin merengek hingga lupa kalau kekasihnya sedang tertawa bersama dengan gadis lain di luar sana, sedangkan dirinya sedang kelaparan di apartemen menunggu Jisoo dan Chaeyoung yang tidak kunjung datang.
Pada akhirnya Lisa menutup wajahnya dengan bantal sofa sambil memaki. Gadis itu ingin melupakan fakta bahwa dia memiliki kekasih saat ini yang sialnya sedang asik bercengkerama dengan gadis lain.
"Apa yang sedang Lisa lakukan?" Itu suara Jisoo. Rupanya gadis itu datang di saat yang sangat tepat, Lisa baru akan bertanya pada Jennie sebelum akhirnya mendengar suara Jisoo.
"Dia sedang cemburu pada Mina," sahut Jennie melirik Lisa yang saat ini sudah mulai membongkar belanjaan Jisoo yang isinya tak lain adalah bir dan ayam goreng.
Jisoo melepaskan atribut penyamarannya yang diikuti oleh Chaeyoung, kemudian duduk di hadapan Lisa yang telah melahap potongan ayam pertamanya. Lisa pergi beberapa saat meninggalkan membernya tanpa mengatakan ke mana dia akan pergi. Lalu, kembali ke tempat duduknya saat Chaeyoung menanggapi penjelasan Jennie sebelumnya.
"Mina Gugudan?" tanyanya sambil menggulung rambut asal-asalan dan ikut duduk di sebelah Jisoo.
Jennie mengangguk. Sebelahnya tangan mengambil kaleng bir kemudian menenggaknya sedikit.
"Memangnya ada dengan Mina?" tanya Jisoo. Dia melirik Lisa, tapi gadis itu sedang kelaparan dan rasa cemburunya membuat si maknae tidak ingin mendengar apa pun, terutama pertanyaan Jisoo barusan dan terus saja mengunyah.
Jennie mangambil tablet Lisa dan memperlihatkan isinya pada Jisoo dan Chaeyoung.
"Tidakkah mereka terlihat sangat dekat?" celetuk Chaeyoung seraya melirik Lisa hati-hati dan gadis itu langsung mengalihkan pandangan ketika Lisa menatapnya dengan sangat tajam.
"Itulah yang membuat Lisa cemburu seperti ini," cibir Jennie. Dia mulai megambil paha ayam untuk dikunyah.
"Kupikir mereka berdua sangat dekat," kata Jisoo setelah memperhatikan kedekatan Sehun dan Mina.
"UNNIE!" Lisa merengek tajam.
"Asih, aku kan hanya berkomentar saja," desis Jisoo. "Kenapa kau harus berteriak seperti ini saat aku berada di depanmu, memangnya aku ini tuli apa?" Jisoo mencebik kesal.
Beginilah jika Lisa sudah terbakar api cemburu. Gadis itu akan memarahi siapa saja yang mencoba-coba untuk memperburuk suasana hatinya.
Lisa mengabaikan protes Jisoo. Dia terus makan dan makan hingga akhirnya lupa pada rasa cemburunya. Lisa bersendawa setelah menghabiskan dua kaleng bir dan delapan potong paha ayam.
"Dasar jorok," cibir Chaeyoung seraya melemparkan tulang ayam pada Lisa.
Sedangkan yang dilempar hanya memperlihatkan deretan gigi rapinya. Gadis itu bangkit dari duduknya untuk mencuci tangan.
Ponsel Lisa berdering ketika gadis itu masih berada di dapur, tertera nama kontak 'boyfriend ❤️' di sana.
"Itu Sehun oppa," kata Chaeyoung meyakini.
"Kau saja yang menjawabnya." Jisoo menyodorkan ponsel Lisa pada Jennie.
"Kenapa aku yang harus menjawabnya?" protes Jennie. Dia mendorong tangan Jisoo yang terulur padanya ke arah Chaeyoung. "Kau saja yang mengangkatnya Chaeyoung~ie."
"Unnie, kenapa kalian berdua malah melimpahkannya padaku," protes Chaeyoung tidak terima.
"Karena kau adalah yang termuda setelah Lisa," sahut Jisoo dan Jennie serempak.
Chaeyoung merasa sedang dipojokkan saat ini. Menjadi yang termuda memang tidak selamanya menyenangkan, ada kalanya justru yang termudalah yang menanggung beban.
Lalu belum sempat perdebatan ketiganya selesai mengenai siapa yang akan mengangkat telepon Sehun, sang pemilik sudah lebih dulu mengambil tindakan, yaitu menolak panggilan sang kekasih.
"Kau me-reject-nya?" tanya Jennie tidak percaya.
Lisa hanya mengangkat bahu tidak peduli. "Biarkan saja. Aku sedang merajuk padanya," katanya menghempaskan tubuh di sofa.
"Ini pasti akan menjadi masalah yang panjang," bisik Chaeyoung.
"Apa lebih baik kita pulang saja?" tanya Jisoo. Dia menatap dua rekannya dengan was-was.
"Lebih baik memang begitu," balas Jennie dengan bisikan.
Tidak ada dari mereka yang ingin dijadikan sasaran empuk atas kecemburuan Lisa saat ini. Gadis itu bisa saja bersikap sangat menyebalkan jika sudah terbakar api cemburu dan tidak menutup kemungkinan kalau Lisa akan mengamuk kapan saja.
Namun, belum sempat ketiganya membuka pembicaraan untuk kembali ke asrama BLACKPINK, Lisa sudah memekik kesal pada ponselnya yang membuat ketiganya kaget bukan main.
"Oppa, aku sedang merajuk! Jadi, jangan meneleponku sampai aku meneleponmu lebih dulu!" tegasnya dengan kemarahan yang kental.
"Kau mengganti password apartemenmu, ya?" tanya Sehun dari seberang sana. Dia terdengar menuduh.
"Memang iya, lalu kau mau apa?" tantang Lisa. Itulah yang si maknae lakukan tadi. Dia pergi meninggalkan ketiga membernya hanya untuk mengganti password apartemennya. "Aku sedang merajuk dan tidak ingin melihatmu. Jadi, pulanglah!"
"Ayolah, kali ini apa lagi salahku?" rengek Sehun, "Aku tidak merasa melakukan kesalahan apa pun hari ini."
"Ya, ya, ya, laki-laki tukang selingkuh memang tidak pernah menyadari kesalahannya," balas Lisa dengan decakan kesal yang malas.
Sepertinya kemarahan sudah menembus sampai ke ubun-ubun hingga tidak ingin menahannya lagi.
"Lisa~ya, biarkan aku masuk dan kita bicarakan semua di tempat tidur. Kasurmu sudah menungguku untuk datang, 'kan?" Suara Sehun terdengar ringan dan penuh dengan kepercayaan diri. "Mari luruskan kesalahpahaman apa pun malam ini karena aku sudah datang."
"Oppa, aku ingin sedang merajuk," rengek Lisa, "Apa kau pikir semuanya akan selesai jika duduk berhadapan di atas tempat tidur?" Lisa menantang dengan begitu berani tanpa menyadari masih ada tiga member lainnya yang menjadi pendengar yang baik.
"Kita tidak akan tahu jika tidak mencobanya," balas Sehun tidak mau kalah, "Jadi, buka pintunya dan izinkan aku masuk. Lalu, buktikan apakah cara itu berhasil atau tidak."
"Aish, kau menyebalkan!" Lisa menggerutu sebelum melemparkan asal ponselnya tanpa peduli jika kekasihnya sibuk memanggil di seberang sana.
Dering pendek yang beruntun menandakan ada banyak pesan yang dikirimkan dalam waktu bersamaan dan tanpa perlu melihat siapa pengirimnya, Lisa sudah tahu siapa pelakunya.
"Temui saja Sehun oppa di depan," kata Chaeyoung memberi usul, "Atau dia akan terus mengirimkan pesan hingga ponselmu meledak."
"Chaeyoung benar, lebih baik temui saja sebentar dan usir jika benar-benar tidak ingin melihatnya," timpal Jisoo berapi-api.
"Cepat temui dia." Jennie menarik tangan Lisa, menyeret, dan mendorong maknae itu agar segera menemui Sehun dan menyelesaikan sesi kecemburuan hari ini.
Sekarang Lisa sudah berdiri di balik pintu apartemennya dengan penuh pertimbangan setelah ditinggalkan oleh tiga membernya. Lisa menarik napas dalam dan membuka pintu dengan enggan.
"Hai," sapa Sehun dengan ringan. Dia melangkah masuk, kemudian menutup pintu di belakang.
"Tidak usah sok manis! Aku sedang merajuk!" balas Lisa ketus. Kedua tangannya terlipat di dada untuk menunjukkan kemarahannya. "Dan aku belum menyuruhmu untuk masuk."
Sehun menggeleng tegas. Dia bukan tipe yang akan memberikan perhatian pada siapa saja dan Lisa adalah gadis beruntung yang diberikan perhatian begitu melimpah darinya. "Aku selalu bersikap manis padamu dan hanya padamu," bantahnya tidak terima.
"Tapi kau terlihat bersenang-senang dengan Mina." Lisa masih mempertahankan kemarahannya tanpa ingin mengurangi sedikit pun setelah mendengar penuturan sang kekasih sebelumnya.
"Jadi, kau marah karena interaksiku dan Mina tadi?" Mata Sehun membulat dengan tawa yang ingin meledak.
Lisa tidak menjawab dan mengalihkan pandangan. Dia enggan menatap wajah kekasihnya karena itu akan mengurangi kecemburuannya secara alami dan Lisa tidak ingin.
"Ayolah, kami hanya bicara biasa saja," balas Sehun menenangkan. Laki-laki itu pikir tidak ada sesuatu yang spesial dari pembicaraannya dan Mina tadi. "Tidak ada apa-apa di antara kami."
"Tapi semua orang melihat seperti ada apa-apa di antara kalian," balasnya tidak mau kalah. Ada senyum tipis tercetak jelas di wajahnya—senyum yang dimaksud untuk menyindir.
Sehun tersenyum tipis menanggapi kecemburuan kekasihnya dan mengikis jarak. Lalu, menarik Lisa ke dalam pelukannya. "Lalu apa peduliku? Bagiku hanya kaulah yang terlihat di mataku saat ini. Tidak ada gadis mana pun yang ingin kulihat seperti aku ingin aku melihatmu setiap detiknya."
"Aku tidak akan mempan dengan kata-kata murahan seperti ini," balas Lisa sarkastis. Dia membiarkan Sehun memeluknya dan menaruh kepala di atas bahu sang kekasih tanpa ingin melingkarkan tangan seperti yang laki-laki itu lakukan.
"Aku tahu," balas Sehun apa adanya, "Tapi kau pasti sedang tersenyum dan merona diam-diam, 'kan?"
Lisa memukul kesal punggung Sehun saat laki-laki itu tahu dengan apa yang dia rasakan sekarang. Kini kedua sudut bibirnya semakin tertarik lebar.
Sehun melonggarkan sedikit pelukannya dan menatap sang kekasih, kemudian menciumnya tepat di bibir. "Kau jauh lebih cantik saat sedang tersenyum," katanya dengan kekehan kecil.
Lisa terkejut. Matanya tertutup sekali saat bibir Sehun menyerangnya tanpa izin. "Kata siapa kau bisa menciumku?"
"Jadi, aku tidak boleh menciummu?"
"Tidak sebelum aku mengizinkanmu."
"Kalau begitu izinkan aku."
"Tidak akan!"
Lisa berbalik meninggalkan Sehun dengan senyum tertahan. Namun, Sehun tidak membiarkan begitu saja. Dia menyusul dan langsung menggendong Lisa, membuat gadis itu memekik karena tiba-tiba melayang begitu saja.
"Oppa, turunkan aku!" pekik Lisa. Tangannya memukul dada Sehun dengan sebelah tangan.
"Nanti saat sudah sampai di kamar," balas Sehun dengan penuh senyum nakal.
"Jenchuchaeng, jangan lupa bersihkan ruang tamu sebelum kembali dorm nanti!" Sehun berceloteh saat melewati ruang tamu tempat di mana ada tiga member lainnya yang sedang bersembunyi di balik sofa, setelah beberapa saat yang lalu mengintip pembicaraannya dan Lisa.
Lisa malu. Benar-benar malu. Apa kata ketiga membernya saat bertemu nanti? Pasti Lisa akan diledek habis-habisan dan hanya Tuhan yang tahu bagaimana malam ini akan berakhir.
Tubuh Lisa dilemparkan begitu saja ke atas kasur, beruntung kasurnya empuk dan bukannya sekeras kayu atau tubuh Lisa akan patah begitu dilemparkan. Sehun menyusul dan langsung merangkak di atas tubuh Lisa.
"Ayo, buktikan apakah pembicaraan di atas tempat tidur bisa menyelesaikan segalanya atau tidak," bisik Sehun tepat di bibir gadisnya.
"Oppa, aku masih marah." Lisa balas berbisik, tapi tangannya dengan nakal dikalungkan pada leher Sehun. "Tapi aku benar-benar merindukanmu dan ingin menciummu. Jadi, apa yang harus aku lakukan?" Suaranya terdengar lirih dibuat-buat.
"Maka kau harus menciumku lebih dulu sebelum aku yang menciummu," balas Sehun dengan bisikan yang sama nakalnya.
"Tapi aku tidak—"
"Kau bertele-tele sekali," potong Sehun tidak sabaran.
Laki-laki itu menyambar bibir kekasihnya lebih dulu dan melumatnya habis-habisan. Lisa mencoba untuk mengimbangi ciuman Sehun yang terasa begitu liar, belum lagi tangan laki-laki itu yang sibuk melepaskan kancing piamanya.
"Kupikir tempat tidur memang cara paling ampuh untuk menyelesaikan masalah," kata Sehun setelah melepaskan tautan bibirnya dan Lisa, kemudian melirik dada kekasihnya yang hanya ditutupi bra dengan nakal.
"Tapi member—" Sanggahan Lisa berubah menjadi lenguhan ringan kala Sehun lebih dulu menyerang dadanya dengan bibir.
Lisa ingin mengatakan kalau mereka tidak bisa membuat keributan di kamar selama ketiga member lain masih di apartemennya. Setidaknya mereka harus dipulangkan lebih dulu ke dorm.
Namun, Sehun tidak ingin mendengar ocehan Lisa. Toh, dia yakin kalau teman segrup gadisnya mengerti dengan apa yang harus dilakukan saat ini.
Sehun menurukan bra Lisa tanpa ingin repot-repot mencari pengaitnya di balik punggung. Rupanya godaan Sehun tadi mampu menaikan gairah kekasihnya dengan cepat. Buktinya dada sang kekasih terlihat begitu menantang—meminta Sehun untuk segera mengambil tindakan.
Lisa terbuai dengan kelihaian lidah Sehun, membuatnya tidak mampu melawan dan sibuk menahan desahan demi desahan ketika laki-laki itu mulai mengeksplorasi tubuhnya. Lisa bahkan tidak sadar kalau Sehun sudah menanggalkan setengah pakaiannya.
Lalu, saat Sehun menarik turun celana piamanya dan hanya menyisakan celana dalam, Lisa teringat akan sesuatu. Buru-buru dia menahan wajah Sehun yang hendak menciumnya di sana.
"Oppa, tunggu!" katanya dengan pekikan panik.
"Ada apa?" balas Sehun dengan tatapan protes yang bercampur gairah. "Aku hanya ingin tahu, kau sudah sia—"
"Aku sedang datang bulan hari ini. Baru saja tadi pagi," katanya dengan ringisan.
Rahang sehun jatuh menyentuh lantai. Kabut penuh gairah sudah terbakar di matanya, tapi Lisa memadamkannya dengan tidak senonoh. Setelah Sehun puas mengeksplorasi tubuh bagian atas kekasihnya dengan penuh semangat yang menggebu, kini dia harus ditampar kenyataan fakta yang menyebalkan.
Rupanya inilah penyebab Lisa terbakar api cemburu dengan mudah. Hormon gadis itu sedang tidak stabil dan membuatnya menjadi lebih sensitif dari biasanya.
Sehun tertunduk lesu. Dia merangkak ke atas tubuh Lisa dan menjatuhkan kepala tepat dada gadis itu. "Kenapa tidak mengatakannya sejak awal?" keluhnya.
Lisa meringis. Dia sama sekali tidak bermaksud untuk balas dendam, melainkan sungguh lupa dengan tamu bulanannya tadi.
"Maaf, Oppa, aku lupa," cicitnya sambil mengusap kepala Sehun. "Aku akan mengatakannya jika ingat sejak awal."
"Aku kecewa." Sehun bergumam.
Lisa hanya diam tidak menjawab. Dia tidak bisa melakukan apa pun untuk kasus yang satu ini. Membalas Sehun hanya akan membuat laki-laki itu semakin merengek dan Lisa tidak memiliki ide untuk menangani rengekan sang kekasih.
Jadi, Lisa hanya membiarkan Sehun melakukan apa yang laki-laki itu inginkan.
🎬🎬🎬
Heran aing, bulannya gosong terus 🤧🤧🤧
Kalau gak gosong berasa bukan nulis lovestruck 😭😭😭😭😭 Blackmoon sudah sangat melekat di lovestruck rupanya 🤧🤧🤧
Dadah, gaes~ maafin karena isiannya blacmoon mulu 😂😂😂
15 Agustus 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro