Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#LisaYouAreLOVED

Semoga kalyan tidak bosan melihat updatean LS lagi 😭😭😭

Aing gak tahan aja pengin numpahin semuanya lewat sosok mas crush yang buchen able idaman hati aing 😭

Happy reading~

🎬🎬🎬

Sehun baru saja keluar dari gedung, setelah selesai tampil membawakan beberapa lagu. Sebelum malam datang, wajahnya terlihat begitu berseri, seolah bahagia baru saja menyapanya. Ponselnya juga tidak lepas dari tangan untuk menantikan kabar dari gadisnya.

Namun, saat malam datang, wajahnya sudah penuh dengan kekhawatiran. Rona cerah yang terpancar sudah hilang tidak tersisa. Laki-laki itu masuk ke mobil dengan sedikit terburu-buru dengan ponsel terus dalam genggaman.

"Chaeyoung~ah, eodiya?" Sehun bertanya saat sambungannya terjawab dari seberang sana. "Lisa tidak mengangkat teleponku sejak tadi."

"Oppa." Chaeyoung terdengar menahan tangis di seberang sana.

Sehun menghela napas panjang sambil memperhatikan jalanan di depannya. "Aku tahu masalahnya apa. Jadi katakan saja dia ada di mana agar aku bisa menghiburnya."

"Dia ada unitnya," balas Chaeyoung setelah menarik napas dalam.

"Terima kasih karena sudah menggantikanku sementara," kata Sehun sungguh-sungguh. Dia bersyukur karena gadis asal Australia itu menemani kekasihnya saat dia masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Oppa, aku melakukannya untuk Lisa, bukan untukmu," bantah Chaeyoung.

"Aku tahu kau melakukannya untuk Lisa. Aku hanya ingin berterima kasih karena sudah menghiburnya sementara aku tidak ada."

Sehun pikir dia mendengar tangisan yang lebih keras dari seberang sana. Jika Chaeyoung saja  menangis dengan napas putus-putus, bagaimana perasaan gadisnya saat ini? Lisa pasti jauh lebih hancur.

"Oppa, tolong hibur Lisa. Dia benar-benar sangat sedih," bisik Chaeyoung.

Tanpa disuruh pun Sehun tentu akan menghibur gadisnya. Dia akan melakukan apa saja untuk gadisnya.

Dalam perjalanan Sehun tidak henti-hentinya menghubungi Lisa. Entah sudah berapa puluh panggilan yang dia lakukan, tapi tidak ada satu pun yang dijawab. Maknae itu jelas sudah mengasingkan ponselnya agar tidak terganggu oleh siapa pun.

"Kenapa kau selalu menerima perlakuan tidak adil seperti ini, Lalisa." Sehun bergumam lirih dalam mata yang berkaca-kaca.

Sehun saja yang melihatnya sudah begitu lelah, bagaimana dengan gadisnya yang menerima semua itu?

Sehun tahu kalau Lisa adalah sosok yang kuat. Maknae itu sudah terbiasa dengan ketidakadilan, tapi sampai kapan Lisa akan diperlakukan tidak adil seperti ini? Sehun ingin melakukan sesuatu untuk gadisnya, tapi apa yang bisa dia lakukan jika keinginan gadisnya adalah bertahan dalam ketidakadilan?

Hal pertama yang Sehun dapati saat berhasil menerobos masuk ke apartemen gadisnya adalah Lisa yang sedang bermain dengan Louis. Gadis itu tampak berceloteh sambil memainkan kaki depan depan kucing itu.

Gadis itu tampak sangat menyedihkan karena berceloteh dengan kucing, bahkan sampai tidak menyadari adanya penyusup tampan. Memperhatikan Lisa berceloteh dengan kucing membuat Sehun menangis dalam diam. Dia mengerti dengan perasaan gadisnya saat ini.

"Lisa~ya," panggil Sehun setelah sekian lama berdiri dan memperhatikan.

Lisa menoleh dengan wajah terkejut. Dia melepaskan Louis dari genggamannya. "Oh, Oppa! Kau tidak bilang akan datang," katanya dengan rasa terkejut yang tidak bisa disembunyikan.

Sehun mengangkat bahu. "Aku meneleponmu puluhan kali, tapi kau tidak mengangkatnya."

Lisa tersenyum kaku. "Ponselku ada kamar, sepertinya dalam mode silent."

Sehun tidak lagi membalas. Dia hanya diam membiarkan Lisa menatapnya dari jarak yang cukup jauh. Sehun tidak tahu hati Lisa terbuat dari apa karena gadis itu tidak menangis. Wajahnya dibuat sesantai mungkin, meski sebenarnya hati itu menjerit kesakitan.

"Kemarilah, Oppa," panggilnya sambil memukul pelan lantai berlapis karpet di sebelahnya.

Sehun bergeming. "Kau tidak ingin memelukku?" tanyanya dengan suara parau.

"Tentu saja aku ingin!" bantah Lisa kuat, "Itulah sebabnya aku memintamu untuk duduk di sampingku agar aku bisa memelukmu."

Sehun menggeleng kecil. "Aku tidak akan datang untuk memelukmu, tapi aku ingin kau datang memelukku."

Lisa menatap bingung. Kekasihnya bertingkah aneh malam ini. Biasanya laki-laki itulah yang langsung menerkamnya, tapi alih-alih menerkamnya, Sehun justru malah terlihat menjaga jarak.

"Aku hanya ingin tahu, kau membutuhkan di sini atau tidak."

Lisa mendesah dengan mata tertutup. Terlihat sedikit lelah dengan pembahasan ini, tapi matanya mulai berkaca-kaca saat Sehun menangkap basah kesedihannya. "Oppa."

Sehun membuka lebar kedua tangannya. "Kau bisa memelukku jika memang membutuhkanku, tapi kau bisa mengabaikanku jika kau tidak membutuhkanku."

Lisa mengalihkan pandangan dari Sehun, mencoba untuk mengatasi masalahnya sendiri, tanpa melibatkan kekasihnya.

"Oppa, aku baik-baik saja," katanya tanpa melihat ke arah Sehun, "Aku sudah biasa diabaikan."

"Aku akan pergi dalam hitungan ketiga." Suara Sehun terdengar getir dengan pandangan berair. Mungkin saja dia lelah karena mengangkat kedua lengannya. "Satu ...."

Lisa masih bergeming dalam hitungan pertama. Mati-matian dia menahan diri untuk tidak menangis dengan tangan mengepal.

"Dua ...."

Sehun pikir gadisnya ini benar-benar kuat dan dia bangga, tapi benci di saat bersamaan. Laki-laki itu tidak menginginkan sosok super kuat di sampingnya, tapi dia menginginkan sosok gadis yang membutuhkannya.

"Tiga."

Bahkan dihitungan terakhir yang tiga kali lebih lambat, Lisa tetap tidak memberikan reaksinya. Gadis itu masih menunjukkan ketangguhannya meski tangisan samar sudah terdengar, membuat Sehun tersenyum getir dan menurunkan kedua tangannya.

"Kalau begitu pulang dulu. Jangan tidur terlalu larut," kata Sehun mengingatkan. Dia berbalik sambil mengusap air matanya yang jatuh.

Sehun tidak ingin meninggalkan Lisa, tapi apa yang bisa dia lakukan kalau gadisnya sendiri tidak membutuhkan kehadirannya? Bukankah Sehun lebih baik pulang saja dan membiarkan gadisnya melakukan apa pun yang diinginkan?

Belum sempat Sehun menggapai pintu, sebuah pelukan yang begitu erat menahannya. Tubrukan yang begitu kuat mendorongnya terhuyung, beruntung Sehun masih bisa menyeimbangkan tubuhnya.

"Jangan pergi. Aku membutuhkanmu, Oppa," Lisa berbisik lirih dalam tangisannya.

Sehun diam membiarkan gadisnya menangis. Dia sendiri perlu menenangkan diri, sebelum menenangkan gadisnya nanti.

"Aku membutuhkanmu," bisiknya sekali lagi.

Sehun berbalik dan membawa Lisa ke dalam pelukannya. Mengusap kepala gadis itu dan memintanya menangis sebanyak yang diinginkan.

"Aku di sini bersamamu," bisik Sehun lembut. Dia memberikan kecupan singkat berkali-kali selama Lisa menangis di dalam pelukannya.

Sweatshirt hijau yang Sehun gunakan terasa basah karena air mata Lisa, tapi tidak membuat sang empunya menghentikan tangisan gadisnya. Laki-laki itu melingkarkan kedua kaki Lisa di pinggangnya dan segera membawa gadis itu menuju sofa, tanpa menurunkan dari pangkuannya.

Lisa masih betah dalam pelukan Sehun, meski menit demi menit sudah berlalu. Dia masih menumpahkan tangisannya, seperti yang diminta.

"Oppa, kenapa orang-orang sangat membenciku?" bisik Lisa lirih, "Apa aku melakukan banyak kesalahan selama ini?"

Sehun mencium rambut gadisnya. "Satu-satunya kesalahanmu adalah kau terlahir dengan segudang bakat, kebaikan tanpa batas dan kecantikan yang luar biasa. Orang-orang membencimu bukan karena kau salah, tapi karena mereka iri padamu, Sayang. Iri dengan semua pencapaian yang kau dapatkan sejauh ini," Sehun balas berbisik.

Tidak ada yang bisa Sehun lakukan selain memeluk dan memberikan kata-kata cinta untuk menenangkan Lisa.

"Aku tidak ingin pujian dari seluruh dunia, Oppa. Aku hanya ingin dihargai oleh penggemar kami." Lisa masih terus berbisik. Sepertinya dia enggan meninggikan suara dalam suasana hati yang tidak menyenangkan. "Aku ingin mereka menghargai kerja kerasku, tapi sepertinya aku tidak berarti apa pun di mata mereka."

Setiap kata yang Lisa ucapkan terasa seperti mengiris hati Sehun. Meninggalkan rasa sakit yang teramat dalam dan sulit disembuhkan.

Sehun memaksa Lisa untuk melepaskan pelukan mereka. Dia ingin melihat wajah gadisnya dan meyakinkan kalau apa yang baru saja Lisa katakan sama sekali tidak benar.

"Hei, dengarkan aku." Sehun mengusap lembut pipi gadisnya dengan begitu lembut dan tersenyum dalam genangan air mata. "Hanya ada satu orang yang tidak peduli padamu, tapi ada seribu orang yang sangat memedulikanmu, Sayang. Kau memiliki banyak penggemar yang begitu mencintai dan siap memberikan kasih sayangnya untukmmu."

"Aku tahu banyak yang menyayangiku, hanya saja mereka yang membenciku—"

Sehun membungkam Lisa dengan bibirnya tanpa melakukan apa pun.  Dia ingin gadis itu berhenti bicara dan memikirkan hal-hal yang harusnya tidak dipikirkan saat ini.

"Kita tidak bisa menutup mulut-mulut mereka yang berbicara jelek tentang kita, tapi kita bisa menutup mata dan telinga kita sendiri." Sehun menjelaskan hal umum yang sebenarnya sudah sangat Lisa pahami sejak awal. "Saat kau memutuskan untuk berdiri di panggung sebagai seorang pekerja seni, saat itulah kau diharuskan untuk menerima segala konsekuensinya."

Lisa mendengarkan dengan seksama untuk setiap kata yang kekasihnya ucapkan, kemudian merenungkannya dalam diam.

"Setiap kau dijatuhkan, aku akan selalu ada di sampingmu untuk membantumu berdiri. Aku tidak akan meninggalkanmu. Jadi peluk aku kapan pun kau ingin."

Air mata Lisa jatuh menetes lagi, padahal beberapa saat lalu sudah bisa dikendalikan. Dia tidak tahu kenapa Tuhan sangat baik karena membiarkan sosok Sehun untuk masuk ke hidupnya. Lisa sama sekali tidak pernah menduga akan memiliki penopang hidup di sisinya, selain orang tua dan keluarganya.

Lisa kembali memeluk Sehun dan menumpahkan tangisan lebih banyak lagi. "Oppa, terima kasih karena sudah berada di sisiku."

Nada bergetar yang parau membuat air mata Sehun ikut jatuh. Dia mengusap kepala gadisnya dengan penuh kasih sayang.

"Akulah yang harusnya berterima kasih, karena kau membiarkanku berada di sampingmu," balas Sehun dengan bisikan yang tidak kalah tulus.

Sehun mencintai Lisa. Dia tidak perlu balasan untuk setiap tindakan yang dilakukannya pada Lisa, laki-laki itu hanya ingin Lisa membutuhkan kehadirannya. Hanya itu saja.

Daripada kata 'aku mencintaimu' Sehun lebih suka jika Lisa mengatakan 'aku membutuhkanmu' entah kenapa, rasa dibutuhkan jauh lebih berarti baginya.

"Bagaimana dengan bahumu?" Sehun bertanya di sela-sela tangisan gadisnya yang sudah mulai reda.

"Sudah lebih baik."

Sehun mengecup bahu gadisnya yang cidera beberapa waktu lalu, beberapa cideranya akan sembuh lebih cepat setelah terkena sentuhannya.

Tanpa melepaskan Lisa dari pangkuannya, Sehun membawa gadis itu ke kamar untuk beristirahat. Kekasihnya ini pasti sangat lelah hari ini, bukan lelah fisik, melainkan lelah batin.

Sehun pikir tubuh Lisa memang diciptakan hanya untuknya. Rengkuhan tangannya sangat pas untuk membungkus tubuh gadisnya.

"Oppa, terima kasih karena tidak menyerah untukku." Lisa berbisik dalam pelukan Sehun, menenggelamkan wajah pada dada sang kekasih dan melingkarkan tangan dengan erat. "Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika tidak memilikimu saat ini."

Sehun tersenyum dan mengecup kepala gadisnya. Mengingat perjuangannya di masa lalu untuk mendapatkan sosok yang di dekapnya ini terkadang membuat Sehun tertawa geli, sekaligus terharu akan perjuangan sendiri.

"Apa menurutmu ada laki-laki lain yang mampu melakukan semua ini, selain aku?" Sehun bertanya sungguh-sungguh. Dia ingin pendapat gadisnya, meski sudah mengetahui jawabannya.

Lisa menggeleng kecil. "Kau jelas tidak memiliki tandingan dalam hal apa pun." Lalu, mengangkat pandangan untuk menatap laki-laki yang memeluknya. "Kenapa kau sangat sempurna di antara semua orang yang mendekatiku?"

Sehun tertawa geli.

Sempurna?

Sehun tidak berpikir kalau dia sesempurna yang Lisa pikirkan. Sebagai manusia, Sehun tentu memiliki kekurangan, tapi kekurangannya tertutup dengan kerja keras dan kebaikan hatinya.

"Apa aku terlihat begitu sempurna di matamu?" tanyanya dengan senyum geli.

"Hmm, kau terlihat begitu sempurna dari berbagai sudut dan wajahmu benar-benar sangat tampan. Itulah kenapa aku memilihmu untuk menjadi kekasihku."

Sehun mendecih tipis, "Jadi jika aku jelek, kau tidak ingin menjadi kekasihku?"

Lisa mengecup cepat bibir Sehun. "Tapi kau sendiri yang mengatakan kalau wajah tampanmu hanyalah bonus," sanggahnya dengan tawa kecil.

Sehun berniat untuk merjauk, tapi kecupan basah di bibirnya membuat laki-laki itu tidak jadi merajuk dan malah memainkan tangan di baju kekasihnya. Tangan Sehun bermain tepat di bagian dada yang tidak tertutup dengan sempurna.

"Aku tadi melihat Louis bermain di daerah kekuasaanku," kata Sehun dengan bibir mencebik. "Dia bahkan menyentuhnya berkali-kali."

Lisa yang langsung mengerti ke mana arah pembicaraan Sehun, setelah merasakan usapan lembut di dadanya langsung menepis tangan itu menjauh.

"Bagaimana bisa kau cemburu pada kucing," sahutnya tidak habis pikir.

"Karena dia menyentuh tubuhmu dengan sembarangan!" Sahut Sehun tidak terima. Meski hanya kucing, tetap saja laki-laki itu cemburu. Padahal jelas-jelas dia mendapatkan akses penuh untuk setiap inci tubuh Lisa.

"Aku bahkan tidak cemburu pada Vivi karena selalu duduk di pangkuanmu dan mengusapkan kepala di mana saja yang dia inginkan," balas Lisa tidak terima.

"Jika kau tidak cemburu maka itu salahmu, bukan salahku," tegas Sehun, "Jika kau mau, kau bisa cemburu selama 24 jam penuh pada Vivi."

Lisa tertawa geli. Mereka hanya berbaring dan saling memeluk, tapi beban Lisa seperti terangkat sedikit demi sedikit.

"Lalu, apa yang kau inginkan sekarang?" tantang Lisa. Dia melepaskan diri dari pelukan Sehun dan duduk menatap kekasihnya.

Sehun mengikuti posisi Lisa dan duduk berhadapan dengan gadisnya. Tangannya mengusap wajah Lisa yang terlihat sedikit bengkak.

"Kau terlihat lelah sekarang. Bagaimana jika berendam dengan air hangat?" usul Sehun dengan mata berbinar cerah. Tangannya meraih tengkuk Lisa untuk mendekat. "Aku akan menemanimu."

"Kau selalu tahu cara untuk mencari kesempatan dalam kesempatan," decih Lisa dalam wajah merona menahan tawa.

"Kau merona," celetuk Sehun, "Apa itu artinya 'ya'?"

Lisa tidak menjawab, tapi dalam hitungan detik sudah berpindah ke punggung Sehun dan memeluk lehernya dengan erat.

"Sepertinya aku memang perlu air hangat," bisik Lisa di telinga Sehun.

Sehun tersenyum penuh kemenangan. "Bukan aku yang mengajakmu mandi bersama, tapi kau mengajakku," jelasnya.

Ah, lihatlah, betapa menyebalkannya kekasihnya Lisa ini. Jelas-jelas laki-laki itu yang memancing lebih dulu, tapi bersikap seolah Lisa-lah yang menginginkan mereka mandi bersama.

"Cepat berdiri atau aku akan tidur saja," ancam Lisa.

"Ugh, sepertinya Xiao Li tidak sabar untuk mandi bersama," goda Sehun dengan tawa geli.

🎬🎬🎬


Meskipun setengah dari isi kepala mas crush ini isinya black moon semua, tapi kalau mbak crush lagi sedih selalu bisa diandalkan, selalu siap minjemin bahu lebarnya 😭😭😭😭


Makasih banyak-banyak sama mas crush karena udah nemenin mbak crush meski dalam kehaluan semata 😭😭😭


TANGAN LOUIE NACKAL, PANTAS MAS CRUSH CEMBURU 🤣🤣🤣🤣


19 Juli 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro